Bengaluru (ANTARA) - Harga emas naik tipis di perdagangan Asia pada Selasa, (12/4) sore, karena selera terhadap risiko melemah menjelang data inflasi AS yang dapat mendukung sikap kebijakan agresif Federal Reserve untuk menahan tekanan harga-harga yang meningkat tajam.
Emas spot menguat 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 1.956,78 dolar AS per ounce pada pukul 06.21 GMT, setelah mencapai level tertinggi dalam hampir sebulan pada Senin (11/4). Sementara itu, emas berjangka AS terdongkrak 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di 1.960,30 dolar AS per ounce.
Manajer umum global ABC Bullion, Nicholas Frappell, mengatakan emas mendapat tawaran beli karena ekuitas yang lebih lemah dan ketegangan geopolitik sambil menghadapi hambatan dari melemahnya minyak mentah, dolar yang lebih kuat, dan kenaikan imbal hasil riil.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,3 persen, karena investor bersiap untuk data inflasi AS yang panas yang diperkirakan menunjukkan harga-harga bulan lalu naik terbesar dalam lebih dari 16 tahun.
"Ekspektasi (IHK) AS adalah 1,50 persen bulan ke bulan, jika jumlahnya lebih rendah, diperkirakan emas akan melemah," kata Frappell.
Indeks dolar kembali di atas 100, menguji level tertinggi dua tahun dekat pekan lalu di 100,19, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun naik ke level tertinggi sejak Desember 2018.
Dolar yang lebih kuat membuat emas kurang menarik bagi pemegang mata uang lainnya, sementara suku bunga dan imbal hasil AS yang lebih tinggi meningkatkan peluang kerugian memegang emas, yang juga digunakan sebagai lindung nilai terhadap tekanan inflasi.
Di antara logam mulia lainnya di pasar spot, perak naik 0,3 persen menjadi diperdagangkan di 25,16 dolar AS per ounce dan platinum menguat 0,7 persen menjadi diperdagangkan di 983,66 dolar AS per ounce.
Baca juga: Saham Asia sebagian besar negatif
Baca juga: Emas naik setelah ekuitas AS jatuh
Emas spot menguat 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 1.956,78 dolar AS per ounce pada pukul 06.21 GMT, setelah mencapai level tertinggi dalam hampir sebulan pada Senin (11/4). Sementara itu, emas berjangka AS terdongkrak 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di 1.960,30 dolar AS per ounce.
Manajer umum global ABC Bullion, Nicholas Frappell, mengatakan emas mendapat tawaran beli karena ekuitas yang lebih lemah dan ketegangan geopolitik sambil menghadapi hambatan dari melemahnya minyak mentah, dolar yang lebih kuat, dan kenaikan imbal hasil riil.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,3 persen, karena investor bersiap untuk data inflasi AS yang panas yang diperkirakan menunjukkan harga-harga bulan lalu naik terbesar dalam lebih dari 16 tahun.
"Ekspektasi (IHK) AS adalah 1,50 persen bulan ke bulan, jika jumlahnya lebih rendah, diperkirakan emas akan melemah," kata Frappell.
Indeks dolar kembali di atas 100, menguji level tertinggi dua tahun dekat pekan lalu di 100,19, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun naik ke level tertinggi sejak Desember 2018.
Dolar yang lebih kuat membuat emas kurang menarik bagi pemegang mata uang lainnya, sementara suku bunga dan imbal hasil AS yang lebih tinggi meningkatkan peluang kerugian memegang emas, yang juga digunakan sebagai lindung nilai terhadap tekanan inflasi.
Di antara logam mulia lainnya di pasar spot, perak naik 0,3 persen menjadi diperdagangkan di 25,16 dolar AS per ounce dan platinum menguat 0,7 persen menjadi diperdagangkan di 983,66 dolar AS per ounce.
Baca juga: Saham Asia sebagian besar negatif
Baca juga: Emas naik setelah ekuitas AS jatuh