Kuala Lumpur (ANTARA) - “Alhamdulillah boleh kembali ke KL; trakhir pd Des 2019 (Alhamdulillah bisa kembali ke Kuala Lumpur, terakhir pada Desember 2019)”.
Demikian isi pesan singkat di aplikasi Whatsapp yang Faisal Abd Aziz sodorkan kepada ANTARA pada Jumat (16/9) malam, di depan Departemen Trauma dan Gawat Darurat Rumah Sakit Serdang, Selangor, Malaysia.
Presiden Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) itu mengatakan, pesan singkat berbahasa melayu itu dari Profesor Azyumardi Azra. Dari sana terbaca betapa bersemangatnya Rekor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta periode 1998-2006 itu dapat kembali ke Kuala Lumpur untuk berbagi ilmu dan pemikiran.
Faisal dan rekan-rekan di ABIM pun merasa senang karena akhirnya bisa berjumpa secara tatap muka dengan sosok yang selama ini mereka anggap sebagai guru tersebut.
ABIM memang mengundang Prof Azra untuk menjadi salah satu pembicara di sesi pertama Konferensi Internasional Kosmopolitan Islam yang bertema “Mengilham Kebangkitan, Meneroka Masa Depan”, yang dilaksanakan di Bangi Avenue Convention Center, Kajang, pada Sabtu (17/9).
Meski pada akhirnya ia tidak dapat bertemu langsung dengan Prof Azra, karena setibanya di Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur (KLIA) pada Jumat sore, Ketua Dewan Pers itu segera dilarikan ke Rumah Sakit Serdang di daerah Selangor.
Saat itu Faisal bergegas ke Rumah Sakit Serdang setelah dua rekannya dari ABIM yang bertugas menjemput Prof Azra di bandara menyampaikan kabar bahwa guru mereka itu harus dilarikan ke rumah sakit dengan ambulans.
Istri Ketua Dewan Pers Profesor Azyumardi Azra, Ipah Farihah (kerudung coklat) mendapat pelukan dari istri politisi senior Malaysia Anwar Ibrahim, Wan Azizah Wan Ismail saat bertakziah di Rumah Sakit Serdang, Selangor, Malaysia, Minggu (18/9/2022). ANTARA/Virna Puspa Setyorini.
Itu potongan dari rekaman cerita yang Faisal miliki tentang Prof Azra hari itu.
Saat itu, dirinya tidak memiliki potongan informasi lain yang beredar sangat cepat di grup-grup Whatsapp (WA) di Tanah Air mengenai kondisi kesehatan Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut 20 menit sebelum mendarat di KLIA.
Isi dari pesan tersebut kurang lebih seperti ini. “Kalau ada teman-teman UIN atau yang kenal dengan teman-teman UIN, Pak Azyumardi sesak nafas dalam penerbangan ke Kuala Lumpur. Info dari Prof Budi USU, sejarawan yang satu pesawat dengan Pak Azyumardi”.
Pesan singkat yang berisi tentang kondisi kesehatan Ketua Dewan Pers itu pertama kali ANTARA terima di Kuala Lumpur pada pukul 17.33 waktu setempat.
Sambil mencoba mengonfirmasi kebenaran kabar tersebut, ANTARA bergegas ke rumah sakit yang berjarak sekitar 30 menit berkendara dari pusat Kota Kuala Lumpur ke arah Putrajaya. Pada saat yang sama informasi lebih lanjut melalui WA dan telepon dari Jakarta bertubi-tubi datang untuk mengecek kebenaran kabar tersebut.
Sempat mengecek bagian informasi dan masuk ke area ICU Rumah Sakit Serdang, namun nama Prof Azra belum tercantum di sana. Itu karena beliau masih dalam penanganan medis di Departemen Trauma dan Gawat Darurat rumah sakit tersebut.
ANTARA yang kebetulan bertemu dengan beberapa staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur saat keluar dari area ICU, bertemu dengan Faisal dan tiga rekannya dari ABIM dan Duta Besar Republik Indonesia untuk Malaysia Hermono yang sudah ada di depan emergency unit sekitar pukul 19.00 waktu setempat.
Prof Azra sudah mendapat perawatan di zona kritikal Departemen Trauma dan Gawat Darurat rumah sakit tersebut, dan tidak dapat didekati siapa pun, kecuali oleh tim medis. Itu potongan rekaman cerita yang ANTARA miliki hari itu.
