Kupang (AntaraNews NTT) - Wakil Bupati Flores Timur Agustinus Payong Boli mengemukakan pemerintah setempat tengah mengembangkan komoditas bawang merah secara menyebar di lima kecamatan, di antaranya Wulanggitang, Tanjung Bunga, Tite Hena, Adonara Barat, dan Adonara Timur.
"Pengembangan bawang ini jadi bagian dari fokus kami untuk mengurangi ketergantungan konsumsi yang selama ini dipasok penuh dari Bima, NTB," katanya ketika dihubungi Antara dari Kupang, Rabu (5/9).
Ia mengatakan, daerah setempat memiliki ratusan hektare lahan tidur yang menyebar pada lima kecamatan tersebut yang sangat potensial untuk tanaman holtikultura termasuk bawang merah.
Potensi bawang merah, lanjutnya, sudah menunjukkan hasil yang menjanjikan dengan panen pertama sebanyak 18,5 ton di Desa Narasaosina, Kecamatan Adonara Timur, Pulau Adonara, beberapa waktu lalu.
"Dari ukuran standarnya produksi ini tertinggi di Provinsi NTT karena satu hektare saja hasilnya bisa seperti itu. Tahun ini kelompok tani di Narasaosina akan kembangkan lagi tiga sampai lima hektare," katanya.
Baca juga: Lembata jadi pemasok bawang merah untuk Alor dan Flores Timur
Baca juga: Petani Lembata panen 1,7 ton bawang merah
Bawang Merah
Ia mengatakan, pengembangan bawang merah juga sementara diimulai di Kecamatan Wulanggitang dengan lahan potensial mencapai lebih dari 200 hektare.
"Di Wulanggitang sudah dimulai dengan panen padi dan jagung selanjutnya bergerak ke tanaman bawang, sehingga satu tahun bisa menghasilkan beberapa jenis tanaman," katanya.
Pihaknya juga mendorong pengembangan bawang merah di daerah persawahan Kecamatan Tite Hena, Tanjung Bunga, dan Adonara Barat.
Agustinus memastikan pengembangan tanaman holtikultura menjadi prioritas pemerintah setempat yang diperkuat melalui dengan bantuan benih, pupuk, dan alat mesin pertanian secara berthap.
Menurutnya, upaya ini sejalan dengan visi-misi pemerintahannya bersama Bupati Antonius Gege Hadjon untuk menyelamatkan generasi muda melalui gerakan "orang muda masuk kebun", sekaligus menyelamatkan tanaman rakyat.
"Sasaran kami agar generasi muda tidak lagi menganggur namun mulai melihat potensi lahan sebagai sumber keuntungan seperti di Desa Narasaosina. Apalagi tanaman holtikultura ini berusia pendek sehingga selain untuk kebutuhan konsumsi juga untuk bisnis," katanya.
Ia menambahkan, target pengembangan bawang merah secara bertahap mengurangi ketergantungan pasokan dari luar daerah kemudian dilakukan penjajakan pasar ke daerah lainnya.
Kementerian Pertanian genjot produksi bawang merah di NTT untuk ekspor ke Timor Leste ((HO/Kementerian Pertanian))
"Pengembangan bawang ini jadi bagian dari fokus kami untuk mengurangi ketergantungan konsumsi yang selama ini dipasok penuh dari Bima, NTB," katanya ketika dihubungi Antara dari Kupang, Rabu (5/9).
Ia mengatakan, daerah setempat memiliki ratusan hektare lahan tidur yang menyebar pada lima kecamatan tersebut yang sangat potensial untuk tanaman holtikultura termasuk bawang merah.
Potensi bawang merah, lanjutnya, sudah menunjukkan hasil yang menjanjikan dengan panen pertama sebanyak 18,5 ton di Desa Narasaosina, Kecamatan Adonara Timur, Pulau Adonara, beberapa waktu lalu.
"Dari ukuran standarnya produksi ini tertinggi di Provinsi NTT karena satu hektare saja hasilnya bisa seperti itu. Tahun ini kelompok tani di Narasaosina akan kembangkan lagi tiga sampai lima hektare," katanya.
Baca juga: Lembata jadi pemasok bawang merah untuk Alor dan Flores Timur
Baca juga: Petani Lembata panen 1,7 ton bawang merah
"Di Wulanggitang sudah dimulai dengan panen padi dan jagung selanjutnya bergerak ke tanaman bawang, sehingga satu tahun bisa menghasilkan beberapa jenis tanaman," katanya.
Pihaknya juga mendorong pengembangan bawang merah di daerah persawahan Kecamatan Tite Hena, Tanjung Bunga, dan Adonara Barat.
Agustinus memastikan pengembangan tanaman holtikultura menjadi prioritas pemerintah setempat yang diperkuat melalui dengan bantuan benih, pupuk, dan alat mesin pertanian secara berthap.
Menurutnya, upaya ini sejalan dengan visi-misi pemerintahannya bersama Bupati Antonius Gege Hadjon untuk menyelamatkan generasi muda melalui gerakan "orang muda masuk kebun", sekaligus menyelamatkan tanaman rakyat.
"Sasaran kami agar generasi muda tidak lagi menganggur namun mulai melihat potensi lahan sebagai sumber keuntungan seperti di Desa Narasaosina. Apalagi tanaman holtikultura ini berusia pendek sehingga selain untuk kebutuhan konsumsi juga untuk bisnis," katanya.
Ia menambahkan, target pengembangan bawang merah secara bertahap mengurangi ketergantungan pasokan dari luar daerah kemudian dilakukan penjajakan pasar ke daerah lainnya.