Kupang (ANTARA) - Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Bungtilu Laiskodat menyerahkan bantuan total senilai Rp10,1 miliar untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan pada sejumlah sekolah SMA/SMK di Kabupaten Flores Timur.
"Bantuan pendidikan yang bersumber dari DAK dan DAU ini untuk membantu pengadaan peralatan maupun pembangunan fisik sekolah," katanya dalam siaran pers Biro Humas Setda Provinsi NTT yang diterima di Kupang, Sabtu, (29/4/2023).
Bantuan itu diserahkan Gubernur NTT saat menjalani rangkaian kegiatan kunjungan kerja selama beberapa hari di Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Lembata.
Sejumlah sekolah penerima bantuan antara lain SMAN Adonara, SMAN 1 Adonara Barat, SMAN 1 Adonara tengah, SMAN Adonara Timur, SMK Negeri Witihama, SMK Surya Mandala, SMAN Kelubagolit, SMKN Perikanan dan Kelautan Solor Timur, SMA Frateran Podor, SMA Katolik Lamaholot, SMA Seminari San Dominggo, dan SMK Sura Dewa.
Nilai bantuan yang diperoleh masing-masing sekolah bervariasi berkisar Rp134 juta-Rp3,8 miliar.
Dalam kesempatan itu, Laiskodat mengatakan dalam beberapa kunjungan kerja terakhir lebih fokus kepada lembaga-lembaga pendidikan dengan tujuan untuk mulai membenahi kualitas sumber daya manusia di NTT.
“Kita harus terus membenahi sumber daya manusia NTT karena tidak ada pilihan lain bagi NTT untuk menata masa depan selain daripada dunia pendidikan," katanya.
Ia mengatakan, dunia pendidikan harus mampu membawa seseorang untuk menjawab seluruh tantangan perkembangan zaman.
Laiskodat mengatakan, dirinya terus mendorong secara serius lewat Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT untuk bekerja sama dengan seluruh kabupaten/kota dan mulai membenahi pendidikan dimulai level atau tingkat TK, SD, SMP.
"Kalau level ini kuat, karakternya kuat, maka nanti kuliah dimana pun gampang," katanya.
Ia mengatakan terus menggelorakan bekerja secara kolaborasi, khususnya dalam dunia pendidikan dengan potensi lokal atau local resource based yang ada di setiap wilayah.
"Kita punya masalah adalah apa yang diajarkan di sekolah tidak sesuai dengan local resource based. Kita tidak pernah kenal dengan kekayaan yang kita miliki. Ini masalah terbesar kita dan untuk mengubah ini tidak mudah, tetapi harus kita mulai," katanya.
Baca juga: Ombudsman NTT ingatkan sekolah jangan melarang siswa ikut ujian
Baca juga: Sekolah jam 5.30 rawan memicu kekerasan seksual pada anak
"Bantuan pendidikan yang bersumber dari DAK dan DAU ini untuk membantu pengadaan peralatan maupun pembangunan fisik sekolah," katanya dalam siaran pers Biro Humas Setda Provinsi NTT yang diterima di Kupang, Sabtu, (29/4/2023).
Bantuan itu diserahkan Gubernur NTT saat menjalani rangkaian kegiatan kunjungan kerja selama beberapa hari di Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Lembata.
Sejumlah sekolah penerima bantuan antara lain SMAN Adonara, SMAN 1 Adonara Barat, SMAN 1 Adonara tengah, SMAN Adonara Timur, SMK Negeri Witihama, SMK Surya Mandala, SMAN Kelubagolit, SMKN Perikanan dan Kelautan Solor Timur, SMA Frateran Podor, SMA Katolik Lamaholot, SMA Seminari San Dominggo, dan SMK Sura Dewa.
Nilai bantuan yang diperoleh masing-masing sekolah bervariasi berkisar Rp134 juta-Rp3,8 miliar.
Dalam kesempatan itu, Laiskodat mengatakan dalam beberapa kunjungan kerja terakhir lebih fokus kepada lembaga-lembaga pendidikan dengan tujuan untuk mulai membenahi kualitas sumber daya manusia di NTT.
“Kita harus terus membenahi sumber daya manusia NTT karena tidak ada pilihan lain bagi NTT untuk menata masa depan selain daripada dunia pendidikan," katanya.
Ia mengatakan, dunia pendidikan harus mampu membawa seseorang untuk menjawab seluruh tantangan perkembangan zaman.
Laiskodat mengatakan, dirinya terus mendorong secara serius lewat Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT untuk bekerja sama dengan seluruh kabupaten/kota dan mulai membenahi pendidikan dimulai level atau tingkat TK, SD, SMP.
"Kalau level ini kuat, karakternya kuat, maka nanti kuliah dimana pun gampang," katanya.
Ia mengatakan terus menggelorakan bekerja secara kolaborasi, khususnya dalam dunia pendidikan dengan potensi lokal atau local resource based yang ada di setiap wilayah.
"Kita punya masalah adalah apa yang diajarkan di sekolah tidak sesuai dengan local resource based. Kita tidak pernah kenal dengan kekayaan yang kita miliki. Ini masalah terbesar kita dan untuk mengubah ini tidak mudah, tetapi harus kita mulai," katanya.
Baca juga: Ombudsman NTT ingatkan sekolah jangan melarang siswa ikut ujian
Baca juga: Sekolah jam 5.30 rawan memicu kekerasan seksual pada anak