Penerima Beasiswa Australia Studi Ubi Ungu

id Ubi Ungu

Penerima Beasiswa Australia Studi Ubi Ungu

Panen Ubi Ungu di Noelbaki

"Para peserta tersebut diseleksi dari sejumlah provinsi di antaranya Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, Maluku, dan Maluku Utara," kata guru besar dari Universitas of Queensland Prof Gunnar Krichodd..
Kupang (Antara NTT) - Sebanyak 27 penerima beasiswa Australia (Australian Awards) melakukan studi lapangan tentang ubi ungu di Iban Medah Foundation di Noelbaki, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur pada Rabu (23/11).

"Para peserta tersebut diseleksi dari sejumlah provinsi diantaranya, Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, Maluku, dan Maluku Utara," kata guru besar dari Universitas of Queensland Prof Gunnar Krichodd kepada Antara di Kupang, Kamis.

Ia menambahkan para peserta akan mempelajari sistem pengelolaan lahan kering dan sistem irigasi tetes di lahan pembibitan ubi ungu tersebut.

Prof Gunnar mengaku dirinya kagum dengan pola pertanian modern yang diterapkan di kebun pembibitan ubi ungu tersebut karena meskipun dengan kondisi lahan berbatu dan kekurangan air.

Dia mengatakan, Australian Award memberikan kesempatan kepada para calon pemimpin dunia dari generasi masa depan untuk belajar melakukan riset dan pengembangan profesional di Australia.

"Studi ini untuk meningkatkan penciptaan lingkungan yang mendukung dan managemen bagi pertanian lahan kering yang berkelanjutan di tujuh provinsi sasaran tersebut," katanya.

Pendiri Iban Medah Foundation, Ibrahim Agustinus Medah mengaku kunjungan tersebut menjadi sebuah kehormatan karena kebun ubi ungu miliknya dijadikan sebagai lokasi studi dari Australian Award.

Dia mengatakan, tujuan pembangunan kebun tersebut untuk memberikan motivasi bagi pemerintah daerah setempat dan masyarakat petani di provinsi kepulauan itu bahwa kondisi cuaca yang kering tidak menjadi penghalang untuk upaya berproduksi.

"Kondisi lahan di Pulau Timor dan Nusa Tenggara Timur pada umumnya memiliki kesamaan dan persoalan utama petani adalah air dan pengelolaan lahan," katanya pula.

Untuk itu, lajutnya, upaya itu sebagai pembuktian bahwa meskipun dengan kondisi kering namun para petani bisa majuh dan sejahtera dengan mengandalkan pertanian.

Mantan Bupati Kupang dua periode itu menjelaskan, sekitar 71 persen masyarakat di provinsi kepulauan itu hidup di sektor pertanian, sehingga kebijakan pemeritah harus berpihak pada mayoritas masyarakat petani.

"Pemerintah juga harus bisa membantu masyarakat dengan alat mesin pertanian (alsintan) yang memadai untuk mengelolah lahan karena sangat terbatas jika dilakukan secara manual," katanya.

Untuk itu, dia menyarankan agar setiap daerah kabupaten bisa menyisikan lima persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setiap tahun untuk pengadaan alsintan untuk memaksimalkan pengeleolaan lahan.