Disnak NTT imbau konsumen beli daging babi dari RPH

id Flu babi NTT,Kota Kupang,NTT

Disnak NTT imbau konsumen beli daging babi dari RPH

Arsip Antara.

Walaupun saat ini virus tersebut belum diketahui masuk ke wilayah Indonesia, namun ada baiknya jika kita mulai sekarang jika ingin membeli daging babi, harus dari tempat RPH sehingga tak terserang oleh virus itu
Kupang (ANTARA) - Dinas Peternakan Nusa Tenggara Timur mengimbau masyarakat di NTT khususnya di provinsi berbasis kepulauan itu untuk membeli daging babi yang langsung dipotong dari rumah pemotongan hewan (RPH) agar bisa terhindar dari penyebaran virus flu babi dari China bernama G4 EA H1N1.

'Walaupun saat ini virus tersebut belum diketahui masuk ke wilayah Indonesia, namun ada baiknya jika kita mulai sekarang jika ingin membeli daging babi, harus dari tempat RPH sehingga tak terserang oleh virus itu," kata Sekretaris Dinas Peternakan NTT Frans Samon kepada ANTARA di Kupang, Sabtu, (4/7).

Baca juga: Disnak NTT antisipasi virus flu babi dari China

Hal ini disampaikannya berkaitan dengan antisipasi yang dilakukan oleh dinas terkait dalam hal pencegahan penyebaran virus flus babi dari China itu yang disebut bisa terjangkit ke manusia dan dikhawatirkan menjadi pandemi baru di Indonesia.

Frans mengatakan bahwa sebenarnya imbauan tersebut sudha pernah disampaikan saat merebaknya virus demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) yang saat ini masih merebak di NTT.

Namun kata dia jika dibandingkan dengan virus flu babi dari China itu, tentu saja virus flu babi China lebih berbahaya karena memang bisa menyebar kepada manusia yang menyentuh atau memegang babi itu.

"Ya memang di NTT saat ini belum ada. Tetapi kami imbau dari jauh-jauh hari, agar masyarakat bisa tahu dan mulai berjaga-jaga mulai dari saat ini dengan munculnya virus baru itu," tambah dia.

Ia pun mengatakan bahwa akan memantau lalu lintas hewan masuk ke NTT, seperti melalui perbatasan dan lalu lintas hewan antar pulau antar kabupaten di NTT ini untuk mencegah penyebaran virus itu.

Sebelumnya Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian meningkatkan pengawasan di pintu masuk lalu lintas hewan dan produk yang mempunyai potensi risiko membawa penyakit.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan I Ketut Diarmita menjelaskan para petugas karantina meningkatkan pengawasannya sebagai bentuk waspada dan antisipasi terhadap temuan virus baru flu babi (swine flu) G4 EA H1N1 yang dipublikasi oleh ilmuwan China baru-baru ini.

Menurut dia, temuan virus flu babi ini juga sempat membuat masyarakat bingung, karena menganggap flu babi sama dengan demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF).

Baca juga: Puluhan ribu ternak babi di NTT mati terserang virus ASF

Ketut menegaskan bahwa flu babi dan demam babi Afrika adalah dua penyakit yang berbeda. "Kasus penyakit pada babi yang ada di Indonesia pada saat ini adalah ASF dan bukan flu babi," kata dia.