Labuan Bajo (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur telah mengambil langkah pengendalian hama ulat grayak yang menyerang lahan pertanian jagung pada 21 kecamatan di kabupaten tersebut.
"Sejak minggu lalu pengamat hama telah melakukan pengendalian secara kimia dengan insektisida," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sikka Jemi Satriawan Sadipun ketika dihubungi dari Labuan Bajo, Selasa, (10/1/2023).
Berdasarkan data dinas setempat, keseluruhan lahan pertanian jagung memiliki luas tanam 7.089,0 hektare dengan luas waspada 6.659,70 hektare. Dari jumlah tersebut, luas lahan yang terserang hama ulat grayak terbagi menjadi intensitas serangan ringan 291,8 hektare, intensitas serangan sedang 36 hektare, dan intensitas serangan berat 7 hektare. Tercatat, Kecamatan Paga dan Palue menjadi kecamatan dengan intensitas serangan berat.
Jemi mengatakan penyebaran hama ulat grayak terjadi setiap tahun, namun bertumbuh sporadis pada tahun 2023 karena kondisi cuaca yang tidak menentu. Hama ulat grayak mulai menyerang tanaman jagung dari usia tumbuhan dua minggu. Apabila tidak diatasi sejak awal, penyebaran hama akan berlanjut hingga tanaman jagung bertumbuh.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, tim dari dinas pertanian baik penyuluh pertanian dan pengamat organisme pengganggu tumbuhan terus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada petani untuk memerhatikan kondisi lahan pertanian mereka. Kini para petugas sedang melakukan pemantauan dan pengendalian di setiap kecamatan.
"Saya sudah sidak Selasa lalu. Minggu depan koordinasi hasil pengendalian seperti apa seminggu ini," ungkapnya.
Sementara itu petani di Desa Habi, Kecamatan Kangae mengaku kondisi tersebut telah terjadi dua minggu belakangan ini. Maria Yuspina menjelaskan hama ulat grayak menyerang daun dan batang jagung yang baru bertumbuh.
Dia pun berharap pemerintah bisa cepat tanggap terhadap kondisi itu agar petani tidak mengalami gagal panen.
"Warga berharap pemerintah bisa memberi bantuan obat anti hama," katanya berharap.
Baca juga: Petani jagung NTT rugi Rp120 miliar akibat hama ulat grayak
Baca juga: Jagung terserang hama ulat grayak sulit dipulihkan
"Sejak minggu lalu pengamat hama telah melakukan pengendalian secara kimia dengan insektisida," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sikka Jemi Satriawan Sadipun ketika dihubungi dari Labuan Bajo, Selasa, (10/1/2023).
Berdasarkan data dinas setempat, keseluruhan lahan pertanian jagung memiliki luas tanam 7.089,0 hektare dengan luas waspada 6.659,70 hektare. Dari jumlah tersebut, luas lahan yang terserang hama ulat grayak terbagi menjadi intensitas serangan ringan 291,8 hektare, intensitas serangan sedang 36 hektare, dan intensitas serangan berat 7 hektare. Tercatat, Kecamatan Paga dan Palue menjadi kecamatan dengan intensitas serangan berat.
Jemi mengatakan penyebaran hama ulat grayak terjadi setiap tahun, namun bertumbuh sporadis pada tahun 2023 karena kondisi cuaca yang tidak menentu. Hama ulat grayak mulai menyerang tanaman jagung dari usia tumbuhan dua minggu. Apabila tidak diatasi sejak awal, penyebaran hama akan berlanjut hingga tanaman jagung bertumbuh.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, tim dari dinas pertanian baik penyuluh pertanian dan pengamat organisme pengganggu tumbuhan terus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada petani untuk memerhatikan kondisi lahan pertanian mereka. Kini para petugas sedang melakukan pemantauan dan pengendalian di setiap kecamatan.
"Saya sudah sidak Selasa lalu. Minggu depan koordinasi hasil pengendalian seperti apa seminggu ini," ungkapnya.
Sementara itu petani di Desa Habi, Kecamatan Kangae mengaku kondisi tersebut telah terjadi dua minggu belakangan ini. Maria Yuspina menjelaskan hama ulat grayak menyerang daun dan batang jagung yang baru bertumbuh.
Dia pun berharap pemerintah bisa cepat tanggap terhadap kondisi itu agar petani tidak mengalami gagal panen.
"Warga berharap pemerintah bisa memberi bantuan obat anti hama," katanya berharap.
Baca juga: Petani jagung NTT rugi Rp120 miliar akibat hama ulat grayak
Baca juga: Jagung terserang hama ulat grayak sulit dipulihkan