Kupang (AntaraNews NTT) - Kepala Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Danny Suhadi menyarankan, daerah-daerah penghasil ternak besar di daerah ini seperti sapi dan kerbau sebaiknya menggunakan microchip pada ternak.
"Memang lebih aman dan nyaman dari pencurian, terutama ternak yang dipelihara dalam kandang," kata Danny Suhadi kepada Antara di Kupang, Selasa (28/8) terkait penggunaan microchip pada ternak-ternak besar di Pulau Sumba.
Pemerintah Kabupaten Sumba Barat sejak tahun 2015, mulai memasang microchip pada ternak-ternak besar milik petani, untuk mencegah pencurian ternak di daerah itu yang sudah sangat meresahkan.
Menurut Danny Suhadi, pola pengamanan ternak dengan sistem microchip yang dilaksanakan di Pulau Sumba, bisa diterapkan juga di daerah-daerah penghasil ternak di provinsi berbasis kepulauan itu.
"Saya kira ini metode pengamanan baru pada ternak, dan bisa diadopsi oleh daerah lain di NTT, terutama daerah penghasil ternak besar," katanya sembari menambahkan dengan sistem microchip maka para pemilik tidak perlu lagi memberi cap pada ternak miliknya, serta tidak perlu lagi ada kartu tanda ternak.
"Jadi semua ternak bisa dikontrol dengan menggunakan sistem microchip, apalagi alat ini bisa bertahan selama 25 tahun," katanya menambahkan.
Baca juga: Microchip dapat mengendalikan lalu lintas ternak
Dekan Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Ir Gustaf Oematan MSi
Dekan Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Ir Gustaf Oematan, MSi secara terpisah mengatakan, penggunaan microchip pada ternak besar, dapat menjadi alat yang efektif untuk mengendalikan lalulintas ternak, khususnya ternak besar.
"Penggunaan microchip itu sangat bagus, karena tidak hanya untuk mencegah pencurian tetapi untuk mengetahui lalulintas ternak, dan mendeteksi keberadaan ternak, serta dapat membantu pengendalikan ternak dalam arti luas," katanya.
Menurut dia, penggunaan alat ini sangat baik untuk mengontrol, sekaligus meregistrasi ternak, sehingga daerah penghasil ternak dapat meniru pola yang diterapkan pemerintah di daratan Pulau Sumba.
"Teknologi ini tentu baik, tetapi semuanya tergantung pada kemauan pemerintah dalam membuat kebijakan politik anggaran pada daerah masing-masing," katanya.
Dia mengatakan, tanpa dukungan anggaran yang memadai, maka peralatan teknologi yang cukup canggih ini tidak bisa diterapkan di daerah lain di NTT.
Baca juga: Cegah pencurian ternak di Sumba dengan Microchip
Kepala Dinas Peternakan NTT Danu Suhadi
"Memang lebih aman dan nyaman dari pencurian, terutama ternak yang dipelihara dalam kandang," kata Danny Suhadi kepada Antara di Kupang, Selasa (28/8) terkait penggunaan microchip pada ternak-ternak besar di Pulau Sumba.
Pemerintah Kabupaten Sumba Barat sejak tahun 2015, mulai memasang microchip pada ternak-ternak besar milik petani, untuk mencegah pencurian ternak di daerah itu yang sudah sangat meresahkan.
Menurut Danny Suhadi, pola pengamanan ternak dengan sistem microchip yang dilaksanakan di Pulau Sumba, bisa diterapkan juga di daerah-daerah penghasil ternak di provinsi berbasis kepulauan itu.
"Saya kira ini metode pengamanan baru pada ternak, dan bisa diadopsi oleh daerah lain di NTT, terutama daerah penghasil ternak besar," katanya sembari menambahkan dengan sistem microchip maka para pemilik tidak perlu lagi memberi cap pada ternak miliknya, serta tidak perlu lagi ada kartu tanda ternak.
"Jadi semua ternak bisa dikontrol dengan menggunakan sistem microchip, apalagi alat ini bisa bertahan selama 25 tahun," katanya menambahkan.
Baca juga: Microchip dapat mengendalikan lalu lintas ternak
Dekan Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Ir Gustaf Oematan, MSi secara terpisah mengatakan, penggunaan microchip pada ternak besar, dapat menjadi alat yang efektif untuk mengendalikan lalulintas ternak, khususnya ternak besar.
"Penggunaan microchip itu sangat bagus, karena tidak hanya untuk mencegah pencurian tetapi untuk mengetahui lalulintas ternak, dan mendeteksi keberadaan ternak, serta dapat membantu pengendalikan ternak dalam arti luas," katanya.
Menurut dia, penggunaan alat ini sangat baik untuk mengontrol, sekaligus meregistrasi ternak, sehingga daerah penghasil ternak dapat meniru pola yang diterapkan pemerintah di daratan Pulau Sumba.
"Teknologi ini tentu baik, tetapi semuanya tergantung pada kemauan pemerintah dalam membuat kebijakan politik anggaran pada daerah masing-masing," katanya.
Dia mengatakan, tanpa dukungan anggaran yang memadai, maka peralatan teknologi yang cukup canggih ini tidak bisa diterapkan di daerah lain di NTT.
Baca juga: Cegah pencurian ternak di Sumba dengan Microchip