Pulau Flores Jadi Sumber Energi Terbarukan

id panas bumi

Pulau Flores Jadi Sumber Energi Terbarukan

James Adam

Pulau Flores sangat potensial untuk dikembangkan menjadi sumber listrik maupun non listrik sehingga layak menjadi pusat energi baru terbarukan (EBT) untuk kawasan tersebut.
Kupang (Antara NTT) - Pengamat ekonomi Dr James Adam mengatakan Pulau Flores di Nusa Tenggara Timur sangat potensial untuk dikembangkan menjadi sumber listrik maupun non listrik sehingga layak menjadi pusat Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk kawasan tersebut.

"Ada 16 titik potensi geothermal di Pulau Flores, yakni Waisano, Ulumbu, Wai Pesi, Gou-Inelika, Mengeruda, Mataloko, Komandaru, Detusoko, Sokoria, Jopu, Lesugolo, Oka Ile Ange, Atedai, Bukapiting, Roma-Ujelewung dan Oyang Barang," katanya di Kupang, Sabtu.

Ia mengaakan hal itu terkait daerah-daerah mana saja yang layak dibangun EBT, berapa besar kapasitasnya dan apakah jenis energi baru terbarukan yang dikembangkan.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan sebanyak 53 Independent Power Producer (IPP) menyepakati pembangunan pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT). Antara lain di Sumatera, Jawa, Sulawesi dan NTT. Pengembangan EBT ke arah mikrohidro, biomassa, dan surya

Karena itu (miliki potensi), maka Flores oleh Menteri ESDM telah ditetapkan sebagai Pulau Panas Bumi karena pulau itu berpotensi untuk dikembangkan sebagai sumber listrik maupun non listrik.

Menurut Jame Adam, dari berbagai laporan diketahui bahwa hingga saat ini, hanya Ulumbu dan Mataloko yang sudah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik dengan total kapasitas terpasang sebesar 12,5 MW.

Pulau Flores, menurut Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Rida Mulyana memiliki potensi panas bumi sebesar 902 MW atau 65 persen dari potensi panas bumi di provinsi Nusa Tenggara Timur.

"Pulau tersebut diharapkan dapat meningkatkan rasio elektrifikasi di wilayah timur Indonesia dan pemerintah menargetkan pemenuhan kebutuhan listrik dasar (baseload) utama di pulau berasal dari energi panas bumi pada tahun 2025," kata Rida.

James Adam sepakat, asalkan pengembangan panas bumi di Flores dapat diintegrasikan dengan sektor hilir seperti industri semen, smelter, perikanan, perkebunan dan pariwisata agar potensi yang besar tersebut dapat dimaksimalkan.

"Ke depan, pemerintah akan memprioritaskan penggunaan Geothermal Fund untuk mengeksplorasi lebih detil potensi panas bumi di Pulau Flores," katanya.

Menteri ESDM Ignasius Jonan sebelumnya telah mengesahkan Keputusan Menteri ESDM nomor 2268 K/30/MEM/2017 tentang Penetapan Pulau Flores sebagai Pulau Panas Bumi.

Surat Keputusan ini didukung dengan telah disusunnya peta jalan (road map) Pulau Flores sebagai pulau panas bumi.

Penyusunan road map ini dikerjakan oleh ARUP yang merupakan konsultan internasional dari inggris dan didukung oleh World Wide Fund (WWF).

Penyusunan peta jalan ini merupakan salah satu hasil kerja sama tentang Kerja Sama Kajian Strategis Panas Bumi yang telah ditandatangani pada tanggal 19 Agustus 2015 antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Inggris.