Kupang (ANTARA) - Dokter Irene Leha mengajak masyarakat untuk mengenali Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) dan bahaya yang mengintai pada kesuburan wanita dalam kegiatan bincang kesehatan yang dihelat Rumah Sakit Siloam Hospitals Ambon, Provinsi Maluku.
"PCOS merupakan sindrom ovarium polikistik (SOPK) merupakan gangguan hormonal yang paling sering dialami oleh wanita usia reproduksi. Angka kejadiannya sekitar 10-15 persn (1 di atara 10 wanita menderita PCOS)," katanya dalam keterangan yang diterima di Kupang, Minggu (27/11/2022).
Irene menjelaskan sindrom PCOS merupakan kondisi kompleks yang didiagnosis dengan terdapat 2 dari 3 kriteria yaitu kelebihan kadar hormon Androgen, gangguan ovulasi.
Ia menjelaskan gambaran ovarium dengan folikel (rumah sel telur) yang kecil-kecil seperti untaian kalung mutiara pada pemeriksaan usg transvaginal.
"Sehingga perlu anamnesis riwayat, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang guna memastikan diagnosisnya," katanya.
Gangguan Endokrin menjadi salah satu gangguan yang diakibatkan oleh sindrom PCOS. Gangguan ketidakseimbangan hormon ini menyebabkan sel telur tetap kecil dan tidak berkembang menjadi sel telur yang besar dan matang.
Sehingga tidak dapat dibuahi oleh sperma yang dapat mengakibatkan gangguan pada proses kehamilan.
Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekolog di Siloam Hospital Ambon itu mengatakan penyebab PCOS hingga saat ini belum diketahui pasti. Teori primer pada kelainan metabolisme menunjukkan bahwa kompensasi gangguan fungsi insulin dengan akibat kadar hormon insulin yang berlebihan menjadi penyebab utama dari gambaran sindrom ini.
Beberapa penyebab lain dari PCOS adalah karena faktor Genetik dan Lingkungan.
Pada wanita dengan PCOS, kata dia folikel kecil yang berdiameter 4 hingga 9 mm menumpuk di ovarium. Folikel ini tidak dapat berkembang ataupun tumbuh hingga menjadi ukuran normal, dan akan memicu ovulasi.
Akibatnya, kadar estrogen, progesteron, LH dan FSH menjadi tidak seimbang. Androgen dapat meningkat pada wanita yang mengidap PCOS karena tingginya kadar LH dan Insulin yang biasanya terlihat pada pasien.
Lebih lanjut melalui live Instagram Siolam Hospitals Ambon, Orene mengatakan gejala yang umumnya terjadi adalah gangguan siklus haid, gambaran kelebihan hormon androgen seperti pertumbuhan rambut berlebih dan di tempat yang tidak biasanya, jerawatan, kebotakan.
PCOS yang tidak ditangani dengan tepat dapat menimbulkan beberapa komplikasi yang berisiko, antara lain gangguan pola haid infertilitas, kanker endometrium, gangguan metabolik (resistensi insulin/DM, hipertensi, dislipidemia), gangguan tidur dan makan, kecemasan berlebihan, keguguran, persalinan prematur, dan komplikasi lain seperti hipertensi atau DM dalam kehamilan.
Untuk itu, diperlukan kesadaran untuk melakukan pencegahan sedini mungkin dengan melakukan pola hidup sehat. Mengubah pola makan dengan mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan rendah gula, berolahraga secara teratur, mengendalikan berat badan.
"Memeriksakan diri sedini mungkin jika mengalami keluhan perubahan/gangguan pola haid serta gejala-gejala yang disebutkan sebelumnya," katanya.
"PCOS merupakan sindrom ovarium polikistik (SOPK) merupakan gangguan hormonal yang paling sering dialami oleh wanita usia reproduksi. Angka kejadiannya sekitar 10-15 persn (1 di atara 10 wanita menderita PCOS)," katanya dalam keterangan yang diterima di Kupang, Minggu (27/11/2022).
Irene menjelaskan sindrom PCOS merupakan kondisi kompleks yang didiagnosis dengan terdapat 2 dari 3 kriteria yaitu kelebihan kadar hormon Androgen, gangguan ovulasi.
Ia menjelaskan gambaran ovarium dengan folikel (rumah sel telur) yang kecil-kecil seperti untaian kalung mutiara pada pemeriksaan usg transvaginal.
"Sehingga perlu anamnesis riwayat, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang guna memastikan diagnosisnya," katanya.
Gangguan Endokrin menjadi salah satu gangguan yang diakibatkan oleh sindrom PCOS. Gangguan ketidakseimbangan hormon ini menyebabkan sel telur tetap kecil dan tidak berkembang menjadi sel telur yang besar dan matang.
Sehingga tidak dapat dibuahi oleh sperma yang dapat mengakibatkan gangguan pada proses kehamilan.
Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekolog di Siloam Hospital Ambon itu mengatakan penyebab PCOS hingga saat ini belum diketahui pasti. Teori primer pada kelainan metabolisme menunjukkan bahwa kompensasi gangguan fungsi insulin dengan akibat kadar hormon insulin yang berlebihan menjadi penyebab utama dari gambaran sindrom ini.
Beberapa penyebab lain dari PCOS adalah karena faktor Genetik dan Lingkungan.
Pada wanita dengan PCOS, kata dia folikel kecil yang berdiameter 4 hingga 9 mm menumpuk di ovarium. Folikel ini tidak dapat berkembang ataupun tumbuh hingga menjadi ukuran normal, dan akan memicu ovulasi.
Akibatnya, kadar estrogen, progesteron, LH dan FSH menjadi tidak seimbang. Androgen dapat meningkat pada wanita yang mengidap PCOS karena tingginya kadar LH dan Insulin yang biasanya terlihat pada pasien.
Lebih lanjut melalui live Instagram Siolam Hospitals Ambon, Orene mengatakan gejala yang umumnya terjadi adalah gangguan siklus haid, gambaran kelebihan hormon androgen seperti pertumbuhan rambut berlebih dan di tempat yang tidak biasanya, jerawatan, kebotakan.
PCOS yang tidak ditangani dengan tepat dapat menimbulkan beberapa komplikasi yang berisiko, antara lain gangguan pola haid infertilitas, kanker endometrium, gangguan metabolik (resistensi insulin/DM, hipertensi, dislipidemia), gangguan tidur dan makan, kecemasan berlebihan, keguguran, persalinan prematur, dan komplikasi lain seperti hipertensi atau DM dalam kehamilan.
Untuk itu, diperlukan kesadaran untuk melakukan pencegahan sedini mungkin dengan melakukan pola hidup sehat. Mengubah pola makan dengan mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan rendah gula, berolahraga secara teratur, mengendalikan berat badan.
"Memeriksakan diri sedini mungkin jika mengalami keluhan perubahan/gangguan pola haid serta gejala-gejala yang disebutkan sebelumnya," katanya.