Kupang (ANTARA) - Perusahaan swasta yang bergerak di bidang Teknologi informasi dan komunikasi Lintasarta melatih 320 siswa dan 24 guru setingkat SMA di NTT mengenai Network Engineer, Network Infra Engineer, Artificial Intelligence (AI) for Youth, dan Teach in Industry 4.0 guna mendukung digitalisasi di daerah itu.

“Demi mendukung misi pemerintah untuk mempercepat proses digitalisasi secara masif di seluruh negeri, kami menggandeng Orbit Future Academy (OFA) sebagai pengelola kurikulum wawasan teknologi dan keterampilan masa depan,” kata Direktur Utama Lintasarta, Arya Damar di Kupang, Jumat, (19/8/2022).

Ia mengatakan bahwa program CSR yang dinamakan Digitalintasarta itu baru diluncurkan pada Jumat (19/8) dengan menghadirkan kurikulum pembelajaran bagi ratusan pelajar dan guru sekolah menengah kejuruan di NTT dan dicanangkan sebagai upaya percepatan transformasi digital, sekaligus penyerapan tenaga kerja di wilayah terkait.

Arya Damar mengatakan bahwa program itu didukung penuh oleh Intel Indonesia, Microsoft Indonesia, Bank NTT dan Politeknik Negeri Kupang (PNK).

Ia menjelaskan bahwa pada pelaksanaannya, modul pengajaran ini diberikan dalam periode kurang lebih tiga bulan. Selanjutnya ada pemetaan jangka panjang agar anak-anak yang dilatih dapat direkrut perusahaan ternama maupun membangun daerah.

“Program ini menilik NTT sebagai provinsi pariwisata yang sedang berkembang dan tentunya membutuhkan dukungan digitalisasi baik itu infrastruktur maupun SDM,” ujar dia.

Ia menegaskan bahwa digitalisasi yang didukung dengan sinyal dapat membuka akses masyarakat dalam perekonomian dan begitu pula daerah dapat diakses oleh dunia global.

Lintasarta sendiri telah menyediakan komunikasi data internet juga IT servis untuk berbagai sektor industri dengan lebih dari 2.400 pelanggan korporasi juga memiliki lebih dari 35.000 jaringan.

Jaringan ini meliputi layanan komunikasi data fiber optik, jaringan satelit, managed security and collaboration, data center dan DRC, cloud computing, managed services, e-Health dan solusi total komunikasi data dengan jaminan ketersediaan koneksi jaringan (SLA) hingga 99,99 persen sesuai kebutuhan pelanggan.

Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT, Ayub Sanam, menyebut teknologi jaringan berpengaruh pada implementasi kurikulum merdeka di NTT.

"Sementara di NTT masih terdapat daerah-daerah yang ‘blind spot ‘atau tanpa sinyal," ujar dia.

Sementara dunia pendidikan NTT selama COVID-19 menunjukkan belum cakapnya siswa maupun guru soal teknologi digital ditambah lagi adanya keterbatasan infrastruktur terkait.

Baca juga: BPOLBF gali potensi kembangkan ekonomi digital Labuan Bajo Flores

"Apalagi hanya 40 persen siswa yang menggunakan smartphone dan guru pun belum cakap seluruhnya dalam pembelajaran jarak jauh," kata dia.

Baca juga: Pemkab Mabar manfaatkan digitalisasi perkuat narasi sejarah

Ia yakin pendidikan ketrampilan yang sangat menarik ini disambut baik oleh 8 SMK di NTT yang mengutus guru dan siswanya.

Ayub ingin kerja sama ini berlanjut dan peserta dapat membagikan pengetahuan kepada sekolah lainnya pula.

Pewarta : Kornelis Kaha
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025