Atambua, NTT (ANTARA News NTT) - Warga masyarakat perbatasan di Desa Bakustulamu, Kecamatan Tasifeto Barat, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur sangat antusias saat diresmikannya jalan Sirip (non status) yang dibangun oleh Kementerian Desa, Tertinggal Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT).
Kepala Desa Bakustulamu, Raymundus Berek kepada wartawan di sela-sela acara peresmian jalan non status dan pembangunan sarana air bersih, Selasa (18/12), mengatakan keberadaan jalan Sirip tersebut sangat membantu warganya dalam membangun ekonomi.
"Warga di desa ini sangat menyambut gembira keberadaan jalan ini, karena memang mereka sangat membutuhkan jalan yang bagus untuk bisa memasarkan hasil pertaniannya ke kota Atambua," katanya.
Ia mengisahkan bahwa sudah 70 tahun sejak dirinya berada di desa itu, baru kali ini warga di desa tersebut merasakan jalanan yang aspal, setelah dibangun oleh Kemendes PDTT.
Raymundus mengatakan, bahwa sebelum dibangun jalan sepanjang 3,2 kilometer itu tidak bisa dilalui oleh kendaraan umum, karena jalannya penuh dengan bebatuan.
Baca juga: Pemerintah terus mendorong percepatan pembangunan di perbatasan
Sementara itu, Anselmus, warga di desa itu pun mengatakan bahwa dengan adanya jalan baru tersebut maka ia akan lebih memilih menggunakan jalan baru yang hanya memakan waktu 1,5 jam ke kota Atambua.
"Tetapi kalau dengan adanya jalan ini kami mau membawa hasil bumi ke kota (Atambua, red), hanya membutuhkan waktu tidak sampai satu jam," ujarnya.
Sebelumnya Dirjen Pembangunan Daerah Tertentu (PDT) Kemendes PDTT RR Aisyah Gamawati meresmikan jalan sirip di desa tersebut.
Peresmian Jalan Sirip di Desa Bakustulama ini merupakan langkah konkret dan wujud nyata dari pemerintah dalam mendorong percepatan pembangunan daerah perbatasan dengan membuka akses konektivitas dan aksesibilitas di wilayah itu.
Baca juga: Menpar: Pariwisata perbatasan harus dikembangkan
Kepala Desa Bakustulamu, Raymundus Berek kepada wartawan di sela-sela acara peresmian jalan non status dan pembangunan sarana air bersih, Selasa (18/12), mengatakan keberadaan jalan Sirip tersebut sangat membantu warganya dalam membangun ekonomi.
"Warga di desa ini sangat menyambut gembira keberadaan jalan ini, karena memang mereka sangat membutuhkan jalan yang bagus untuk bisa memasarkan hasil pertaniannya ke kota Atambua," katanya.
Ia mengisahkan bahwa sudah 70 tahun sejak dirinya berada di desa itu, baru kali ini warga di desa tersebut merasakan jalanan yang aspal, setelah dibangun oleh Kemendes PDTT.
Raymundus mengatakan, bahwa sebelum dibangun jalan sepanjang 3,2 kilometer itu tidak bisa dilalui oleh kendaraan umum, karena jalannya penuh dengan bebatuan.
Baca juga: Pemerintah terus mendorong percepatan pembangunan di perbatasan
Sementara itu, Anselmus, warga di desa itu pun mengatakan bahwa dengan adanya jalan baru tersebut maka ia akan lebih memilih menggunakan jalan baru yang hanya memakan waktu 1,5 jam ke kota Atambua.
"Tetapi kalau dengan adanya jalan ini kami mau membawa hasil bumi ke kota (Atambua, red), hanya membutuhkan waktu tidak sampai satu jam," ujarnya.
Sebelumnya Dirjen Pembangunan Daerah Tertentu (PDT) Kemendes PDTT RR Aisyah Gamawati meresmikan jalan sirip di desa tersebut.
Peresmian Jalan Sirip di Desa Bakustulama ini merupakan langkah konkret dan wujud nyata dari pemerintah dalam mendorong percepatan pembangunan daerah perbatasan dengan membuka akses konektivitas dan aksesibilitas di wilayah itu.
Baca juga: Menpar: Pariwisata perbatasan harus dikembangkan