Kupang (ANTARA) - Pelatih Bintang Timur Atambua (BeTA) berkewarganegaraan Belanda berdarah Ambon, Indonesia Berth Pentury menilai bahwa pembinaan sepak bola itu harus dimulai sejak usia 12 tahun karena di saat usia itulah bisa dibentuk.
“Karena itu setelah dipanggil kembali oleh Pak Fary Francis sebagai pemilik Bintang Timur Atambua (BeTA), saya akan fokus pada pembinaan usia dini dan mencari pemain-pemain usia dini untuk dibina di BeTA,” katanya di Kupang Senin, (10/10/2022).
Berth Pentury sendiri sebelumnya sudah pernah menangani BeTA mulai dari usia dini hingga usia 17 tahun. Namun akibat pandemi COVID-19, Berth Pentury terpaksa pulang kembali ke negaranya karena rutinitasnya sebagai pelatih terhenti selama kurang lebih dua tahun.
Mantan pelatih direktur teknik Timnas Indonesia Indra Syafri itu menilai bahwa kebanyakan pemain NTT saat ini khususnya pemain di BeTA tidak memiliki teknik dasar.
“Karena itu setelah dipanggil oleh pak Fary saya langsung katakan bahwa saya akan fokus pada pembinaan usia 12 tahun dengan memberikan ajaran-ajaran yang positif,” ujar dia.
Menurut dia, pada usia 12 tahun itulah anak-anak akan mudah menyerap berbagai teknik yang diajarkan karena di usia tersebut otaknya juga masih kosong.
Karena menurut dia jika salah dalam pembinaan sejak awal akan berpengaruh pada pembinaan di level berikutnya dan akan salah terus.
Dia menambahkan bahwa seorang pemain sepak bola harus memiliki teknik, wawasan dan komunikasi yang baik. Bila dasar seperti dribling, passing dan control sudah diletakkan dengan benar, prestasi pasti bisa diraih.
Selain latihan-latihan yang terus menerus, berbagai turnamen juga perlu digelar sehingga kemampuan anak-anak yang berlatih bisa berkembang.
Menurut dia, dengan ada turnamen maka mental anak-anak juga akan bisa ditempa untuk bisa tampil di turnamen yang levelnya lebih tinggi.
Baca juga: BeTA kembali dilatih pelatih berkewarganegaraan Belanda
Berth Pentury sendiri juga terbilang cukup sukses membina dan melatih anak-anak BeTA beberapa di antaranya justru dikirim ke Amsterdam untuk berlatih di negara sepak bola itu.
Baca juga: BeTA soroti kepemimpinan wasit Anton saat hadapi Persebata
Untuk angkatan pertama BeTA pernah dikirim ke Darwin, Australia untuk mewakili NTT dalam turnamen Arafura Games. Bahkan beberapa juga sempat dipanggil untuk seleksi timnas Indonesia usia 17 tahun.
“Karena itu setelah dipanggil kembali oleh Pak Fary Francis sebagai pemilik Bintang Timur Atambua (BeTA), saya akan fokus pada pembinaan usia dini dan mencari pemain-pemain usia dini untuk dibina di BeTA,” katanya di Kupang Senin, (10/10/2022).
Berth Pentury sendiri sebelumnya sudah pernah menangani BeTA mulai dari usia dini hingga usia 17 tahun. Namun akibat pandemi COVID-19, Berth Pentury terpaksa pulang kembali ke negaranya karena rutinitasnya sebagai pelatih terhenti selama kurang lebih dua tahun.
Mantan pelatih direktur teknik Timnas Indonesia Indra Syafri itu menilai bahwa kebanyakan pemain NTT saat ini khususnya pemain di BeTA tidak memiliki teknik dasar.
“Karena itu setelah dipanggil oleh pak Fary saya langsung katakan bahwa saya akan fokus pada pembinaan usia 12 tahun dengan memberikan ajaran-ajaran yang positif,” ujar dia.
Menurut dia, pada usia 12 tahun itulah anak-anak akan mudah menyerap berbagai teknik yang diajarkan karena di usia tersebut otaknya juga masih kosong.
Karena menurut dia jika salah dalam pembinaan sejak awal akan berpengaruh pada pembinaan di level berikutnya dan akan salah terus.
Dia menambahkan bahwa seorang pemain sepak bola harus memiliki teknik, wawasan dan komunikasi yang baik. Bila dasar seperti dribling, passing dan control sudah diletakkan dengan benar, prestasi pasti bisa diraih.
Selain latihan-latihan yang terus menerus, berbagai turnamen juga perlu digelar sehingga kemampuan anak-anak yang berlatih bisa berkembang.
Menurut dia, dengan ada turnamen maka mental anak-anak juga akan bisa ditempa untuk bisa tampil di turnamen yang levelnya lebih tinggi.
Baca juga: BeTA kembali dilatih pelatih berkewarganegaraan Belanda
Berth Pentury sendiri juga terbilang cukup sukses membina dan melatih anak-anak BeTA beberapa di antaranya justru dikirim ke Amsterdam untuk berlatih di negara sepak bola itu.
Baca juga: BeTA soroti kepemimpinan wasit Anton saat hadapi Persebata
Untuk angkatan pertama BeTA pernah dikirim ke Darwin, Australia untuk mewakili NTT dalam turnamen Arafura Games. Bahkan beberapa juga sempat dipanggil untuk seleksi timnas Indonesia usia 17 tahun.