Jakarta (ANTARA) - PT PLN (Persero) terus berkomitmen dan berinovasi menjalankan misi besar menerangi dan menggerakkan negeri hingga pelosok, termasuk ke Kabupaten Rote Ndau, Rote.

Pulau paling selatan di Indonesia, yang juga salah satu desa terpencil di Nusa Tenggara Timur, itu juga tidak terlepas dari sentuhan BUMN yang bergerak di bidang energi kelistrikan tersebut.

Pemerintah, melalui penyertaan modal negara (PMN) dengan alokasi Rp258 miliar, menargetkan perusahaan setrum tersebut mampu menyalurkan listrik pada 97 desa terpencil di NTT pada tahun ini. Kehadiran listrik di 97 desa tersebut bakal menerangi 19.650 keluarga, meningkatkan produktivitas, dan kesejahteraan warga setempat.

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menjelaskan dengan dana PMN untuk melistriki desa merupakan komitmen negara hadir untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Pemerintah akan terus mengejar target elektrifikasi di seluruh penjuru Indonesia.

“PLN merupakan alat dari negara supaya negara bisa hadir, negara bisa sampai, dan tangan negara bisa dirasakan oleh seluruh penduduknya. Karena itu, PLN mendapatkan tugas dari negara untuk melistriki seluruh Indonesia," ucap Suahasil.

Hingga Juli 2022, realisasi rasio elektrifikasi Provinsi NTT telah mencapai 92,36 persen dengan keluarga yang sudah berlistrik mencapai 1,38 juta dari total 1,49 juta keluarga. Realisasi pada 2022 naik 3,35 persen dari akhir 2021, cukup signifikan jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Sejak 2019, kenaikan realisasi rasio elektrifikasi di NTT hanya berkisar 1 persen. Secara rinci, capaian elektrifikasi pada 2019 sebesar 86,33 persen, kemudian naik 0,98 persen (yoy) menjadi 87,31 persen pada 2020. Lalu, pada 2021 menjadi 89,01 persen atau naik 1,7 persen (yoy).

Wamenkeu menegaskan bahwa Pemerintah dan PLN akan melakukan berbagai upaya agar target rasio elektrifikasi NTT bisa 100 persen pada 2025.

"Saya senang di NTT terjadi peningkatan rasio elektrifikasi secara signifikan. Tapi kita tetap harus bekerja keras untuk mencapai elektrifikasi 100 persen untuk seluruh Indonesia, khususnya di Rote," katanya saat berkunjung ke Desa Mbueain, Rote, NTT, salah satu desa yang pembangunan fasilitas kelistrikannya memakai dana PMN, pekan lalu.

PLN sebagai pengemban tugas telah mendapat restu dari pemerintah untuk PMN sebesar Rp5 triliun pada 2022. Pemberian PMN tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah Repulik Indonesia Nomor 27 Tahun 2022 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara.

Melistriki pelosok

Direktur Distribusi PLN Adi Priyanto menyampaikan bahwa dukungan pemerintah melalui PMN tersebut tentu sangat membantu PLN untuk mempercepat pembangunan kelistrikan hingga ke pelosok negeri. Adanya PMN, disebutnya sebagai bentuk kehadiran negara, di mana PLN mewujudkannya dengan membangun infrastruktur energi di seantero Nusantara. Terutama untuk daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) seperti Pulau Rote yang berbatasan langsung dengan laut Australia dan merupakan pulau paling selatan Indonesia.

Khusus untuk Desa Mbueain, PLN memanfaatkan dana PMN tersebut untuk membangun jaringan tegangan menengah sepanjang 9,04 kilometer sirkuit (kms), jaringan tegangan rendah 14,48 kms dan 3 gardu dengan kapasitas total 150 kilovolt Ampere (kVA) untuk melayani listrik 282 pelanggan.

Berkat adanya PMN, PLN dapat menghadirkan terang ke 115.868 keluarga di 508 desa di NTT sepanjang 2019-2021. Dana PMN tersebut digunakan PLN untuk membangun jaringan tegangan menengah (JTM) sepanjang 2.186 kilometer sirkuit (kms), jaringan tegangan rendah (JTR) sepanjang 2.680 kms, dan gardu 29.675 kVA serta pembangunan 24 pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

Gencarnya pembangunan infrastruktur kelistrikan juga membuat rasio elektrifikasi di NTT terus meningkat dari 59,85 persen pada 2017 menjadi 92,33 persen hingga Juni 2022. Perjuangan masih panjang, untuk itu perusahaan pelat merah tersebut akan terus bekerja keras untuk melistriki hingga pelosok.

Guna mempercepat realisasi elektrifikasi, PLN juga berencana untuk mengganti pembangkit listrik tenaga diesel dengan sumber-sumber energi terbarukan. Salah satu andalan dari NTT adalah sinar matahari, sehingga PLN berharap bisa secara bertahap memanfaatkan pembangkit listrik tenaga surya dan baterai.

