Benarkan penduduk miskin di NTT alami penurunan?

id Penduduk miskin di NTT

Benarkan penduduk miskin di NTT alami penurunan?

Kepala BPS Provinsi NTT, Darwis Sitorus. (ANTARA FOTO/Aloysius Lewokeda)

“Persentase jumlah penduduk miskin di NTT yang menurun 0,41 persen pada September 2019 ini setara dengan 4.650 orang,” kata Kepala BPS Provinsi NTT Darwis Sitorus..

Kupang (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Timur mencatat jumlah penduduk miskin di wilayah provinsi berbasis kepulauan ini turun sekitar 0.41 persen pada September 2019 atau secara year on year mencatat sekitar 20,62 persen jika dibandingkan dengan posisi September 2018.

“Persentase jumlah penduduk miskin di NTT yang menurun 0,41 persen pada September 2019 ini setara dengan 4.650 orang,” kata Kepala BPS Provinsi NTT Darwis Sitorus di Kupang, Rabu (15/1).

Dia menjelaskan, secara keseluruhan jumlah penduduk miskin di provinsi berbasiskan kepulauan itu per September 2019 masih tercatat sebanyak 1.129.460 orang.

Jika dibandingkan dengan Maret 2019, lanjut dia, penduduk miskin menurun sebanyak 16.860 orang, sedang dibandingkan September 2018 menurun lebih kecil sebanyak 4.650 orang.

“Penduduk yang masih kategori miskin ini adalah yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan,” katanya.

Seorang warga menyiapkan pakan ternaknya di perkampungan Wororeke, Ende di Kabupaten Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana)

Adapun garis kemiskinan pada pada September 2019 tercatat mencapai sebesar Rp383,762 per kapita per bulan atau naik 6,58 persen dibanding Maret 2019.

Dia menjelaskan, pada periode Maret-September 2019, jumlah penduduk miskin di wilayah perkotaan dan pedesaan menurun masing-masing di antaranya sebanyak 5.500 orang dan 11.400 orang.

Secara persentase, lanjut dia, penurunan penduduk miskin masih didominasi di wilayah perkotaan sebesar 0,5 persen sedang pedesaan 0,46 persen.

Darwis menyebutkan sejumlah faktor yang berpengaruh pada tingkat kemiskinan ini di antaranya nilai tukar petani pada September 2019 meningkat sebesar 0,6 persen dibandingkan Maret 2019.

Kemudian, selama Maret-September 2019 juga terjadi inflasi umum cukup tinggi sebesar 0,03 persen. Sementara kelompok pengeluaran bahan makanan mengalami deflasi indeks harga sebesar 1,98 persen.

“Di wilayah pedesaan juga terjadi deflasi yang dicerminkan dari perubahan indeks konsumsi rumah tangga pada September 2019 menunjukkan angka 0,15 persen,” katanya.

Selain itu, rata-rata pengeluaran per kapita per bulan penduduk yang berada di 40 persen lapisan terbawa selama Maret-September tumbuh 5,79 persen, tetapi masih lebih rendah dibandingkan kenaikan garis kemiskinan pada periode yang sama sebesar 2,63 persen.
 

Seorang warga memberi makan anjing peliharaannya di perkampungan Wororeke, Ende di Kabupaten Ende, Pulau Flores, NTT, Minggu (2/6/2012).(ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana).