Chicago (ANTARA) - Emas memperpanjang reli menembus level psikologis 2.000 dolar pada akhir perdagangan Selasa (Rabu, 9/3 pagi WIB), setelah investor menuju logam safe-haven tradisional di tengah meningkatnya kekhawatiran seputar krisis Rusia-Ukraina, dengan AS dan Inggris mengatakan mereka akan melarang minyak dari Moskow dan meningkatnya risiko inflasi.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, melonjak 47,4 dolar AS atau 2,37 persen menjadi ditutup pada 2.043,30 dolar AS per ounce. Emas menetap di atas angka 2.000 dolar untuk pertama kalinya sejak Agustus 2020. Penyelesaian tetap di bawah rekor tertinggi 2.069,40 dolar pada 6 Agustus 2020.

Sehari sebelumnya, Senin (7/3/2022), emas berjangka terdongkrak 29,3 dolar AS atau 1,49 persen menjadi 1.995,90 dolar AS, setelah melambung 30,7 dolar AS atau 1,59 persen menjadi 1.966,60 dolar AS pada Jumat (4/3/2022), dan meningkat 13,6 dolar AS atau 0,71 persen menjadi 1.935,90 dolar AS pada Kamis (3/3/2022).

"Kombinasi harga-harga energi, harga biji-bijian, harga logam dasar yang melambung, memuncak dalam tekanan inflasi dramatis yang terus menjadi dukungan utama di balik pergerakan emas yang lebih tinggi," kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.

"Selain itu, kami melihat sejumlah besar tawaran safe-haven di pasar emas karena pasar ekuitas berada di bawah tekanan akibat kekhawatiran besar di bidang geopolitik."

"Hanya dalam beberapa bulan, dunia berubah dari membenci emas karena ekspektasi untuk pemulihan ekonomi global yang kuat mengurangi permintaan untuk safe-haven, sekarang menjadi khawatir tentang risiko stagflasi dan resesi," kata Ed Moya, analis di platform perdagangan daring OANDA.

"Emas akan terus berjalan dengan baik karena sanksi intensif dari Barat akan terus mendorong volatilitas yang terus-menerus di seluruh komoditas yang akan terus mendorong ekspektasi inflasi ke tingkat yang tidak nyaman bagi para bankir sentral," tambah Moya.

Emas yang telah meningkat lebih dari 12 persen tahun ini, dianggap sebagai penyimpan nilai yang aman selama masa ketidakpastian geopolitik dan kenaikan inflasi.

Melonjaknya harga minyak dan perang Ukraina telah membanting selera terhadap aset-aset berisiko dalam beberapa pekan terakhir.

Untuk meningkatkan sanksi terhadap Rusia, Presiden AS Joe Biden pada Selasa (8/3/2022) mengumumkan larangan impor minyak AS dan energi lainnya dari Rusia, dan memperingatkan bahwa harga minyak dapat meningkat lebih lanjut. Sementara itu, Inggris mengatakan akan menghentikan impor minyak dan produk minyak Rusia pada tahun 2022.

Dolar yang lebih lemah juga mendukung emas.

Emas menemukan dukungan tambahan karena indeks optimisme bisnis kecil Federasi Nasional Bisnis Independen turun ke 95,7 untuk bulan kedua berturut-turut pada Februari, turun dari 97,1 pada Januari dan level terendah sejak Januari 2021.

Untuk logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Mei naik 1,175 dolar AS atau 4,57 persen, menjadi ditutup pada 26,895 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April naik 36,6 dolar AS atau 3,28 persen, menjadi ditutup pada 1.153,2 dolar AS per ounce.

Baca juga: Emas melonjak 29,3 dolar

Baca juga: Emas sentuh 2.000 dolar di Asia

Pewarta : Apep Suhendar
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024