Kupang (AntaraNews NTT) - Wakil Bupati Lembata Thomas Ola Langodai mengatakan para petani di Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur telah memanen komoditas bawang merah sebanyak 1,7 ton untuk pertama kalinya.
"Panen perdana bawang merah secara simbolis sudah dilakukan beberapa hari lalu dan masih berlangsung sampai hari ini dengan perhitungan hasilnya mencapai sekitar 1,7 ton," kata Thomas Ola Langodai kepada Antara ketika dihubungi dari Kupang, Senin (30/7).
Ia mengatakan, panen perdana bawang telah dilakukan pada Kamis (26/7) lalu dipusatkan di lahan percontohan (demonstration plot) di Kuma Resort, Kecamatan Nubatuban, dan pada lahan lainnya sementara dipanen hingga hari ini.
Menurut mantan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Widya Mandira Kupang itu, tahun 2018 merupakan tahun pertama pemerintah daerah Lembata mulai menggalakkan program inovasi tani cabai dan bawang (t-cabang).
Selama ini, kata Thomas Langodai, konsumsi komoditas cabai dan bawang merah untuk masyarakat Lembata di Pulau Lembata atau lebih populer dengan sebutan Lepanbata masih mengandalkan pasokan dari luar daerah, seperti Kupang dan beberapa tempat di Flores.
"Kondisi ini yang kadang menjadi memicu naiknya harga komoditas tersebut sewaktu-waktu, serta menimbulkan tingkat inflasi yang luar biasa," kata pengamat ekonomi tersebut.
Baca juga: NTT Ekspor Bawang Merah ke Timor Leste
Untuk itu, lanjutnya, mulai tahun 2018, hampir setiap desa di daerah setempat diarahkan untuk menanam cabai dan bawang merah dengan memanfaatkan dana desa.
Menurutnya, jika produksi berjalan baik maka paling tidak terdapat 144 hektare lahan potensial penghasil cabai dan bawang di daerah setempat, selain hasil dari lahan percontohan pemerintah daerah di Kuma Resort.
"Jadi untuk tahun pertama ini kami betul-betul fokus pada dua komoditas tersebut, yakni cabai dan bawang merah," katanya dan menambahkan pemerintahannya menargetkan ke depan akan menjadi pemasok komoditas bawang dan cabai untuk kabupten lain di sekitarnya seperti Flores Timur dan Alor.
"Tentu kami pastikan dahulu kebutuhan dalam daerah terpenuhi kemudian bisa dipasok untuk masyarakt di Pulau Adonara, Pulau Solor, Kota Larantuka dan sekitarnya, serta Kalabahi di Kabupaten Alor," katanya.
Thomas menambahkan, jika produksi di daerah berjalan lancar maka dalam jangka panjang bisa menjadi pemasok untuk kota-kota besar seperti Kota Kupang dan lainnya.
Baca juga: Belu dan Rote Jadi Penyangga Bawang
"Panen perdana bawang merah secara simbolis sudah dilakukan beberapa hari lalu dan masih berlangsung sampai hari ini dengan perhitungan hasilnya mencapai sekitar 1,7 ton," kata Thomas Ola Langodai kepada Antara ketika dihubungi dari Kupang, Senin (30/7).
Ia mengatakan, panen perdana bawang telah dilakukan pada Kamis (26/7) lalu dipusatkan di lahan percontohan (demonstration plot) di Kuma Resort, Kecamatan Nubatuban, dan pada lahan lainnya sementara dipanen hingga hari ini.
Menurut mantan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Widya Mandira Kupang itu, tahun 2018 merupakan tahun pertama pemerintah daerah Lembata mulai menggalakkan program inovasi tani cabai dan bawang (t-cabang).
Selama ini, kata Thomas Langodai, konsumsi komoditas cabai dan bawang merah untuk masyarakat Lembata di Pulau Lembata atau lebih populer dengan sebutan Lepanbata masih mengandalkan pasokan dari luar daerah, seperti Kupang dan beberapa tempat di Flores.
"Kondisi ini yang kadang menjadi memicu naiknya harga komoditas tersebut sewaktu-waktu, serta menimbulkan tingkat inflasi yang luar biasa," kata pengamat ekonomi tersebut.
Baca juga: NTT Ekspor Bawang Merah ke Timor Leste
Untuk itu, lanjutnya, mulai tahun 2018, hampir setiap desa di daerah setempat diarahkan untuk menanam cabai dan bawang merah dengan memanfaatkan dana desa.
Menurutnya, jika produksi berjalan baik maka paling tidak terdapat 144 hektare lahan potensial penghasil cabai dan bawang di daerah setempat, selain hasil dari lahan percontohan pemerintah daerah di Kuma Resort.
"Jadi untuk tahun pertama ini kami betul-betul fokus pada dua komoditas tersebut, yakni cabai dan bawang merah," katanya dan menambahkan pemerintahannya menargetkan ke depan akan menjadi pemasok komoditas bawang dan cabai untuk kabupten lain di sekitarnya seperti Flores Timur dan Alor.
"Tentu kami pastikan dahulu kebutuhan dalam daerah terpenuhi kemudian bisa dipasok untuk masyarakt di Pulau Adonara, Pulau Solor, Kota Larantuka dan sekitarnya, serta Kalabahi di Kabupaten Alor," katanya.
Thomas menambahkan, jika produksi di daerah berjalan lancar maka dalam jangka panjang bisa menjadi pemasok untuk kota-kota besar seperti Kota Kupang dan lainnya.
Baca juga: Belu dan Rote Jadi Penyangga Bawang