Kupang (AntaraNews NTT) - Badan Urusan Logistik (Bulog) Divisi Regional (Divre) Nusa Tenggara Timur menyerap sebanyak 1.456 ton beras dari petani lokal di provinsi berbasiskan kepulauan itu sejak awal tahun 2018.
"Dari Januari sampai Agustus 2018, kami sudah membeli beras dari petani lokal di NTT sebanyak 1.456 ton lebih," kata Kepala Bulog Divre NTT Efdal Sulaiman kepada Antara di Kupang, Kamis (30/8).
Ia menjelaskan, penyerapan beras petani itu didominasi dari sejumlah daerah potensial seperti Pulau Flores yakni didominasi dari Kabupaten Manggarai mencapai 750.000 kilogram (kg).
Sedang, dari Kabupaten Manggarai Barat 242.450 kg, Kabupaten Ngada 20.000 kg, Kabupaten Ende 44.000 kg, dan Kabupaten Sikka 20.000 kg.
Sementara penyerapan beras petani di Pulau Sumba seperti Kabupaten Sumba Barat 75.000 kg dan Kabupaten Sumba Timur 43.000 kg. Sedang, di daratan Timor seperti Kabupaten Belu 42.000 kg, Kabupaten Timor Tengah Selatan 5.000 kg, Kabupaten Kupang 1.000 kg, Kota Kupang 124.950 kg, dan Kabupaten Rote Ndao 82.000 kg.
Baca juga: Bulog hentikan pengadaan beras dari Nagekeo
Beras berkualitas jelek dan tidak layak dikonsumsi manusia
"Beras yang dihasilkan petani lokal merupakan beras medium yang kami beli dengan harga Rp8.030 per kilogram," katanya dan menjelaskan penyerapan dilakukan dengan pembelian beras bukan gabah, karena petani lokal juga memilih menyimpan gabah.
"Jadi memang ada gabah petani sengaja disimpan untuk berjaga-jaga, pada saat mereka butuhkan baru digiling menjadi beras untuk dijual," katanya.
Efdal mengatakan, pihaknya akan terus memantau aktivitas petani di daerah itu untuk melakukan pembelian ketika ada panen raya. "Kami tetap akan tetap membelinya sesuai dengan kriteria kualitas yang ditetapkan Bulog," ujarnya.
"Kalau ada panen raya itu sudah pasti kami beli untuk menjaga harga di tingkat produsen sehingga harga tidak turun, selain itu juga untuk menambah stok kami," katanya.
Ia menambahkan, beras medium yang dibeli dari petani sesuai dengan kriteria kualitas tertentu seperti kadar air maksimum 14 persen, butir patah maksimum 20 persen.
Baca juga: NTT datangkan 130.000 ton beras pertahun
Aktivitas bongkar beras di Pelabuhan Tenau Kupang
"Dari Januari sampai Agustus 2018, kami sudah membeli beras dari petani lokal di NTT sebanyak 1.456 ton lebih," kata Kepala Bulog Divre NTT Efdal Sulaiman kepada Antara di Kupang, Kamis (30/8).
Ia menjelaskan, penyerapan beras petani itu didominasi dari sejumlah daerah potensial seperti Pulau Flores yakni didominasi dari Kabupaten Manggarai mencapai 750.000 kilogram (kg).
Sedang, dari Kabupaten Manggarai Barat 242.450 kg, Kabupaten Ngada 20.000 kg, Kabupaten Ende 44.000 kg, dan Kabupaten Sikka 20.000 kg.
Sementara penyerapan beras petani di Pulau Sumba seperti Kabupaten Sumba Barat 75.000 kg dan Kabupaten Sumba Timur 43.000 kg. Sedang, di daratan Timor seperti Kabupaten Belu 42.000 kg, Kabupaten Timor Tengah Selatan 5.000 kg, Kabupaten Kupang 1.000 kg, Kota Kupang 124.950 kg, dan Kabupaten Rote Ndao 82.000 kg.
Baca juga: Bulog hentikan pengadaan beras dari Nagekeo
"Beras yang dihasilkan petani lokal merupakan beras medium yang kami beli dengan harga Rp8.030 per kilogram," katanya dan menjelaskan penyerapan dilakukan dengan pembelian beras bukan gabah, karena petani lokal juga memilih menyimpan gabah.
"Jadi memang ada gabah petani sengaja disimpan untuk berjaga-jaga, pada saat mereka butuhkan baru digiling menjadi beras untuk dijual," katanya.
Efdal mengatakan, pihaknya akan terus memantau aktivitas petani di daerah itu untuk melakukan pembelian ketika ada panen raya. "Kami tetap akan tetap membelinya sesuai dengan kriteria kualitas yang ditetapkan Bulog," ujarnya.
"Kalau ada panen raya itu sudah pasti kami beli untuk menjaga harga di tingkat produsen sehingga harga tidak turun, selain itu juga untuk menambah stok kami," katanya.
Ia menambahkan, beras medium yang dibeli dari petani sesuai dengan kriteria kualitas tertentu seperti kadar air maksimum 14 persen, butir patah maksimum 20 persen.
Baca juga: NTT datangkan 130.000 ton beras pertahun