Ditemani keluarga
Hari berikutnya, Prof Azra mendapat perawatan di coronary care unit (CCU) rumah sakit pemerintah Malaysia yang juga menjadi rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa kedokteran Universiti Putra Malaysia (UPM) itu.
CCU merupakan bangsal yang biasanya khusus diperuntukkan merawat pasien dengan serangan jantung, angina tidak stabil, disritmia jantung dan berbagai kondisi jantung lainnya yang memerlukan pemantauan dan perawatan terus menerus.
Sabtu sore, istri Prof Azra, Ipah Farihah bersama putra mereka Firman El Amny Azra tiba di KLIA dan langsung menuju Rumah Sakit Serdang bersama staf dari KBRI Kuala Lumpur. Saat itu masih masuk waktu besuk petang hari, antara pukul 17.15 hingga 18.30 waktu setempat.
Berita duka datang pada hari berikutnya justru saat Ipah dan Firman bersiap untuk menemani Prof Azra, sesuai dengan waktu besuk yang ditetapkan pihak rumah sakit, yakni pada pukul 12.30 waktu setempat.
Hanya sekitar 15 menit sebelum waktu besuk itu tiba, Ipah justru mendapat kabar kondisi suaminya memburuk. Upaya resusitasi sempat diberikan, namun Allah SWT berkendak lain dan Prof Azra dinyatakan meninggal dunia pada pukul 12.30.
Tidak terlihat air mata, namun kesedihan itu begitu tampak dari raut wajahnya saat ditemui di kafetaria rumah sakit.
Ipah lalu mulai bercerita bahwa Prof Azra sehat saat meninggalkan rumah Jumat pagi untuk bertolak ke Kuala Lumpur, dan tidak mengeluhkan apapun tentang kondisi kesehatannya saat itu. Karena itu dirinya meragukan hasil tes yang menyatakan suaminya terkena COVID-19.
Ia justru menduga suaminya kelelahan, karena memang beberapa hari sebelumnya telah melakukan perjalanan keluar kota.
Ipah mengatakan sempat menyajikan telur rebus untuk sarapan Prof Azra hari itu. Itu salah satu menu sarapan sehat sederhana kesukaan suaminya.
Dengan suara sendu Ipah mengatakan dirinya dan Firman sempat di sana, menemani Prof Azra di saat-saat terakhirnya.
Lalu Firman, putra kedua mereka ikut bergabung duduk bersama dan mulai menceritakan bagaimana Prof Azra suka sekali melakukan perjalanan-perjalanan. Menurut dia, ayahnya sering tiba-tiba “menghilang” tanpa memberitahu ke mana perginya.
Pernyataannya itu tidak lain ingin menggambarkan betapa sosok seorang Azyumardi Azra, cendekiawan Muslim Indonesia, yang memiliki nama besar di berbagai negara itu begitu aktif dalam kesehariannya.
Hal itu dibenarkan oleh Ipah, bahwa penerima gelar Commander of the Order of the British Empire (CBE) itu sangat suka melakukan perjalanan-perjalanan. Dalam satu bulan, selalu ada masa di mana beliau akan meninggalkan rumah untuk melakukan perjalanan keluar kota maupun keluar negeri.
Tidak ada yang menduga jika penerima Bintang Mahaputera Utama itu akan pergi begitu cepat. Firman yang juga mengajar di UIN Syarif Hidayatullah itu bahkan mengatakan berencana menemani ayahnya di rumah sakit hingga hari Rabu (21/9), dan akan digantikan oleh saudaranya yang lain.
Mereka bertakziah
Cerita keduanya lalu berhenti, untuk menemui mereka yang datang untuk bertakziah. Satu per satu sahabat, teman, murid serta mereka yang menjadikan Prof Azra sebagai panutan datang ke Rumah Sakit Serdang untuk ikut berbelasungkawa.
Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Malaysia Assoc Prof Sonny Zulhuda, anggota DUN/Parlemen Selangor Prof Dr Muhammad Nor Manuty, Presiden dan Wakil Rektor Universiti Selangor Prof Dr Mohammad Redzuan Othman, Presiden ABIM Faisal Abd Aziz dan rekan-rekannya, Presiden Persatuan Kebangsaan Pelajar Islam Malaysia (PKPIM) Ahmad Farhan, alumni UIN yang berada di Malaysia, sejumlah warga Indonesia di Malaysia, perwakilan organisasi media dari Indonesia maupun Malaysia datang bertakziah.