Kepala Dinas Energi, Sumberdaya Mineral (ESDM) Nusa Tenggara Timur, Jusuf A. Adoe, mendukung penuh langkah Pemerintah dan PLN yang terus meningkatkan rasio elektrifikasi di daerah terpencil di Provinsi NTT.

Ke depan, sinergi bersama tersebut diharapkan tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan listrik masyarakat di Pulau Rote, tetapi juga di daerah-daerah terisolir lainnya di NTT. Ia juga mendukung langkah Pemerintah dan PLN dengan turut serta menyalurkan bantuan meteran listrik gratis untuk keluarga yang tidak mampu di NTT.

Listrik untuk saat ini sudah seperti air bersih, sudah menjadi kebutuhan dasar. Kemajuan di semua lini dan kebutuhan sehari-hari tidak terlepas dari kebutuhan energi listrik. Melalui PMN ini harapannya dimanfaatkan masyarakat bukan sekadar untuk penerangan, tetapi juga hal produktif ekonomi.

Peningkatan kesejahteraan

Sudah menjadi tanggung jawab negara untuk memastikan seluruh warganya dapat layanan jaringan listrik, tidak terkecuali yang tinggal di pulau-pulau terluar seperti Rote karena listrik memudahkan kehidupan seluruh masyarakat.

Dengan listrik, kata Wamenkeu, banyak masyarakat merasakan kemudahan yang luar biasa. Semoga itu menjadi penambah semangat untuk bekerja bagi keluarga, anak-anak untuk belajar, dan kehidupan kita semua menjadi tambah baik di masa depan.

Baca juga: Artikel - Pemanfaatan FABA di Flores dorong inovasi energi di Indonesia

Warga di Desa Mbueain, Kecamatan Rote Barat, Kabupaten Rote Ndao, NTT mengaku gembira usai listrik dari PT PLN (Persero) hadir di pulau paling selatan Indonesia tersebut sejak 2020. Ketersediaan listrik telah membuat warga kian produktif sehingga meningkatkan perekonomian masyarakat.

Seorang warga Desa Mbueain, Mama Lodia, bercerita bahwa sebelum ada listrik, ia menggunakan lampu pelita minyak tanah sebagai penerangan. Untuk mendapat minyak tanah ia harus pergi ke kota, padahal untuk sampai ke kota cukup merepotkan karena perlu naik kendaraan dan cukup menghabiskan waktu. Kondisi tersebut kadang membuat anak-anak Mama Lodia tidak bisa belajar karena keterbatasan penerangan.

Baca juga: Artikel - Kiprah dua Kartini PLN dibalik berdirinya menara listrik darurat di Pulau Timor

"Sebagai ibu rumah tangga, saya sangat bersyukur bisa meringankan pekerjaan seperti memasak tidak pakai kayu, tinggal colok saja. Anak-anak bisa belajar dengan penerangan cukup. Sekarang bisa jualan kecil-kecilan dengan adanya kulkas. Ini juga membantu perekonomian kami," katanya.

Hal senada diungkapkan Kepala Desa Mbuaein, Ferdi Otniel Boboy. Masyarakat sudah lama berharap listrik hadir di desa. Setiap ada musyawarah, masyarakat mengusulkan kehadiran jaringan listrik. Ia pun bersyukur karena harapan itu akhirnya terkabul saat listrik hadir di tahun 2020.

"Kami sampaikan terima kasih kepada pemerintah, kepada Bapak Presiden dan PLN. Kami bangga punya PLN, kami terlayani listrik dan hasilnya memuaskan bagi kami semua,” ungkapnya.

Baca juga: Artikel - Menghadirkan terang di tepian nusantara

Tak hanya itu, Bupati Rote Ndao Paulina Haning Bullu mengungkapkan bahwa dengan adanya aliran listrik PLN, ekonomi masyarakat menjadi bergeliat dan kualitas pendidikan meningkat karena siswa bisa belajar dari mana saja tanpa harus mengkhawatirkan mengenai penerangan serta penggunaan energi pendukung pembelajaran yang lebih maksimal.

Salah satu pemanfaatan listrik adalah masyarakat sudah bisa membuat es yang digunakan untuk membantu mengawetkan ikan-ikan hasil tangkapan.

Paulina pun mengatakan harapannya agar PLN bisa segera memenuhi target elektrifikasi hingga ke desa terpencil di NTT karena hingga saat ini masih ada sekitar 1.000 keluarga yang masih menunggu untuk dipasang aliran listrik. 



 



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menyejahterakan NTT lewat elektrifikasi hingga pulau paling selatan

Pewarta : Kuntum Khaira Riswan
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024