Badan Bahasa revitalisasi lima bahasa daerah NTT

id NTT,bahasa daerah di NTT

Badan Bahasa revitalisasi lima bahasa daerah NTT

Tangkapan layar Kepala Badan Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Timur Syaiful Bahri Lubis (kiri bawah) mengikuti kegiatan temu Inovasi 2 yang dilakukan secara daring, Selasa. (ANTARA/ Benny Jahang)

...Ada lima bahasa daerah di NTT yang dilakukan revitalisasi atau dihidupkan kembali pada 2022
Kupang (ANTARA) - Kepala Kantor Badan Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Timur Syaiful Bahri Lubis mengatakan pada 2022 pihaknya melakukan revitalisasi terhadap lima bahasa daerah di NTT yang penggunanya mulai berkurang.

"Ada lima bahasa daerah di NTT yang dilakukan revitalisasi atau dihidupkan kembali pada 2022 yang tersebar di lima pulau di Provinsi NTT," katanya di Kupang, Rabu, (9/3).

Program revitalisasi bahasa daerah diluncurkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pada 22 Februari 2022.

Program untuk menghidupkan kembali bahasa daerah itu dilakukan di 12 provinsi dari sebelumnya pada 2021 hanya dilakukan di tiga provinsi, yaitu Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan.

Dia menyebut ada 38 bahasa daerah di 12 provinsi di Indonesia yang dilakukan revitalisasi bahasa daerah pada 2022 dan lima di antaranya terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Ia menyebutkan kelima bahasa daerah di NTT yang digiatkan kembali oleh Badan Bahasa NTT, yaitu bahasa Manggarai mewakili wilayah Pulau Flores, dari Pulau Timor yaitu bahasa Dawan, bahasa daerah dari Pulau Sumba adalah bahasa Kambera, serta bahasa Rote mewakili Pulau Rote dan bahasa Abui dari Kabupaten Alor.

Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki 72 bahasa daerah berdasarkan peta bahasa nasional dan 30 bahasa daerah di antaranya terdapat di Kabupaten Alor.

Ia menyebut heterogen dalam penggunaan bahasa daerah sehingga model pendekatan yang dilakukan Badan Bahasa Provinsi NTT dengan membentuk komunitas penggunaan bahasa daerah agar bahasa daerah itu tetap dilestarikan.

Dia mengatakan model yang dilakukan Badan Bahasa NTT dalam melestarikan bahasa daerah dengan berbasis komunitas sehingga warga setempat tetap menggunakan bahasa ibu.

Menurut dia, program penggunaan bahasa ibu pada sekolah awal yang dilakukan lembaga Inovasi Untuk Anak Sekolah Indonesia (Inovasi) merupakan suatu terobosan yang positif dalam pembangunan sektor pendidikan serta upaya melestarikan bahasa daerah di provinsi berbasis kepulauan ini.

Baca juga: 1,3 juta anak NTT belum bisa berbahasa Indonesia

"Program penggunaan bahasa ibu yang dilakukan Inovasi dalam bidang pendidikan untuk kelas awal pada sejumlah lembaga pendidikan dasar di NTT merupakan sesuatu yang luar biasa untuk melestarikan bahasa daerah di NTT," katanya.

Baca juga: Sebagian SD di Sumba gunakan bahasa daerah dalam KBM