Bengaluru (ANTARA) - Harga emas turun untuk sesi keempat berturut-turut di perdagangan Asia pada Senin, (31/1) pagi, berada di jalur untuk penurunan bulanan terbesar sejak September 2021, karena dolar AS menguat menjelang pertemuan beberapa bank sentral utama, membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Di pasar spot emas turun 0,2 persen menjadi diperdagangkan di 1.788,41 dolar AS per ounce pada pukul 01.40 GMT, mendekati 1.779,20 dolar AS di sesi sebelumnya - terendah sejak 16 Desember. Sementara itu, emas berjangka AS naik tipis 0,1 persen menjadi diperdagangkan di 1.788,20 dolar AS per ounce.
Logam emas telah merosot lebih dari 2,0 persen sejauh bulan ini.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya melayang mendekati level tertinggi 18 bulan pada Jumat lalu (28/1/2022).
Federal Reserve AS berencana untuk menaikkan suku bunga pada Maret dengan asumsi bahwa ekonomi sebagian besar akan menghindari dampak dari varian virus corona Omicron dan terus tumbuh dengan sehat.
Meskipun emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi, kenaikan suku bunga akan meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Produksi pabrik Jepang menyusut untuk pertama kalinya dalam tiga bulan pada Desember karena penurunan mesin melebihi kenaikan kecil dalam produksi mobil, menutupi kekuatan pemulihan ekonomi.
Sementara itu, para pedagang sedang mencari keputusan kebijakan dari pertemuan bank sentral Australia, Inggris dan Eropa yang diharapkan minggu ini.
Pusat utama Asia melihat permintaan yang kuat untuk emas fisik minggu lalu menjelang liburan Tahun Baru Imlek, sementara pembeli di India menunda melakukan pembelian sebelum pemerintah mengumumkan anggaran tahunannya.
Logam mulia lainnya di pasar spot, perak turun 0,3 persen menjadi diperdagangkan di 22,36 dolar AS per ounce, sementara platinum naik 0,1 persen menjadi diperdagangkan di 1.008,27 dolar AS per ounce.
Baca juga: Emas berjangka terjungkal 36,6 dolar
Baca juga: Harga emas anjlok 22,8 dolar