Labuan Bajo (ANTARA) - Sebelas keluarga di Desa Persiapan Benteng Tado, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, terdampak fenomena pergerakan tanah yang terjadi sejak tahun 2018.
Tokoh masyarakat Kampung Wae Munting, Viktor Bitrudis, di Kampung Wae Munting, Desa Persiapan Benteng Tado, Senin, (28/3) menuturkan bahwa pergerakan tanah menyebabkan kerusakan tempat tinggal sembilan keluarga di Kampung Wae Munting dan dua keluarga di Kampung Dange.
Menurut warga kampung, pergerakan tanah menyebabkan penurunan dasar rumah, membuat bangunan rumah menjadi miring, mengakibatkan rumah roboh, dan menyebabkan bagian bangunan rumah retak.
Di Kampung Wae Munting, ada rumah warga yang dinding, tiang, dan lantainya retak. Retakan tanah juga tampak di bagian jalan dan halaman rumah warga.
Ada setidaknya empat rumah yang mengalami kerusakan cukup parah sehingga tidak bisa lagi ditinggali di kampung tersebut.
Benyamin Nenohaifeto (43), Mateus Demin (56), Simplisius Jempu (40), dan Kosmas Mandang (47) membawa anggota keluarga mengungsi ke rumah kerabat dan tetangga karena rumah mereka rusak akibat pergerakan tanah.
Pergerakan tanah juga menyebabkan kerusakan bangunan rumah milik Wilhelmus Gostram, Kristoforus Mantat, Sisi Dawas, Daniel Derin, dan Viktor Bitrudis di Kampung Wae Munting.
Di Kampung Dange, rumah milik Karolus Kembung dan Mikael Agung rusak akibat pergerakan tanah.
Viktor mengatakan bahwa masih ada warga yang bertahan di rumah mereka yang rusak akibat pergerakan tanah, berharap pemerintah membantu mereka.
"Ini bencana, kami sudah lapor. Seperti apa penanganan pemerintah terhadap situasi yang kami alami ini, kami menanti," kata Viktor.
Baca juga: BPBD terus pantau pergerakan tanah di Manggarai Barat
Baca juga: Fenomena pergerakan tanah ancam 200 jiwa di Manggarai Barat
Tokoh masyarakat Kampung Wae Munting, Viktor Bitrudis, di Kampung Wae Munting, Desa Persiapan Benteng Tado, Senin, (28/3) menuturkan bahwa pergerakan tanah menyebabkan kerusakan tempat tinggal sembilan keluarga di Kampung Wae Munting dan dua keluarga di Kampung Dange.
Menurut warga kampung, pergerakan tanah menyebabkan penurunan dasar rumah, membuat bangunan rumah menjadi miring, mengakibatkan rumah roboh, dan menyebabkan bagian bangunan rumah retak.
Di Kampung Wae Munting, ada rumah warga yang dinding, tiang, dan lantainya retak. Retakan tanah juga tampak di bagian jalan dan halaman rumah warga.
Ada setidaknya empat rumah yang mengalami kerusakan cukup parah sehingga tidak bisa lagi ditinggali di kampung tersebut.
Benyamin Nenohaifeto (43), Mateus Demin (56), Simplisius Jempu (40), dan Kosmas Mandang (47) membawa anggota keluarga mengungsi ke rumah kerabat dan tetangga karena rumah mereka rusak akibat pergerakan tanah.
Pergerakan tanah juga menyebabkan kerusakan bangunan rumah milik Wilhelmus Gostram, Kristoforus Mantat, Sisi Dawas, Daniel Derin, dan Viktor Bitrudis di Kampung Wae Munting.
Di Kampung Dange, rumah milik Karolus Kembung dan Mikael Agung rusak akibat pergerakan tanah.
Viktor mengatakan bahwa masih ada warga yang bertahan di rumah mereka yang rusak akibat pergerakan tanah, berharap pemerintah membantu mereka.
"Ini bencana, kami sudah lapor. Seperti apa penanganan pemerintah terhadap situasi yang kami alami ini, kami menanti," kata Viktor.
Baca juga: BPBD terus pantau pergerakan tanah di Manggarai Barat
Baca juga: Fenomena pergerakan tanah ancam 200 jiwa di Manggarai Barat