Baca juga: Sosok - Berpulangnya sang pelantun Widuri
Kafetaria Rumah Sakit Serdang yang berada di bagian depan rumah sakit tersebut menjadi tempat bertakziah dan bersilaturahim semuanya.
Duta Besar Hermono beserta istri Kiki Hermono dan beberapa staf KBRI Kuala Lumpur pun sejak awal ada di sana menemani sekaligus memfasilitasi semua yang diperlukan istri dan putra Ketua Dewan Pers itu untuk dapat membawa pulang jenazahnya ke Tanah Air.
Baca juga: Sosok - Ivana, perempuan tangguh di balik kesuksesan Donald Trump
Saat petang, tokoh politik senior Malaysia Anwar Ibrahim bersama istrinya Dr Wan Azizah Wan Ismail juga datang untuk bertakziah kepada keluarga Profesor Azyumardi Azra.
Wan Azizah memeluk erat Ipah dan menyampaikan rasa dukanya atas kepergian intelektual Muslim terpandang yang banyak memberikan sumbangan pemikirannya untuk kemajuan peradaban Islam modern itu.
Anwar Ibrahim pun mengenang Azyumardi Azra sebagai sosok dengan pemikiran yang kritis dan kreatif.
Dirinya menyebut Jalan Diponegoro 16, Menteng, Jakarta, yang menjadi markas Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI), menjadi tempat bersejarah bagi kedekatan mereka.
Baca juga: Mengenal sosok Putri Diana melalui kisah yang lain
Ia mengatakan bukan saja di Indonesia, tapi juga di Malaysia kehilangan tokoh, seorang sarjana yang sangat dikagumi mempunyai sumbangan besar kepada pola pemikiran masa kini.
Hingga malam itu, di kafetaria Rumah Sakit Serdang, Selangor, Malaysia, mengalir potongan-potongan cerita, baik tentang perjalanan hidup Azyumardi Azra, dari mereka yang mengenal baik profesor kelahiran Padang Pariaman itu, maupun dari yang hanya sempat berpapasan sejenak dalam perjalanan hidup mereka.
Presiden ABIM Faisal Abd Aziz menilai ini adalah perjalanan profesor ketika hendak mengajar, ketika hendak bertemu muridnya. "Ini satu jalan mulia yang diridai Allah, Insya Allah jalan menuju ke surga".
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Perjalanan terakhir Azyumardi Azra
Demikian isi pesan singkat di aplikasi Whatsapp yang Faisal Abd Aziz sodorkan kepada ANTARA pada Jumat (16/9) malam, di depan Departemen Trauma dan Gawat Darurat Rumah Sakit Serdang, Selangor, Malaysia.
Presiden Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) itu mengatakan, pesan singkat berbahasa melayu itu dari Profesor Azyumardi Azra. Dari sana terbaca betapa bersemangatnya Rekor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta periode 1998-2006 itu dapat kembali ke Kuala Lumpur untuk berbagi ilmu dan pemikiran.
Faisal dan rekan-rekan di ABIM pun merasa senang karena akhirnya bisa berjumpa secara tatap muka dengan sosok yang selama ini mereka anggap sebagai guru tersebut.
ABIM memang mengundang Prof Azra untuk menjadi salah satu pembicara di sesi pertama Konferensi Internasional Kosmopolitan Islam yang bertema “Mengilham Kebangkitan, Meneroka Masa Depan”, yang dilaksanakan di Bangi Avenue Convention Center, Kajang, pada Sabtu (17/9).
Meski pada akhirnya ia tidak dapat bertemu langsung dengan Prof Azra, karena setibanya di Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur (KLIA) pada Jumat sore, Ketua Dewan Pers itu segera dilarikan ke Rumah Sakit Serdang di daerah Selangor.
Saat itu Faisal bergegas ke Rumah Sakit Serdang setelah dua rekannya dari ABIM yang bertugas menjemput Prof Azra di bandara menyampaikan kabar bahwa guru mereka itu harus dilarikan ke rumah sakit dengan ambulans.
Itu potongan dari rekaman cerita yang Faisal miliki tentang Prof Azra hari itu.
Saat itu, dirinya tidak memiliki potongan informasi lain yang beredar sangat cepat di grup-grup Whatsapp (WA) di Tanah Air mengenai kondisi kesehatan Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut 20 menit sebelum mendarat di KLIA.
