Bengaluru (ANTARA) - Emas naik ke level tertinggi tiga bulan di perdagangan Asia pada Senin pagi, karena dolar yang lebih lemah dan penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS mengangkat daya tarik logam mulia setelah data pekan lalu menunjukkan penjualan ritel AS secara tak terduga terhenti pada April.
Kontrak emas berjangka berjangka AS naik 0,4 persen menjadi 1.845,60 dolar AS per ounce. Akhir pekan lalu, (Jumat, 14/5/2021), emas berjangka paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, melonjak 14,1 dolar AS atau 0,77 persen menjadi ditutup pada 1.838,10 dolar AS.
Indeks dolar tergelincir dari dekat tertinggi satu minggu yang disentuh minggu lalu, membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang menjadi acuan turun lebih jauh dari level tertinggi lebih dari satu bulan minggu lalu. Imbal hasil obligasi yang lebih rendah mengurangi peluang kerugian memegang emas yang tanpa suku bunga.
Data pada Jumat (14/5/2021) menunjukkan penjualan ritel AS secara tak terduga terhenti pada April ketika dorongan dari stimulus bantuan langsung tunai memudar, tetapi akselerasi kemungkinan terjadi dalam beberapa bulan mendatang di tengah pembukaan kembali ekonomi.
Laporan penjualan ritel yang lemah menahan meningkatnya kekhawatiran inflasi dan taruhan atas kenaikan suku bunga Federal Reserve AS yang lebih cepat dari perkiraan.
Baca juga: Emas melonjak ditopang pelemahan dolar
Emas cenderung mendapat keuntungan dari lingkungan suku bunga yang lebih rendah karena mengurangi peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Presiden Federal Reserve Dallas Robert Kaplan pada Jumat (14/5/2021) mengangkat prospek kenaikan ekspektasi inflasi AS yang mengkhawatirkan, karena ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan untuk tenaga kerja dan barang-barang memberikan tekanan ke atas pada harga-harga.