Kupang (ANTARA News NTT) - Kapal tanker Ocean Princess yang karam di perairan dekat pesisir Desa Aemoli, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur dilaporkan telah merusak biota laut pada area Suaka Alam Perairan (SAP) Selat Pantar dan laut sekitarnya.
"Kami masih menghitung berapa kerugian yang timbul akibat kerusakan biota laut tersebut," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTT Ganef Wurgiyanto kepada Antara di Kupang, Jumat (4/1) terkait hasil investigasi tim di lapangan.
Ia mengatakan tim sudah selesai melakukan investigasi di lapangan pada Kamis, (3/1) petang, dan menemukan ada kerusakan biota laut di wilayah Suaka Alam Perairan (SAP) Selat Pantar, Alor dan menghitung kerugian.
Setelah tim melakukan penghitungan, pihaknya akan mengajukan kepada pemilik kapal tanker untuk membayar ganti rugi sesuai dengan ketentuan berlaku.
Mengenai kemungkinan dibawa ke pengadilan, dia mengatakan, pihaknya hanya menuntut ganti rugi tanpa ada proses hukum.
"Kami hanya bisa meminta ganti rugi. Tidak ada proses hukum karena peristiwa yang menyebabkan kerusakan biota laut pada wilayah laut yang dilindungi masuk dalam kategori musibah," katanya menambahkan.
Baca juga: Kapal tanker Ocean Princess karam di pesisir kepulauan Alor
Kapal tanker Ocean Princess dilaporkan karam di pesisir kepulauan Alor, Kabupaten Alor, NTT, saat dalam pelayaran dari Dili, Timor Leste, menuju Singapura.
Kapal tersebut membawa bahan bakar minyak (BBM) jenis solar dari Dili, Timor Leste, dengan tujuan Singapura. Kapal yang dinahkodai Kapten Ahira Sroyer itu disertai 18 anak buah kapal (ABK).
Kapal tersebut diketahui terdampar pada Jumat (28/12), tetapi baru dilakukan pemeriksaan pada Rabu (2/1) karena petugas dari Kupang baru tiba di Alor.
Kapal berbendera Cook Island (Kepulauan Cook) itu karam pada titik koordinat 0810`944" Lintang Selatan (LS), dan 12425`53T" Bujur Timur (BT) di wilayah perairan laut sekitar Desa Aemoli.
Mesin induk rusak
Setelah dilakukan pemeriksaan, kata Ganef, diketahui bahwa kapal tanker Ocean Princess dengan bobot 1976 GT bertanda selar 8601496 itu mengalami kerusakan mesin induk.
"Dari hasil pemeriksaan terhadap kapten kapal Ahira Sroyer, diketahui bahwa kapal mengalami kerusakan mesin induk dan tidak bisa mengendalikan kapal pada saat berlayar (manuver) olah gerak," katanya menjelaskan.
Baca juga: DKP NTT investigasi kerusakan terumbu karang akibat kapal karam
Menurut pengakuan kapten kapal, ada kerusakan pada mesin induk sehingga kapal tidak bisa dikendalikan dan terdampar di perairan Suaka Alam Perairan (SAP) Selat Alor.
Kapten kapal juga mengaku tidak tahu bahwa titik lokasi kapal karam itu berada di wilayah konservasi.
"Kalau soal kapal karam, kapten kapal mengaku telah melaporkan ke kantor pusat di Singapura, dan kepada pihak berwenang disertai titik koordinat," kata Ganef mengutip keterangan kapten.
Baca juga: Cuaca buruk hambat evakuasi kapal tanker Ocean Princess
"Kami masih menghitung berapa kerugian yang timbul akibat kerusakan biota laut tersebut," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTT Ganef Wurgiyanto kepada Antara di Kupang, Jumat (4/1) terkait hasil investigasi tim di lapangan.
Ia mengatakan tim sudah selesai melakukan investigasi di lapangan pada Kamis, (3/1) petang, dan menemukan ada kerusakan biota laut di wilayah Suaka Alam Perairan (SAP) Selat Pantar, Alor dan menghitung kerugian.
Setelah tim melakukan penghitungan, pihaknya akan mengajukan kepada pemilik kapal tanker untuk membayar ganti rugi sesuai dengan ketentuan berlaku.
Mengenai kemungkinan dibawa ke pengadilan, dia mengatakan, pihaknya hanya menuntut ganti rugi tanpa ada proses hukum.
"Kami hanya bisa meminta ganti rugi. Tidak ada proses hukum karena peristiwa yang menyebabkan kerusakan biota laut pada wilayah laut yang dilindungi masuk dalam kategori musibah," katanya menambahkan.
Baca juga: Kapal tanker Ocean Princess karam di pesisir kepulauan Alor
Kapal tanker Ocean Princess dilaporkan karam di pesisir kepulauan Alor, Kabupaten Alor, NTT, saat dalam pelayaran dari Dili, Timor Leste, menuju Singapura.
Kapal tersebut membawa bahan bakar minyak (BBM) jenis solar dari Dili, Timor Leste, dengan tujuan Singapura. Kapal yang dinahkodai Kapten Ahira Sroyer itu disertai 18 anak buah kapal (ABK).
Kapal tersebut diketahui terdampar pada Jumat (28/12), tetapi baru dilakukan pemeriksaan pada Rabu (2/1) karena petugas dari Kupang baru tiba di Alor.
Kapal berbendera Cook Island (Kepulauan Cook) itu karam pada titik koordinat 0810`944" Lintang Selatan (LS), dan 12425`53T" Bujur Timur (BT) di wilayah perairan laut sekitar Desa Aemoli.
Mesin induk rusak
Setelah dilakukan pemeriksaan, kata Ganef, diketahui bahwa kapal tanker Ocean Princess dengan bobot 1976 GT bertanda selar 8601496 itu mengalami kerusakan mesin induk.
"Dari hasil pemeriksaan terhadap kapten kapal Ahira Sroyer, diketahui bahwa kapal mengalami kerusakan mesin induk dan tidak bisa mengendalikan kapal pada saat berlayar (manuver) olah gerak," katanya menjelaskan.
Baca juga: DKP NTT investigasi kerusakan terumbu karang akibat kapal karam
Menurut pengakuan kapten kapal, ada kerusakan pada mesin induk sehingga kapal tidak bisa dikendalikan dan terdampar di perairan Suaka Alam Perairan (SAP) Selat Alor.
Kapten kapal juga mengaku tidak tahu bahwa titik lokasi kapal karam itu berada di wilayah konservasi.
"Kalau soal kapal karam, kapten kapal mengaku telah melaporkan ke kantor pusat di Singapura, dan kepada pihak berwenang disertai titik koordinat," kata Ganef mengutip keterangan kapten.
Baca juga: Cuaca buruk hambat evakuasi kapal tanker Ocean Princess