Badan Geologi edukasi mitigasi dampak erupsi gunung api di Kabupaten Lembata
Salah satu langkah mitigasi dampak dari erupsi gunung api adalah memberikan sosialisasi kepada masyarakat terutama bagi mereka yang tinggal dekat dengan gunung api...
Lewoleba (ANTARA) - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memberikan edukasi tentang mitigasi dampak erupsi Gunung Api Ile Lewotolok bagi masyarakat Desa Waimatan, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Salah satu langkah mitigasi dampak dari erupsi gunung api adalah memberikan sosialisasi kepada masyarakat terutama bagi mereka yang tinggal dekat dengan gunung api," kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Ile Lewotolok Jeffry Pugel di Lewoleba, ibu kota Kabupaten Lembata, Rabu, (24/4/2024).
Badan Geologi terlibat memberikan edukasi kepada masyarakat dalam kegiatan Lokakarya Pembentukan Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana dan Pelatihan Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat yang Adaptif terhadap Perubahan Iklim yang diselenggarakan oleh salah satu lembaga pengembangan masyarakat di Lembata.
Hal itu dilakukan sebagaimana visi dari Badan Geologi tentang mitigasi bencana erupsi atau letusan gunung api dalam upaya meminimalkan korban jiwa dan harta benda serta memberi rasa aman kepada masyarakat.
Dalam kesempatan itu, Jeffry menjelaskan kepada masyarakat tentang erupsi gunung api adalah proses keluarnya magma dan atau gas vulkanik dari dalam bumi ke permukaan berupa letusan yang menghasilkan bahan lepas berbagai ukuran atau aliran yang menghasilkan aliran lava atau leleran batu pijar.
Ia mengatakan ada bahaya primer dari gunung api yakni aliran atau guguran awan panas, guguran lava, lontaran lava, abu vulkanik, dan gas vulkanik.
Namun, ada pula bahaya sekunder seperti lahar hujan, longsoran, dan tsunami.
Untuk mengantisipasi dampak bahaya dari bencana gunung api itu, Badan Geologi pun menjalankan metode mitigasi seperti penelitian dan penyelidikan, analisis bahaya dan pemetaan kawasan rawan bencana, pemantauan, peringatan dini, sosialisasi, serta diseminasi informasi dan tanggap darurat.
Masyarakat yang berada di sekitar gunung api pun diberikan informasi terkait masing-masing metode mitigasi itu, sehingga nantinya masyarakat dapat lebih memahami informasi tentang gunung api.
Jeffry menyadari kemampuan masyarakat dalam merespon kejadian bahaya sangat menentukan dalam upaya pengurangan risiko bencana.
Untuk itu, Badan Geologi secara periodik melakukan sosialisasi di sekitar kawasan rawan bencana dengan sasaran dari tingkat sekolah dasar hingga dewasa.
Baca juga: Aktivitas kegempaan Lewotobi Laki-laki fluktuatif
Ia juga menyampaikan kepada masyarakat bahwa informasi aktivitas dan peringatan gunung api baik status aktivitas maupun rekomendasi diperbaharui terus menerus oleh Badan Geologi melalui aplikasi resmi Magma Indonesia.
Baca juga: Badan Geologi: Aktivitas Gunung Ile Lewotolok masih tinggi
Baca juga: Badan Geologi imbau warga gunakan masker dampak erupsi Lewotobi
"Masyarakat dapat mengakses aplikasi tersebut dan mendapatkan informasi aktivitas baik gunung api, gempa bumi, tsunami, dan gerakan tanah," ucapnya.
"Salah satu langkah mitigasi dampak dari erupsi gunung api adalah memberikan sosialisasi kepada masyarakat terutama bagi mereka yang tinggal dekat dengan gunung api," kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Ile Lewotolok Jeffry Pugel di Lewoleba, ibu kota Kabupaten Lembata, Rabu, (24/4/2024).
Badan Geologi terlibat memberikan edukasi kepada masyarakat dalam kegiatan Lokakarya Pembentukan Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana dan Pelatihan Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat yang Adaptif terhadap Perubahan Iklim yang diselenggarakan oleh salah satu lembaga pengembangan masyarakat di Lembata.
Hal itu dilakukan sebagaimana visi dari Badan Geologi tentang mitigasi bencana erupsi atau letusan gunung api dalam upaya meminimalkan korban jiwa dan harta benda serta memberi rasa aman kepada masyarakat.
Dalam kesempatan itu, Jeffry menjelaskan kepada masyarakat tentang erupsi gunung api adalah proses keluarnya magma dan atau gas vulkanik dari dalam bumi ke permukaan berupa letusan yang menghasilkan bahan lepas berbagai ukuran atau aliran yang menghasilkan aliran lava atau leleran batu pijar.
Ia mengatakan ada bahaya primer dari gunung api yakni aliran atau guguran awan panas, guguran lava, lontaran lava, abu vulkanik, dan gas vulkanik.
Namun, ada pula bahaya sekunder seperti lahar hujan, longsoran, dan tsunami.
Untuk mengantisipasi dampak bahaya dari bencana gunung api itu, Badan Geologi pun menjalankan metode mitigasi seperti penelitian dan penyelidikan, analisis bahaya dan pemetaan kawasan rawan bencana, pemantauan, peringatan dini, sosialisasi, serta diseminasi informasi dan tanggap darurat.
Masyarakat yang berada di sekitar gunung api pun diberikan informasi terkait masing-masing metode mitigasi itu, sehingga nantinya masyarakat dapat lebih memahami informasi tentang gunung api.
Jeffry menyadari kemampuan masyarakat dalam merespon kejadian bahaya sangat menentukan dalam upaya pengurangan risiko bencana.
Untuk itu, Badan Geologi secara periodik melakukan sosialisasi di sekitar kawasan rawan bencana dengan sasaran dari tingkat sekolah dasar hingga dewasa.
Baca juga: Aktivitas kegempaan Lewotobi Laki-laki fluktuatif
Ia juga menyampaikan kepada masyarakat bahwa informasi aktivitas dan peringatan gunung api baik status aktivitas maupun rekomendasi diperbaharui terus menerus oleh Badan Geologi melalui aplikasi resmi Magma Indonesia.
Baca juga: Badan Geologi: Aktivitas Gunung Ile Lewotolok masih tinggi
Baca juga: Badan Geologi imbau warga gunakan masker dampak erupsi Lewotobi
"Masyarakat dapat mengakses aplikasi tersebut dan mendapatkan informasi aktivitas baik gunung api, gempa bumi, tsunami, dan gerakan tanah," ucapnya.