Kupang (ANTARA) - Dinas Perkebunan dan Peternakan Flores Timur, Provinsi Nusa tenggara Timur melaporkan bahwa jumlah ternak babi yang mati akibat African Swine Fever (ASF) di Kabupaten tersebut terus bertambah menjadi 30 ekor dari sebelumnya hanya 20 ekor.
“Sampai dengan pagi tadi kami terima informasi bahwa sudah 30 ekor babi yang mati,” kata Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Flores Timur Sebas Sina Kleden, saat dihubungi dari Kupang, Kamis, (19/1/2023).
Hal ini disampaikannya berkaitan dengan perkembangan kasus matinya sejumlah babi di kabupaten itu selama beberapa pekan terakhir.
Dia menjelaskan bahwa berdasarkan laporan dari petugas kesehatan hewan yang tersebar di kecamatan hingga desa, sejumlah babi yang mati tersebut adalah babi bantuan yang diberikan kepada sejumlah kelompok peternak di kabupaten itu.
Dia menyebutkan di kelompok Gresna, Kelurahan Puken Tobi Wangi Bao terdapat 25 ekor babi bantuan. Dari 25 ekor itu 10 ekor babi dilaporkan mati.
Kemudian dari kelompok Ema Rin, Kelompok Kelurahan Lohayong tercatat juga yang mati 13 ekor dari 25 ekor babi bantuan tersebut ditambah 7 ekor yang mati terdahulu.
“Yang mati sebelumnya itu dan sudah dikuburkan serta diambil sampel darahnya lalu dikirim ke Balai Besar Veteriner di Denpasar Bali dan dari hasilnya diketahui bahwa beberapa diantaranya terkena virus ASF,” ujar dia.
Lebih lanjut terkait babi-babi bantuan yang masih hidup ujar dia, saat ini sudah dikarantina untuk mencegah semakin menyebarnya ASF di kabupaten itu.
Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur juga sudah melaporkan bahwa kasus ASF sudah mulai merebak lagi di NTT. Karena itu semua kabupaten/kota diharapkan bisa bersinergi untuk menjaga wilayahnya agar virus itu tidak masuk ke daerah yang masih nol kasus.
Baca juga: Karantina Kupang imbau warga terapkan keamanan maksimum untuk cegah ASF
Baca juga: Pemkab Manggarai ingatkan warga tak membeli se'i babi
“Sampai dengan pagi tadi kami terima informasi bahwa sudah 30 ekor babi yang mati,” kata Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Flores Timur Sebas Sina Kleden, saat dihubungi dari Kupang, Kamis, (19/1/2023).
Hal ini disampaikannya berkaitan dengan perkembangan kasus matinya sejumlah babi di kabupaten itu selama beberapa pekan terakhir.
Dia menjelaskan bahwa berdasarkan laporan dari petugas kesehatan hewan yang tersebar di kecamatan hingga desa, sejumlah babi yang mati tersebut adalah babi bantuan yang diberikan kepada sejumlah kelompok peternak di kabupaten itu.
Dia menyebutkan di kelompok Gresna, Kelurahan Puken Tobi Wangi Bao terdapat 25 ekor babi bantuan. Dari 25 ekor itu 10 ekor babi dilaporkan mati.
Kemudian dari kelompok Ema Rin, Kelompok Kelurahan Lohayong tercatat juga yang mati 13 ekor dari 25 ekor babi bantuan tersebut ditambah 7 ekor yang mati terdahulu.
“Yang mati sebelumnya itu dan sudah dikuburkan serta diambil sampel darahnya lalu dikirim ke Balai Besar Veteriner di Denpasar Bali dan dari hasilnya diketahui bahwa beberapa diantaranya terkena virus ASF,” ujar dia.
Lebih lanjut terkait babi-babi bantuan yang masih hidup ujar dia, saat ini sudah dikarantina untuk mencegah semakin menyebarnya ASF di kabupaten itu.
Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur juga sudah melaporkan bahwa kasus ASF sudah mulai merebak lagi di NTT. Karena itu semua kabupaten/kota diharapkan bisa bersinergi untuk menjaga wilayahnya agar virus itu tidak masuk ke daerah yang masih nol kasus.
Baca juga: Karantina Kupang imbau warga terapkan keamanan maksimum untuk cegah ASF
Baca juga: Pemkab Manggarai ingatkan warga tak membeli se'i babi