Isi dari pesan tersebut kurang lebih seperti ini. “Kalau ada teman-teman UIN atau yang kenal dengan teman-teman UIN, Pak Azyumardi sesak nafas dalam penerbangan ke Kuala Lumpur. Info dari Prof Budi USU, sejarawan yang satu pesawat dengan Pak Azyumardi”.
Pesan singkat yang berisi tentang kondisi kesehatan Ketua Dewan Pers itu pertama kali ANTARA terima di Kuala Lumpur pada pukul 17.33 waktu setempat.
Sambil mencoba mengonfirmasi kebenaran kabar tersebut, ANTARA bergegas ke rumah sakit yang berjarak sekitar 30 menit berkendara dari pusat Kota Kuala Lumpur ke arah Putrajaya. Pada saat yang sama informasi lebih lanjut melalui WA dan telepon dari Jakarta bertubi-tubi datang untuk mengecek kebenaran kabar tersebut.
Sempat mengecek bagian informasi dan masuk ke area ICU Rumah Sakit Serdang, namun nama Prof Azra belum tercantum di sana. Itu karena beliau masih dalam penanganan medis di Departemen Trauma dan Gawat Darurat rumah sakit tersebut.
ANTARA yang kebetulan bertemu dengan beberapa staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur saat keluar dari area ICU, bertemu dengan Faisal dan tiga rekannya dari ABIM dan Duta Besar Republik Indonesia untuk Malaysia Hermono yang sudah ada di depan emergency unit sekitar pukul 19.00 waktu setempat.
Prof Azra sudah mendapat perawatan di zona kritikal Departemen Trauma dan Gawat Darurat rumah sakit tersebut, dan tidak dapat didekati siapa pun, kecuali oleh tim medis. Itu potongan rekaman cerita yang ANTARA miliki hari itu.
Ditemani keluarga
Hari berikutnya, Prof Azra mendapat perawatan di coronary care unit (CCU) rumah sakit pemerintah Malaysia yang juga menjadi rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa kedokteran Universiti Putra Malaysia (UPM) itu.
CCU merupakan bangsal yang biasanya khusus diperuntukkan merawat pasien dengan serangan jantung, angina tidak stabil, disritmia jantung dan berbagai kondisi jantung lainnya yang memerlukan pemantauan dan perawatan terus menerus.
Sabtu sore, istri Prof Azra, Ipah Farihah bersama putra mereka Firman El Amny Azra tiba di KLIA dan langsung menuju Rumah Sakit Serdang bersama staf dari KBRI Kuala Lumpur. Saat itu masih masuk waktu besuk petang hari, antara pukul 17.15 hingga 18.30 waktu setempat.
Berita duka datang pada hari berikutnya justru saat Ipah dan Firman bersiap untuk menemani Prof Azra, sesuai dengan waktu besuk yang ditetapkan pihak rumah sakit, yakni pada pukul 12.30 waktu setempat.
Hanya sekitar 15 menit sebelum waktu besuk itu tiba, Ipah justru mendapat kabar kondisi suaminya memburuk. Upaya resusitasi sempat diberikan, namun Allah SWT berkendak lain dan Prof Azra dinyatakan meninggal dunia pada pukul 12.30.
Tidak terlihat air mata, namun kesedihan itu begitu tampak dari raut wajahnya saat ditemui di kafetaria rumah sakit.
Ipah lalu mulai bercerita bahwa Prof Azra sehat saat meninggalkan rumah Jumat pagi untuk bertolak ke Kuala Lumpur, dan tidak mengeluhkan apapun tentang kondisi kesehatannya saat itu. Karena itu dirinya meragukan hasil tes yang menyatakan suaminya terkena COVID-19.
Ia justru menduga suaminya kelelahan, karena memang beberapa hari sebelumnya telah melakukan perjalanan keluar kota.
Ipah mengatakan sempat menyajikan telur rebus untuk sarapan Prof Azra hari itu. Itu salah satu menu sarapan sehat sederhana kesukaan suaminya.
Dengan suara sendu Ipah mengatakan dirinya dan Firman sempat di sana, menemani Prof Azra di saat-saat terakhirnya.
Lalu Firman, putra kedua mereka ikut bergabung duduk bersama dan mulai menceritakan bagaimana Prof Azra suka sekali melakukan perjalanan-perjalanan. Menurut dia, ayahnya sering tiba-tiba “menghilang” tanpa memberitahu ke mana perginya.
