Kupang (ANTARA) - Wakil Bupati Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur Heribertus Ngabut mengatakan kerja kolaborasi yang melibatkan berbagai komponen masyarakat dapat mempercepat penurunan kekerdilan yang sedang dialami 4.313 orang anak balita di daerah itu.
"Kerja kolaborasi semua pihak akan memunculkan satu kesepahaman yang sama sehingga solusi penanganan kekerdilan dapat cepat tercapai," kata Heribertus Ngabut, di Manggarai Selasa (11/10).
Dia mengatakan hal itu terkait upaya Pemerintah Kabupaten Manggarai dalam mengatasi kekerdilan di daerah itu, dan ia mengatakan dalam mengatasi kekerdilan tidak saja menjadi urusan instansi tertentu saja tetapi merupakan tugas utama semua pihak.
"Kerja kolaborasi semua pihak akan memunculkan satu kesepahaman yang sama sehingga solusi penanganan dapat cepat tercapai karena mengetahui masalah dan bagaimana mengatasi masalah kekerdilan itu," tegasnya.
Menurut dia Pemerintah Kabupaten Manggarai mengalami keterbatasan anggaran namun tentu hal itu bukan menjadi penghalang dalam upaya mempercepat penyelesaian kekerdilan.
"Jangan karena keterbatasan anggaran menjadi alasan utama kita tidak bekerja. Hal itu tidak boleh terjadi," kata dia.
Wakil Bupati Heribertus Ngabut menyampaikan apresiasi atas capaian yang diraih dalam proses penanganan kekerdilan karena berdasarkan pengukuran terhadap anak-anak balita pada Agustus 2022 angka kekerdilan mengalami penurunan 3,9 persen.
"Semangat kebersamaan dan kolaborasi semua pihak semakin diperkuat agar pencapaian dalam rangka menekan angka kekerdilan di wilayah Kabupaten Manggarai dapat tercapai," tegasnya.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Bertolomeus Hermopan mengatakan anak balita yang mengalami kekerdilan di Kabupaten Manggarai di Pulau Flores itu tercatat 4.313 orang atau 16,2 persen.
Dia menjelaskan berdasarkan hasil pengukuran bulan Februari 2022 jumlah balita yang mengalami kekerdilan di Kabupaten Manggarai sebanyak 5.320 orang atau 20,1 persen dan pada pengukuran dilakukan Agustus 2022 turun menjadi 4.313 balita atau menurun sebesar 3,9 persen.
Ia mengatakan penurunan angka kekerdilan itu terjadi setelah adanya intervensi spesifik yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai berupa pemberian makanan tambahan pada ibu hamil dan balita, ASI eksklusif pada bayi, pemberian tablet tambah darah dan vitamin.
Selain itu juga adanya dukungan dari berbagai lembaga pemerintah juga melakukan intervensi sensitif seperti dilakukan Dinas PUPR, Dinas Peternakan berupa menyiapkan air bersih, pemberian bantuan ternak sebagai sumber protein hewani, promosi makanan bergizi, menjaga jarak kelahiran dan sebagainya.
Baca juga: Dinkes: 5.487 anak di Kota Kupang alami stunting
Baca juga: Dompet Dhuafa bantu penanganan stunting lewat Kebun Gizi
"Kerja kolaborasi semua pihak akan memunculkan satu kesepahaman yang sama sehingga solusi penanganan kekerdilan dapat cepat tercapai," kata Heribertus Ngabut, di Manggarai Selasa (11/10).
Dia mengatakan hal itu terkait upaya Pemerintah Kabupaten Manggarai dalam mengatasi kekerdilan di daerah itu, dan ia mengatakan dalam mengatasi kekerdilan tidak saja menjadi urusan instansi tertentu saja tetapi merupakan tugas utama semua pihak.
"Kerja kolaborasi semua pihak akan memunculkan satu kesepahaman yang sama sehingga solusi penanganan dapat cepat tercapai karena mengetahui masalah dan bagaimana mengatasi masalah kekerdilan itu," tegasnya.
Menurut dia Pemerintah Kabupaten Manggarai mengalami keterbatasan anggaran namun tentu hal itu bukan menjadi penghalang dalam upaya mempercepat penyelesaian kekerdilan.
"Jangan karena keterbatasan anggaran menjadi alasan utama kita tidak bekerja. Hal itu tidak boleh terjadi," kata dia.
Wakil Bupati Heribertus Ngabut menyampaikan apresiasi atas capaian yang diraih dalam proses penanganan kekerdilan karena berdasarkan pengukuran terhadap anak-anak balita pada Agustus 2022 angka kekerdilan mengalami penurunan 3,9 persen.
"Semangat kebersamaan dan kolaborasi semua pihak semakin diperkuat agar pencapaian dalam rangka menekan angka kekerdilan di wilayah Kabupaten Manggarai dapat tercapai," tegasnya.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Bertolomeus Hermopan mengatakan anak balita yang mengalami kekerdilan di Kabupaten Manggarai di Pulau Flores itu tercatat 4.313 orang atau 16,2 persen.
Dia menjelaskan berdasarkan hasil pengukuran bulan Februari 2022 jumlah balita yang mengalami kekerdilan di Kabupaten Manggarai sebanyak 5.320 orang atau 20,1 persen dan pada pengukuran dilakukan Agustus 2022 turun menjadi 4.313 balita atau menurun sebesar 3,9 persen.
Ia mengatakan penurunan angka kekerdilan itu terjadi setelah adanya intervensi spesifik yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai berupa pemberian makanan tambahan pada ibu hamil dan balita, ASI eksklusif pada bayi, pemberian tablet tambah darah dan vitamin.
Selain itu juga adanya dukungan dari berbagai lembaga pemerintah juga melakukan intervensi sensitif seperti dilakukan Dinas PUPR, Dinas Peternakan berupa menyiapkan air bersih, pemberian bantuan ternak sebagai sumber protein hewani, promosi makanan bergizi, menjaga jarak kelahiran dan sebagainya.
Baca juga: Dinkes: 5.487 anak di Kota Kupang alami stunting
Baca juga: Dompet Dhuafa bantu penanganan stunting lewat Kebun Gizi