Maumere (ANTARA) - Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), Petrus Herlemus menyebut kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah itu selama Januari dan Februari 2023 didominasi oleh anak-anak berusia 5-15 tahun.
"Dari data kami, usia anak-anak itu cukup banyak, di usia 5-15 tahun ada 172 kasus. Dominan pada anak sekolah," kata Petrus di Maumere, Jumat, (3/3/2023).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka per 1 Maret 2023, kasus DBD pada usia 1-4 tahun sebanyak 91 kasus, 5-15 tahun sebanyak 172 kasus, usia di atas 15 tahun sebanyak 43 kasus, dan di bawah satu tahun sebanyak 20 kasus.
Dari grafik yang ada, katanya, lonjakan kasus terjadi di sekolah, sehingga pihaknya telah melakukan penyebarluasan informasi pencegahan dan penanganan DBD yang lebih masif ke sekolah-sekolah.
"Puskesmas saya instruksikan untuk beri edukasi ke sekolah supaya siswa dan guru bisa dipantau, lalu lingkungan sekolah bisa dibersihkan secara berkala," katanya.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sikka telah melakukan koordinasi lintas sektor untuk pemantauan dan pengawasan, khususnya pada beberapa puskesmas dengan angka kasus demam berdarah yang cukup tinggi, seperti Puskesmas Kopeta, Beru, Waigete, Nanga, Nita, dan Watubaing.
Dari data yang ada, kasus DBD pada dua bulan pertama tahun 2023 ini sebanyak 326 kasus, jauh lebih tinggi dari akumulasi kasus tahun 2022 sebanyak 466 kasus.
Petrus menyebut kenaikan kasus itu merupakan salah satu tanda ke arah Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD di Sikka yang perlu diantisipasi dengan melakukan gerak cepat pemberantasan sarang nyamuk dengan dukungan lintas sektor.
Dia pun menginstruksikan semua puskesmas untuk melakukan tata kelola penanganan DBD apabila pasien datang dengan keluhan demam. Para petugas harus melakukan pengawasan dari rumah ke rumah apabila ada anak-anak atau orang dewasa dengan keluhan demam.
"Yang demam harus segera dibawa ke puskesmas, nanti penegakan diagnosa bahwa laboratorium bukan DBD itu soal lain. Tapi keluhan panas demam itu harus dicurigai," ucapnya.
Baca juga: Kemenkes catat 710 kasus dengue mengawali 2023
Baca juga: Dinkes Lembata perkuat PSN cegah penyebaran DBD
"Dari data kami, usia anak-anak itu cukup banyak, di usia 5-15 tahun ada 172 kasus. Dominan pada anak sekolah," kata Petrus di Maumere, Jumat, (3/3/2023).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka per 1 Maret 2023, kasus DBD pada usia 1-4 tahun sebanyak 91 kasus, 5-15 tahun sebanyak 172 kasus, usia di atas 15 tahun sebanyak 43 kasus, dan di bawah satu tahun sebanyak 20 kasus.
Dari grafik yang ada, katanya, lonjakan kasus terjadi di sekolah, sehingga pihaknya telah melakukan penyebarluasan informasi pencegahan dan penanganan DBD yang lebih masif ke sekolah-sekolah.
"Puskesmas saya instruksikan untuk beri edukasi ke sekolah supaya siswa dan guru bisa dipantau, lalu lingkungan sekolah bisa dibersihkan secara berkala," katanya.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sikka telah melakukan koordinasi lintas sektor untuk pemantauan dan pengawasan, khususnya pada beberapa puskesmas dengan angka kasus demam berdarah yang cukup tinggi, seperti Puskesmas Kopeta, Beru, Waigete, Nanga, Nita, dan Watubaing.
Dari data yang ada, kasus DBD pada dua bulan pertama tahun 2023 ini sebanyak 326 kasus, jauh lebih tinggi dari akumulasi kasus tahun 2022 sebanyak 466 kasus.
Petrus menyebut kenaikan kasus itu merupakan salah satu tanda ke arah Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD di Sikka yang perlu diantisipasi dengan melakukan gerak cepat pemberantasan sarang nyamuk dengan dukungan lintas sektor.
Dia pun menginstruksikan semua puskesmas untuk melakukan tata kelola penanganan DBD apabila pasien datang dengan keluhan demam. Para petugas harus melakukan pengawasan dari rumah ke rumah apabila ada anak-anak atau orang dewasa dengan keluhan demam.
"Yang demam harus segera dibawa ke puskesmas, nanti penegakan diagnosa bahwa laboratorium bukan DBD itu soal lain. Tapi keluhan panas demam itu harus dicurigai," ucapnya.
Baca juga: Kemenkes catat 710 kasus dengue mengawali 2023
Baca juga: Dinkes Lembata perkuat PSN cegah penyebaran DBD