Sebagian SD di Sumba gunakan bahasa daerah dalam KBM

id bahasa daerah sumba

Sebagian SD di Sumba gunakan bahasa daerah dalam KBM

Anak-anak berjalan kaki melintasi sabana Lendongara di Desa Karunni, Loura, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, untuk menuju sekolah pada Rabu (28/8/2019). Sebagian sekolah di Pulau Sumba menggunakan bahasa daerah dalam kegiatan belajar untuk memudahkan siswa mengikuti proses pembelajaran.(ANTARA FOTO/ANIS EFIZUDIN)

Sebanyak 20 sekolah dasar di Pulau Sumba menggunakan bahasa daerah dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) guna memudahkan siswa dalm mengikuti proses pembelajaran.
Kupang, Nusa Tenggara Timur (ANTARA) - Sebanyak 20 sekolah dasar di Pulau Sumba menggunakan bahasa daerah dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) guna memudahkan siswa dalm mengikuti proses pembelajaran, kata Provinsial Manajer Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) Nusa Tenggara Timur Hironimus Sugi.

Hironimus Sugi mengatakan bahwa bahasa daerah telah digunakan dalam KBM pada kelas awal di 11 sekolah dasar di Kabupaten Sumba Barat Daya dan sembilan sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur di Kupang, Jumat (8/11).

"Penggunaan bahasa daerah untuk memudahkan siswa beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang baru, karena pada umumnya siswa kelas awal kesulitan mengikuti pembelajaran di sekolah karena terkendala bahasa," katanya menjelaskan.

Baca juga: 11 Persen Sekolah NTT Tak Mendukung KBM
Baca juga: Ada sekolah di NTT gelar KBM tanpa izin operasional


Ia menambahkan, penggunaan bahasa daerah dalam kegiatan belajar mengajar di kelas awal sekolah dasar sudah mulai dilakukan di Pulau Sumba sejak September 2018.

"Penggunaan bahasa daerah dalam kegiatan pendidikan siswa untuk kelas awal ternyata lebih efektif, siswa lebih antusias mengikuti kegiatan belajar, dan guru lebih mudah dalam membimbing siswa," katanya.

Ia menjelaskan, penggunaan bahasa daerah dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar pada kelas awal sekolah dasar karena umumnya anak-anak di Pulau Sumba menggunakan bahasa daerah dalam kegiatan sehari-hari sehingga membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan penggunaan bahasa Indonesia dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.

"Banyak yang mengatakan para siswa bisa menggunakan bahasa Indonesia tetapi kenyataannya di desa-desa pelosok tidak demikian. Apabila guru mengajar tanpa mempertimbangkan aspek bahasa, maka proses pendidikan bagi siswa kelas pertama tidak optimal," demikian Hironimus Sugi.

Baca juga: KBM Di Daerah Konflik Sulit Diwujudkan
Baca juga: Smart LCK Manfaatkan Sail Indonesia Untuk KBM