Chicago (ANTARA) - Emas melonjak pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB) setelah sempat mencapai level tertinggi 13-bulan di atas 1.975 dolar karena investor mencari aset aman menyusul operasi militer Rusia di Ukraina, saat tanggapan Barat atas invasi tersebut tampak mengandung beberapa risiko geopolitik yang membuat logam kuning makin menarik.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, terangkat 15,9 dolar AS atau 0,83 persen menjadi ditutup pada 1.926,30 dolar AS per ounce, setelah sempat melonjak ke level tertinggi Januari 2021 di 1.976,20 dolar AS per ounce.
Biden memukul Rusia dengan gelombang sanksi pada hari Kamis (24/2) setelah Moskow menginvasi Ukraina, tindakan yang menghambat kemampuan Rusia untuk melakukan bisnis dalam mata uang utama bersama dengan sanksi terhadap bank dan perusahaan milik negara.
Dalam sanksi terbaru terhadap Moskow, Presiden Joe Biden membatasi akses internasional untuk lima bank besar Rusia, termasuk VTB, membekukan aset Rusia di Amerika, dan membatasi kemampuan Rusia untuk mengimpor teknologi utama untuk peningkatan militer dan industri.
"Jika sanksi saat ini adalah batas respons, dampak ekonomi terbatas. Jadi, kami melihat short-covering di saham," kata Tai Wong, pedagang logam independen di New York.
Akan tetapi, dalam perdagangan setelah jam kerja, emas berjangka menyerahkan semua keuntungannya, meluncur lebih dari 18 dolar AS, atau hampir 1,0 persen, menjadi sekitar 1.892 dolar AS per ounce.
Emas berjangka merosot karena imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun naik dari level terendah 1,846 persen ke level tertinggi 1,975 persen, dengan investor menemukan kembali sentimen risiko mereka.
Indeks S&P 500 dan Nasdaq Wall Street juga kembali positif dari penurunan sekitar 2,0 persen sebelumnya. Perputaran risiko itu menghapus beberapa daya pikat logam kuning yang membawa emas ke level 1.900 dolar AS minggu ini.
Wall Street menguat dalam perdagangan sore yang bergejolak dengan Nasdaq naik hampir 2,0 persen setelah komentar Biden tentang Rusia.
"Aksi jual emas sore dipercepat setelah Presiden Biden meluncurkan sanksi putaran berikutnya, yang menurut banyak orang tidak cukup memukul," kata Edward Moya, analis pasar senior di Oanda.
"Namun, invasi Rusia ke Ukraina adalah gamechanger dan permintaan safe-haven akan tetap tinggi dan harga emas kemungkinan akan mendapat dukungan kuat dalam jangka pendek."
Baca juga: Emas naik dipicu situasi geopolitik di Ukraina
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada hari Kamis (24/2) bahwa klaim pengangguran awal AS turun 17.000 menjadi 232.000 dalam pekan yang berakhir 19 Februari, agak membatasi pertumbuhan emas.
Baca juga: Emas kembali bertengger di atas 1.900 dolar
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman pada bulan Maret naik 13,4 sen atau 0,55 persen, menjadi ditutup pada 24,687 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman pada bulan April turun 29,6 dolar AS atau 2,71 persen menjadi ditutup pada 1,062,10 dolar AS per ounce.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, terangkat 15,9 dolar AS atau 0,83 persen menjadi ditutup pada 1.926,30 dolar AS per ounce, setelah sempat melonjak ke level tertinggi Januari 2021 di 1.976,20 dolar AS per ounce.
Biden memukul Rusia dengan gelombang sanksi pada hari Kamis (24/2) setelah Moskow menginvasi Ukraina, tindakan yang menghambat kemampuan Rusia untuk melakukan bisnis dalam mata uang utama bersama dengan sanksi terhadap bank dan perusahaan milik negara.
Dalam sanksi terbaru terhadap Moskow, Presiden Joe Biden membatasi akses internasional untuk lima bank besar Rusia, termasuk VTB, membekukan aset Rusia di Amerika, dan membatasi kemampuan Rusia untuk mengimpor teknologi utama untuk peningkatan militer dan industri.
"Jika sanksi saat ini adalah batas respons, dampak ekonomi terbatas. Jadi, kami melihat short-covering di saham," kata Tai Wong, pedagang logam independen di New York.
Akan tetapi, dalam perdagangan setelah jam kerja, emas berjangka menyerahkan semua keuntungannya, meluncur lebih dari 18 dolar AS, atau hampir 1,0 persen, menjadi sekitar 1.892 dolar AS per ounce.
Emas berjangka merosot karena imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun naik dari level terendah 1,846 persen ke level tertinggi 1,975 persen, dengan investor menemukan kembali sentimen risiko mereka.
Indeks S&P 500 dan Nasdaq Wall Street juga kembali positif dari penurunan sekitar 2,0 persen sebelumnya. Perputaran risiko itu menghapus beberapa daya pikat logam kuning yang membawa emas ke level 1.900 dolar AS minggu ini.
Wall Street menguat dalam perdagangan sore yang bergejolak dengan Nasdaq naik hampir 2,0 persen setelah komentar Biden tentang Rusia.
"Aksi jual emas sore dipercepat setelah Presiden Biden meluncurkan sanksi putaran berikutnya, yang menurut banyak orang tidak cukup memukul," kata Edward Moya, analis pasar senior di Oanda.
"Namun, invasi Rusia ke Ukraina adalah gamechanger dan permintaan safe-haven akan tetap tinggi dan harga emas kemungkinan akan mendapat dukungan kuat dalam jangka pendek."
Baca juga: Emas naik dipicu situasi geopolitik di Ukraina
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada hari Kamis (24/2) bahwa klaim pengangguran awal AS turun 17.000 menjadi 232.000 dalam pekan yang berakhir 19 Februari, agak membatasi pertumbuhan emas.
Baca juga: Emas kembali bertengger di atas 1.900 dolar
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman pada bulan Maret naik 13,4 sen atau 0,55 persen, menjadi ditutup pada 24,687 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman pada bulan April turun 29,6 dolar AS atau 2,71 persen menjadi ditutup pada 1,062,10 dolar AS per ounce.