SLI dukung ketahanan pangan di NTT

id sekolah lapang iklim (SLI)

SLI dukung ketahanan pangan di NTT

Pose bersama peserta Sekolah Lapang Iklim (SLI) di Kupang, Kamis, (23/5) dengan sejumlah pimpinan BMKG Kupang. (ANTARA FOTO/Bernadus Tokan)

"SLI untuk mendukung ketahanan pangan, dan peran kami di sini adalah memberikan informasi iklim secara cepat, tepat dan akurat kepada para petani untuk menanam pada waktu yang tepat pula," kata Apolonaris Geru.
Kupang (ANTARA) - Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Kelas II Kupang Apolinaris Geru mengatakan Sekolah Lapang Iklim (SLI), merupakan bagian dari peran BMKG dalam mendukung program ketahanan pangan di Nusa Tenggara Timur.

"SLI untuk mendukung ketahanan pangan, dan peran kami di sini adalah memberikan informasi iklim secara cepat, tepat dan akurat kepada para petani untuk menanam pada waktu yang tepat pula," katanya pada pembukaan SLI-Sosialisasi Agroklimatologi Provinsi NTT di Kupang, Kamis (23/5).

Apolonaris mengatakan BMKG Kupang senantiasa memberikan informasi iklim kepada masyarakat, baik melalui media sosial maupun melalui kegiatan SLI, karena para petani selama ini sering terjebak dengan hujan tipuan.

"Kondisi ini terjadi sebagai akibat dari ketidaktahuan para petani kita dalam memahami informasi iklim yang benar, sehingga selalu berakibat pada gagal tanam maupun gagal panen," katanya.

Karena itu, sejak 2011, BMKG memberikan pelatihan mengenai iklim bagi para petani maupun petugas penyuluh pertanian lapangan (PPL), agar bisa memberikan informasi iklim kepada para petani.

Saat ini, kata dia, BMKG sudah memiliki alumni SLI antara 500-600 orang yang tersebar di seluruh NTT yang terdiri dari petugas Dinas Pertanian, PPL, babinsa TNI serta para petani.

Para alumni ini berperan memberikan informasi tentang iklim kepada masyarakat, terutama para petani di daerah-daerah agar bisa menanam secara tepat waktu.

Dia mengakui, tingkat pemahaman petani tentang iklim masih rendah, sehingga walaupun informasi ada, tetapi kalau tidak dipahamai juga sama saja. Tetapi, dengan adanya para alumni SLI ini, kata Apolonaris, mereka bisa memformulasikan bahasa yang lebih sederhana untuk bisa dipahami oleh para petani.

Contoh seperti ada istilah di atas normal, di bawah normal, normal dan dasarian. Itu kan orang bingung. Namun, berkat bimbingan para alumni, para petani akhirnya lebih mengerti tentang keadaan iklim dan cuaca.

Baca juga: SLI dinilai efektif tingkatkan produksi pertanian
Baca juga: SLI Perkuat Ketahanan Pangan