Jakarta (ANTARA) -
"Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada awal pekan dibuka turun di tengah sinyal kurang dovish dari bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed terkait kebijakan suku bunga acuannya atau Fed Funds Rate (FFR),".
Ia juga berpendapat bahwa The Fed akan melonggarkan kebijakan moneternya pada akhir tahun ini.
"Pernyataannya mengisyaratkan bahwa The Fed tidak akan menurunkan suku bunganya dalam waktu dekat," kata Josua.
Meskipun pernyataannya kurang dovish, imbal hasil atau yield US Treasury (UST) 10 tahun turun tujuh basis poin (bps) menjadi 4,25 persen.
Sementara itu, imbal hasil atau yield obligasi Pemerintah Indonesia tenor panjang turun satu bps, sedangkan yield obligasi tenor pendek tercatat tidak berubah.
Volume perdagangan obligasi Pemerintah Indonesia mencatat rata-rata Rp15,89 triliun pada pekan lalu, lebih rendah dibandingkan volume pekan sebelumnya, sebesar Rp29,21 triliun.
Josua memperkirakan kurs rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini akan berada di rentang Rp15.550 per dolar AS hingga Rp15.650 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah pada akhir perdagangan Jumat melemah
Baca juga: Rupiah merosot menjadi Rp15.655 per dolar AS
Baca juga: Rupiah menguat seiring BI tahan BI-Rate
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rupiah turun di tengah sinyal kurang dovish dari bank sentral AS