Pernyataannya itu tidak lain ingin menggambarkan betapa sosok seorang Azyumardi Azra, cendekiawan Muslim Indonesia, yang memiliki nama besar di berbagai negara itu begitu aktif dalam kesehariannya.
Hal itu dibenarkan oleh Ipah, bahwa penerima gelar Commander of the Order of the British Empire (CBE) itu sangat suka melakukan perjalanan-perjalanan. Dalam satu bulan, selalu ada masa di mana beliau akan meninggalkan rumah untuk melakukan perjalanan keluar kota maupun keluar negeri.
Tidak ada yang menduga jika penerima Bintang Mahaputera Utama itu akan pergi begitu cepat. Firman yang juga mengajar di UIN Syarif Hidayatullah itu bahkan mengatakan berencana menemani ayahnya di rumah sakit hingga hari Rabu (21/9), dan akan digantikan oleh saudaranya yang lain.
Mereka bertakziah
Cerita keduanya lalu berhenti, untuk menemui mereka yang datang untuk bertakziah. Satu per satu sahabat, teman, murid serta mereka yang menjadikan Prof Azra sebagai panutan datang ke Rumah Sakit Serdang untuk ikut berbelasungkawa.
Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Malaysia Assoc Prof Sonny Zulhuda, anggota DUN/Parlemen Selangor Prof Dr Muhammad Nor Manuty, Presiden dan Wakil Rektor Universiti Selangor Prof Dr Mohammad Redzuan Othman, Presiden ABIM Faisal Abd Aziz dan rekan-rekannya, Presiden Persatuan Kebangsaan Pelajar Islam Malaysia (PKPIM) Ahmad Farhan, alumni UIN yang berada di Malaysia, sejumlah warga Indonesia di Malaysia, perwakilan organisasi media dari Indonesia maupun Malaysia datang bertakziah.
Baca juga: Sosok - Berpulangnya sang pelantun Widuri
Kafetaria Rumah Sakit Serdang yang berada di bagian depan rumah sakit tersebut menjadi tempat bertakziah dan bersilaturahim semuanya.
Duta Besar Hermono beserta istri Kiki Hermono dan beberapa staf KBRI Kuala Lumpur pun sejak awal ada di sana menemani sekaligus memfasilitasi semua yang diperlukan istri dan putra Ketua Dewan Pers itu untuk dapat membawa pulang jenazahnya ke Tanah Air.
Baca juga: Sosok - Ivana, perempuan tangguh di balik kesuksesan Donald Trump
Saat petang, tokoh politik senior Malaysia Anwar Ibrahim bersama istrinya Dr Wan Azizah Wan Ismail juga datang untuk bertakziah kepada keluarga Profesor Azyumardi Azra.
Wan Azizah memeluk erat Ipah dan menyampaikan rasa dukanya atas kepergian intelektual Muslim terpandang yang banyak memberikan sumbangan pemikirannya untuk kemajuan peradaban Islam modern itu.
Anwar Ibrahim pun mengenang Azyumardi Azra sebagai sosok dengan pemikiran yang kritis dan kreatif.
Dirinya menyebut Jalan Diponegoro 16, Menteng, Jakarta, yang menjadi markas Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI), menjadi tempat bersejarah bagi kedekatan mereka.
Baca juga: Mengenal sosok Putri Diana melalui kisah yang lain
Ia mengatakan bukan saja di Indonesia, tapi juga di Malaysia kehilangan tokoh, seorang sarjana yang sangat dikagumi mempunyai sumbangan besar kepada pola pemikiran masa kini.
Hingga malam itu, di kafetaria Rumah Sakit Serdang, Selangor, Malaysia, mengalir potongan-potongan cerita, baik tentang perjalanan hidup Azyumardi Azra, dari mereka yang mengenal baik profesor kelahiran Padang Pariaman itu, maupun dari yang hanya sempat berpapasan sejenak dalam perjalanan hidup mereka.
Presiden ABIM Faisal Abd Aziz menilai ini adalah perjalanan profesor ketika hendak mengajar, ketika hendak bertemu muridnya. "Ini satu jalan mulia yang diridai Allah, Insya Allah jalan menuju ke surga".
Kita semua mendoakan agar almarhum dimuliakan ke jalan surga Allah SWT.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Perjalanan terakhir Azyumardi Azra