Washington (ANTARA) - Amerika Serikat menyatakan "sangat terganggu dan kecewa" dengan vonis penjara seumur hidup bagi dermawan Turki Osman Kavala.
Hukuman itu dijatuhkan tanpa pembebasan bersyarat pada Senin, (25/4).
"Vonis tidak adil yang dijatuhkan kepadanya tidak sejalan dengan penghormatan terhadap hak asasi manusia, kebebasan mendasar, dan aturan hukum. Sekali lagi kami mengimbau Turki untuk membebaskan Osman Kavala," kata Departemen Luar Negeri AS dalam pernyataannya pada Senin.
Kavala dihukum atas tuduhan mencoba menggulingkan pemerintah Turki dengan mendanai unjuk rasa. Kasus itu dinilai pengadilan tinggi Eropa dan negara-negara Barat bersifat politis.
"Kami sangat prihatin dengan pelecehan hukum secara terus menerus kepada masyarakat sipil, media, serta tokoh politik dan bisnis," kata Deplu AS menambahkan.
Kavala, 64 tahun, telah dipenjara selama 4,5 tahun tanpa putusan hukum dan membantah tuduhan terkait aksi protes Gezi.
Protes itu bermula dari demonstrasi kecil di sebuah taman Istanbul pada 2013, lalu membesar menjadi kerusuhan anti pemerintah di seluruh Turki.
Dalam pembelaannya sebelum pembacaan vonis, Kavala mengatakan tuntutan hukuman seumur hidup itu didasarkan pada "bukti yang bukan bukti" dan sama dengan "tindak pembunuhan dengan menggunakan peradilan".
Baca juga: Telepon Putin, Erdogan tekankan gencatan senjata
Baca juga: Jet tempur Turki hantam target milisi Kurdi di Irak
Kavala memainkan peranan penting dalam mengembangkan masyarakat madani di Turki sebelum ditahan pada 2017, mulai dari mendirikan penerbitan untuk perubahan sosial setelah kudeta Turki pada 1980 hingga mendorong kebudayaan lewat organisasi Anadolu Kultur.
Sumber: Antara/Reuters
Hukuman itu dijatuhkan tanpa pembebasan bersyarat pada Senin, (25/4).
"Vonis tidak adil yang dijatuhkan kepadanya tidak sejalan dengan penghormatan terhadap hak asasi manusia, kebebasan mendasar, dan aturan hukum. Sekali lagi kami mengimbau Turki untuk membebaskan Osman Kavala," kata Departemen Luar Negeri AS dalam pernyataannya pada Senin.
Kavala dihukum atas tuduhan mencoba menggulingkan pemerintah Turki dengan mendanai unjuk rasa. Kasus itu dinilai pengadilan tinggi Eropa dan negara-negara Barat bersifat politis.
"Kami sangat prihatin dengan pelecehan hukum secara terus menerus kepada masyarakat sipil, media, serta tokoh politik dan bisnis," kata Deplu AS menambahkan.
Kavala, 64 tahun, telah dipenjara selama 4,5 tahun tanpa putusan hukum dan membantah tuduhan terkait aksi protes Gezi.
Protes itu bermula dari demonstrasi kecil di sebuah taman Istanbul pada 2013, lalu membesar menjadi kerusuhan anti pemerintah di seluruh Turki.
Dalam pembelaannya sebelum pembacaan vonis, Kavala mengatakan tuntutan hukuman seumur hidup itu didasarkan pada "bukti yang bukan bukti" dan sama dengan "tindak pembunuhan dengan menggunakan peradilan".
Baca juga: Telepon Putin, Erdogan tekankan gencatan senjata
Baca juga: Jet tempur Turki hantam target milisi Kurdi di Irak
Kavala memainkan peranan penting dalam mengembangkan masyarakat madani di Turki sebelum ditahan pada 2017, mulai dari mendirikan penerbitan untuk perubahan sosial setelah kudeta Turki pada 1980 hingga mendorong kebudayaan lewat organisasi Anadolu Kultur.
Sumber: Antara/Reuters