Kupang (ANTARA) - Peneliti Sumber Daya pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Dr. Tony Basuki mengatakan, tanaman jagung yang sudah terserang hama ulat grayak, umumnya sulit dipulihkan.

"Tanaman yang sudah terserang, umumnya sulit dipulihkan, karena hama telah menyerang titik tumbuh tanaman (pucuk bagian dalam)," kata Tony Basuki di Kupang, Selasa (11/2).

Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan peluang tanaman jagung milik petani di NTT yang terserang hama ulat grayak untuk bisa berproduksi.

Ribuan hektare tanaman jagung petani di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dilaporkan terserang hama ulat grayak sejak Desember 2019. Tanaman jagung yang terserang hama ulat grayak sulit untuk diulihkan. (ANTARA FOTO/Aloysius Lewokeda) Baca juga: 2,540 hektare lahan jagung di Sikka diserang hama ulat grayak
Baca juga: Pengendalian hama ulat grayak dengan cara mekanik

Areal tanaman jagung paling banyak terserang hama ini di Kabupaten Flores Timur, yang mencapai hampir 5.000 hektare.

Mengenai solusi, dia mengatakan, satu-satunya jalan keluar yang bisa dilakukan pemerintah adalah menyelamatkan tanaman yang belum terserang hama.

Dia mengatakan, pemerintah tidak menganjurkan petani untuk menanam ulang dengan menawarkan bantuan bibit, karena musim hujan tinggal 1,5 bulan lagi.

"Kalau sudah bulan Februari, tidak bisa tanam ulang karena hujan sudah tinggal 1,5 bulan. Jadi solusinya adalah prioritas pengendalian hama ini pada tanaman yang masih sehat, sehingga bisa berproduksi," katanya. * Hama ulat grayak sedang memangsa tanaman jagung. (ANTARA FOTO/HO-Istimewa)

Pewarta : Bernadus Tokan
Editor : Kornelis Aloysius Ileama Kaha
Copyright © ANTARA 2024