Kupang (AntaraNews NTT) - Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Timur Marius Ardu Jelamu mengemukakan, nilai kerugian akibat kebarakan di kampung adat Gurusina di Kabupaten Ngada, Pulau Flores, ditaksir mencapai Rp5,4 miliar.
"Setelah kami hitung-hitung kerugian akibat kebakaran itu ditaksir mencapai Rp5,4 miliar lebih," kata Marius Ardu Jelamu kepada Antara di Kupang, Selasa (14/8).
Ia mengatakan, kebakaran kampung adat Gurusina di Desa Watumanu, Kecamatan Jerebu`u pada Senin (13/8) petang itu telah melenyapkan sebanyak 27 rumah adat. Hanya tujuh dari enam bangunan rumah adat yang ditempati warga serta satu rumah baca lolos dari sambaran api.
Marius mengatakan, kerugian yang ditaksir mencapai Rp5,4 miliar lebih dengan perhitungan untuk pembangunan kembali satu rumah adat bisa menelan biaya hingga Rp200 juta.
Ia menjelaskan, pembangunan sebuah rumah adat tidak hanya urusan menggantikan bahan-bahan bangunan tradisional seperti alang-alang, kayu, dan bambu yang hangus, tetapi ada banyak tindakan yang juga membutuhkan biaya sehingga satu rumah adat bisa menelan biaya hingga Rp200 juta.
"Ada ritual adat yang bisa saja harus mengumpulkan banyak pihak, ada penyembelihan hewan, dan pengadaan lainnya. Belum lagi ada barang-barang sakral yang ikut hangus terbakar," katanya.
Baca juga: Kampung adat Gurusina di Ngada terbakar
Kampung adat Gurusina di Kabupaten Ngada, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, Senin (13/8) petang sekitar pukul 16.30 Wita terbakar. (ANTARA Foto/istimewa)
Marius berharap, Pemerintah Kabupaten Ngada mulai menyiapkan anggaran untuk pembangunan kembali kampung adat Gurusina meskipun harus dilakukan secara bertahap.
"Kami juga tentu koordinasi dengan Kementerian Pariwisata dan Kementerian Kebudayaan untuk bisa bersama-sama membangun kembali kampung adat itu yang merupakan destinasi wisata yang selama ini sudah cukup populer," katanya.
"Setelah kami hitung-hitung kerugian akibat kebakaran itu ditaksir mencapai Rp5,4 miliar lebih," kata Marius Ardu Jelamu kepada Antara di Kupang, Selasa (14/8).
Ia mengatakan, kebakaran kampung adat Gurusina di Desa Watumanu, Kecamatan Jerebu`u pada Senin (13/8) petang itu telah melenyapkan sebanyak 27 rumah adat. Hanya tujuh dari enam bangunan rumah adat yang ditempati warga serta satu rumah baca lolos dari sambaran api.
Marius mengatakan, kerugian yang ditaksir mencapai Rp5,4 miliar lebih dengan perhitungan untuk pembangunan kembali satu rumah adat bisa menelan biaya hingga Rp200 juta.
Ia menjelaskan, pembangunan sebuah rumah adat tidak hanya urusan menggantikan bahan-bahan bangunan tradisional seperti alang-alang, kayu, dan bambu yang hangus, tetapi ada banyak tindakan yang juga membutuhkan biaya sehingga satu rumah adat bisa menelan biaya hingga Rp200 juta.
"Ada ritual adat yang bisa saja harus mengumpulkan banyak pihak, ada penyembelihan hewan, dan pengadaan lainnya. Belum lagi ada barang-barang sakral yang ikut hangus terbakar," katanya.
Baca juga: Kampung adat Gurusina di Ngada terbakar
"Kami juga tentu koordinasi dengan Kementerian Pariwisata dan Kementerian Kebudayaan untuk bisa bersama-sama membangun kembali kampung adat itu yang merupakan destinasi wisata yang selama ini sudah cukup populer," katanya.