Kolam Solusi Atasi Kekeringan

id kolam

Kolam Solusi Atasi Kekeringan

Anton Bele

Gerakan membuat kolam penampung air hujan diharapkan menjadi salah satu solusi strategis yang komprehensif dalam mengatasi masalah kekeringan di daerah ini.
Kupang (Antara NTT) - Ketua Komisi II DPRD Nusa Tenggara Timur Anton Bele mengatakan gerakan membuat kolam penampung air hujan diharapkan menjadi salah satu solusi strategis yang komprehensif dalam mengatasi masalah kekeringan di daerah ini.

"Kita berharap agar para penyuluh dari Dinas Pertanian dan Dinas Pekerjaan Umum yang membidangi sumber daya air, dapat melakukan pendampingan kepada masyarakat agar lebih memahami tentang spesifikasi teknis kolam penampung air hujan tersebut," katanya kepada Antara di Kupang, Sabtu.

Politisi dari F-PDI Perjuangan mengemukakan hal itu terkait upaya jangka panjang yang perlu dilakukan pemerintah daerah dalam mengatasi kekeringan pada tahun-tahun yang akan datang.

Menurut Bele, gerakan membuat kolam penampung air hujan yang dimaksud tidak berarti mengambil alih program pembangunan embung kecil dan besar serta sumur-sumur bor yang dibangun pemerintah selama ini dalam bentuk proyek.

Ia mengatakan gerakan ini lebih pada upaya penyadaran untuk memanfaatkan kearifan lokal yang dimiliki secara gotong royong, yang pembuatannya sederhana, mudah dan murah, namun lebih efektif menampung air hujan di lingkungan terdekat. 

"Macam-macam kolam bia dibuat dalam berbagai ukuran memakai teknologi mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling canggih," kata Doktor Studi Pembangunan, tamatan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2011 itu.

Ia mengatakan pembuatan kolam penampung air hujan yang paling sederhana diumulai dengan cara gali di tanah dengan ukuran panjang dan lebar lima meter, dalam dua meter atau bisa lebih dari itu. 

Sehingga ketika hujan turun air hujan tertampung di kolam yang sederhana ini. "Tahun pertama mungkin sedikit saja air yang tergenang, tahun kedua sudah bisa tertampung lebih banyak air. Kalau perlu, dasar dan sisi-sisi kolam ini dialas dengan terpal berbagai jenis dan semen pada sisi-sisi tertentu," katanya. 

Ada juga cara lain yaitu relung-relung di sela-sela perbukitan diempang dengan susunan batu supaya air hujan ditahan dan jadilah genangan dalam bentuk kolam buatan. 

"Batu-batu yang disusun sebagai pematang ini bisa diperkokoh dengan semen agar lebih tahan menampung air hujan," katanya. 

Bisa dibayangkan, kalau setiap lekukan atau celah di antara bukit-bukit dijadikan kolam buatan dengan pematang-pematang, setiap wilayah dusun, desa, kelurahan akan memiliki ratusan kolam yang menampung air hujan dalam jumlah yang besar. 

"Setiap tahun ditambah jumlah kolam dalam bentuk empangan atau galian, maka wilayah satu desa atau kelurahan akan kaya dengan kolam buatan," katanya. 

Bukan cuma itu, menurut anggota Fraksi PDIP DPRD NTT ini, ada lagi cara lain untuk buat kolam. Air hujan yang membuat sumber-sumber air menjadi sumber air hidup sepanjang tahun, dialirkan ke tanah-tanah sekitar dengan membuat kolam baru. 

"Air dari sumber air tidak mengalir percuma ke sungai-sungai dan terus ke laut. Tampunglah air dari sumber air ini dalam kolam-kolam baru, kolam buatan, entah kolam tanah atau kolam permanen dalam bentuk bak-bak semen," katanya. 

Ada juga cara yang lain yaitu sungai yang ada airnya sepanjang tahun, air sungai itu dialirkan ke kolam-kolam buatan sepanjang tepi sungai. Kolam muncul di mana-mana dan air ini akan menghijaukan daerah aliran sungai yang tadinya terbatas, meluas dengan adanya kolam-kolam baru.