So'e-TTS (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS),Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), mencatat jumlah anak putus sekolah di kabupaten tersebut sampai dengan Juni 2025 mencapai 22 ribu.
Bupati TTS Eduard Markus Lioe dalam sambutannya ketika menghadiri acara panen raya tanaman hortikultura di Desa Oe Ekam Kecamatan Amanuban Timur, Kabupaten TTS , Rabu mengatakan saat ini pihaknya tengah membentuk tim kecil untuk mengatasi masalah tersebut.
‘Kita sudah bentuk tim kecil untuk atasi masalah ini. Karena ini memprihatinkan,” katanya.
Dia menilai masalah tersebut cukup meresahkan, karena anak-anak merupakan generasi emas bagi kabupaten tersebut. Sangat disayangkan jika hal ini tidak diatasi secara bersama-sama.
Menurut dia 22 ribuan anak yang putus sekolah itu, tidak hanya tersebar di satu kecamatan atau desa saja, tetapi hampir merata di kabupaten tersebut.
Dalam sambutannya, dia mengajak semua pihak, mulai dari camat, jajaran pemerintah desa, aparat kepolisian di Polsek dan TNI di Koramil untuk sama-sama mengatasi masalah tersebut.
“Saya rasa kita perlu duduk bersama untuk membahas dan mendiskusikan ini bersama dengan tim yang sudah dibentuk,” ujar dia.
Dia menceritakan saat melakukan kunjungan kerja ke Kota Kupang, di lampu merah dia menyapa beberapa anak yang putus sekolah dan berjualan di lampu merah.
“Anak-anak itu bawa barangnya dan saya beli, lalu saya sampaikan tolong ikut saya ke sana, biar saya bisa kasih sesuatu. Lalu saya tanya ternyata mereka anak-anak dari Amanuban Timur,” katanya.
Dia memperkirakan umur anak-anak yang ditemui itu, sekitar delapan hingga sembilan tahun, dan mereka sudah putus sekolah karena masalah ekonomi.
Mereka berjualan jagung, berjualan koran. Anak-anak itu datang ke Kota Kupang dengan saling mengajak satu sama lain, untuk sama-sama mencari uang di Kota Kupang dengan berjualan.
“Mereka bilang dari pada di Kampung tidak ada uang,” ujarnya mengutip bahasa anak-anak tersebut.
Karena itu dia mengajak semua orang tua, khususnya pemerintah desa untuk mendata semua anak yang putus sekolah di desanya, agar bisa didata dan dicarikan solusinya.
“Jadi mungkin nanti kita akan melibatkan Pak Camat ya, para Camat ya di 32 kecamatan ini,” ujar dia sambil mengajak semua warganya untuk maju bersama membangun TTS dan masyarakatnya, khususnya pendidikan anak-anak.

