Kekeringan Jadi Pengembangan Iptek

id Kekeringan

Kekeringan Jadi Pengembangan Iptek

Alex Leda

Masalah kekeringan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) bisa dijadikan sebagai peluang untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).
Kupang (Antara NTT) - Kasubdit Wilayah Barat Pusat Air Tanah dan Air Baku Dirjen SDA Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Alex Leda mengatakan, masalah kekeringan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) bisa dijadikan sebagai peluang untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).

"Setiap tahun dampak kekeringan semakin meluas, termasuk bagian barat Indonesia. Kekeringan di NTT yang sudah akrab dengan kita saat ini dapat dijadikan peluang untuk pengembangan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi," kata Alex Leda kepada Antara di Kupang, Rabu.

Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan masalah kekeringan yang terus melanda wilayah itu setiap tahun, dan peluang dan manfaat yang bisa di ambil dari masalah kekeringan ini.

Menurut dia, kedepan kondisi ketersediaan air makin menurun sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk, adanya alih fungsi lahan dan penggundulan hutan.

Dia mengatakan, peluang yang bisa dimanfaatkan adalah menjadikan NTT sebagai laboratorium model pertanian lahan kering/agri bisnis, dengan pengembangan pertanian yang hemat air dan bernilai ekonomi tinggi.

Peluang lain adalah melahirkan lembaga pendidikan ahli-ahli pertanian lahan kering yang menjadi refrensi pengembangan dan pemanfaatan lahan kering di Indonesia, katanya Alex Leda.

Saat ini kata dia, konstruksi inftastruktur Sumber Daya Alam embung-embung, sebagai model tampungan air yang tersebar di NTT, telah menjadi contoh pengembangan infrastruktur SDA di tempat lain yang saat ini telah banyak di adopsi.

Menurut dia, teknologi yang dapat dikembangkan untuk mengatasi kekeringan diantaranya adalah teknologi resapan (recharge) buatan seperti sumur resapan, tata lahan teras/bangku (terasering), waduk resapan.

Selain itu bisa dikembangkan pula teknologi tampungan (reservoir) waduk/bendungan, dan embung-embung.

Teknologi lain yang bisa dikembangkan di NTT adalah vegetatif atau mempertahankan prosentase DAS berperilaku hutan/kawasan lindung ( kurang lebih 40 persen) dari unsur hutan alami, hutan produksi, perkebunan, halaman (open space) dan taman/hutan kota.

Teknologi efisiensi penggunaan air seperti lahan pertanian tertutup (agrobisnis) dan irigasi semprot/tetes (springkler).

Serta teknologi informasi (IT) dan sosialisasi kerekayasaan (Social Engineering) Sumber Daya Air (SDA) yang komunikatif dan sinergi interaktif antara pusat data base SDA seperti BMG, Litbang SDA, Balai Hidrologi.

Jika teknologi-teknologi ini dapat dikembangkan dengan baik di NTT, maka akan ada penemuan-pertemuan baru dibidang ilmu pengetahuan yang dapat bermanfaat bagi masyarakat, tidak hanya masyarakat NTT tetapi Indonesia.

"Jadi mari kita manfaatkan peluang yang ada. Alam kita memang mengalami kekeringan, tetapi kita tidak harus mengalami kekeringan Sumber Daya Manusia di bidang ini," kata Alex Leda.