Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi berpotensi menguat dibayangi kenaikan imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat.
Pada pukul 9.50 WIB, rupiah melemah 26 poin atau 0,19 persen ke posisi Rp14.314 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.288 per dolar AS.
"Momentum penguatan rupiah mungkin bisa berlanjut hari ini dengan sentimen positif pasar terhadap aset berisiko pagi ini mengikuti membaiknya data tenaga kerja AS yang dirilis semalam," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat, (28/5).
Data klaim tunjangan pengangguran mingguan AS dirilis 406.000 klaim, lebih rendah dari ekspektasi 427.000 klaim yang artinya jumlah pengangguran berkurang. Angka tersebut adalah yang terendah sepanjang pandemi.
Tapi di sisi lain, lanjut Ariston, pasar akan mewaspadai menaiknya imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang bergerak kembali ke atas 1,6 persen.
"Kenaikan yield ini selaras dengan ekspektasi pemulihan ekonomi di AS. Penguatan yield bisa memicu penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya," ujar Ariston.
Baca juga: Indeks dolar AS jatuh dengan keuntungan
Ariston mengatakan rupiah hari ini berpotensi lanjut menguat ke kisaran Rp14.230 per dolar AS dengan potensi resisten di kisaran Rp14.300 per dolar AS.
Baca juga: Emas jatuh 3,5 dolar di bawah level 1.900 dolar
Pada Kamis (27/5) lalu, rupiah ditutup menguat 40 poin atau 0,28 persen ke posisi Rp14.288 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.328 per dolar AS.
Rupiah berpotensi menguat dibayangi kenaikan obligasi AS
Momentum penguatan rupiah mungkin bisa berlanjut hari ini dengan sentimen positif pasar terhadap aset berisiko pagi ini mengikuti membaiknya data tenaga kerja AS yang dirilis semalam