PLN NTT dan BI bersinergi manfaatkan limbah operasional untuk co-firing
...Co-firing biomassa ini juga memberikan sumbangsih untuk mendukung program pengurangan emisi gas rumah kaca, kata General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTT Ajrun Karim dalam acara Penandatanganan Pilot Project Pemanfaatan Limbah Operasional Bank I
Kupang (ANTARA) - PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi NTT bersinergi memanfaatkan limbah operasional BI, yakni uang lusuh yang telah dileburkan dalam program co-firing biomassa di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Bolok, Kabupaten Kupang.
"Co-firing biomassa ini juga memberikan sumbangsih untuk mendukung program pengurangan emisi gas rumah kaca," kata General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTT Ajrun Karim dalam acara Penandatanganan Pilot Project Pemanfaatan Limbah Operasional Bank Indonesia, di PLTU Bolok, Kupang, Kamis, (29/8).
Co-firing merupakan teknologi yang memanfaatkan bahan biomassa sebagai pengganti batu bara pada rasio tertentu dalam PLTU.
Untuk kerja sama kedua belah pihak itu, limbah operasional BI sebesar satu persen akan dicampurkan dengan batu bara dengan takaran 94 persen dan serpihan kayu (woodchip) sebanyak lima persen.
Woodchip dan limbah operasional BI merupakan percampuran biomassa yang nantinya dicampur dengan batu bara lalu dikirim menggunakan conveyor ke bunker. Hasilnya pun ialah energi listrik di PLTU yang tentu saja untuk mendukung target energi bersih di Indonesia.
"Hasil uji teknis membuktikan pemakaian co-firing bisa lebih irit, bahannya murah," ujar Ajrun Karim.
Kepala Kantor Perwakilan BI NTT Agus Sistyo Widjajati mengatakan kerja sama itu merupakan bentuk dukungan BI untuk mewujudkan energi bersih.
Ia mengatakan BI melakukan peleburan uang yang sudah lusuh yang disebut sebagai limbah operasional.
Selama ini, limbah operasional BI itu dibuang begitu saja di tempat pembuangan sampah akhir dan tidak dimanfaatkan sexara optimal.
Namun, hasil dari laboratorium menyatakan limbah operasional itu memiliki kualitas bagus untuk mendukung PLN sebagai subtitusi batu bara.
"Oleh karena itu kami menandatangani pemanfaatan limbah operasional ini dengan PLN," ujarnya lagi.
Lebih lanjut, ia menjelaskan BI tidak mampu menentukan berapa banyak limbah operasional yang akan diberikan tiap bulan untuk dimanfaatkan oleh PLN.
Menurutnya, hal itu bergantung dari bagaimana perilaku masyarakat dalam memelihara uang.
Jika masyarakat sudah semakin sadar dan mampu memelihara uang, maka limbah yang dihasilkan pun sedikit.
Baca juga: PLN NTT beri sertifikasi kompetensi energi baru terbarukan di SMKN 2 Soe
Ia juga memastikan semua uang lusuh telah terlebur, sehingga disebut limbah operasional.
Baca juga: PLN berhasil manfaatkan hampir 1,5 juta ton FABA PLTU selama semester I 2024
"Daripada dibuang begitu saja dan masih ada racun di dalam racikan itu, maka kita sudah menemukan suatu bentuk baru bagaimana pemanfaatan limbah operasional ini menjadi sesuatu yang bisa bermanfaat untuk masyarakat," kata Agus pula.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: PLN NTT dan BI sinergi memanfaatkan limbah operasional untuk co-firing
"Co-firing biomassa ini juga memberikan sumbangsih untuk mendukung program pengurangan emisi gas rumah kaca," kata General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTT Ajrun Karim dalam acara Penandatanganan Pilot Project Pemanfaatan Limbah Operasional Bank Indonesia, di PLTU Bolok, Kupang, Kamis, (29/8).
Co-firing merupakan teknologi yang memanfaatkan bahan biomassa sebagai pengganti batu bara pada rasio tertentu dalam PLTU.
Untuk kerja sama kedua belah pihak itu, limbah operasional BI sebesar satu persen akan dicampurkan dengan batu bara dengan takaran 94 persen dan serpihan kayu (woodchip) sebanyak lima persen.
Woodchip dan limbah operasional BI merupakan percampuran biomassa yang nantinya dicampur dengan batu bara lalu dikirim menggunakan conveyor ke bunker. Hasilnya pun ialah energi listrik di PLTU yang tentu saja untuk mendukung target energi bersih di Indonesia.
"Hasil uji teknis membuktikan pemakaian co-firing bisa lebih irit, bahannya murah," ujar Ajrun Karim.
Kepala Kantor Perwakilan BI NTT Agus Sistyo Widjajati mengatakan kerja sama itu merupakan bentuk dukungan BI untuk mewujudkan energi bersih.
Ia mengatakan BI melakukan peleburan uang yang sudah lusuh yang disebut sebagai limbah operasional.
Selama ini, limbah operasional BI itu dibuang begitu saja di tempat pembuangan sampah akhir dan tidak dimanfaatkan sexara optimal.
Namun, hasil dari laboratorium menyatakan limbah operasional itu memiliki kualitas bagus untuk mendukung PLN sebagai subtitusi batu bara.
"Oleh karena itu kami menandatangani pemanfaatan limbah operasional ini dengan PLN," ujarnya lagi.
Lebih lanjut, ia menjelaskan BI tidak mampu menentukan berapa banyak limbah operasional yang akan diberikan tiap bulan untuk dimanfaatkan oleh PLN.
Menurutnya, hal itu bergantung dari bagaimana perilaku masyarakat dalam memelihara uang.
Jika masyarakat sudah semakin sadar dan mampu memelihara uang, maka limbah yang dihasilkan pun sedikit.
Baca juga: PLN NTT beri sertifikasi kompetensi energi baru terbarukan di SMKN 2 Soe
Ia juga memastikan semua uang lusuh telah terlebur, sehingga disebut limbah operasional.
Baca juga: PLN berhasil manfaatkan hampir 1,5 juta ton FABA PLTU selama semester I 2024
"Daripada dibuang begitu saja dan masih ada racun di dalam racikan itu, maka kita sudah menemukan suatu bentuk baru bagaimana pemanfaatan limbah operasional ini menjadi sesuatu yang bisa bermanfaat untuk masyarakat," kata Agus pula.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: PLN NTT dan BI sinergi memanfaatkan limbah operasional untuk co-firing