Kupang (ANTARA) - Pengamat politik Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang Mikhael Raja Muda Bataona mengatakan, penggunaan diksi atau frasa 'Kakak - Adik' yang diungkapkan Puan Maharani dalam pertemuan dengan AHY di Istora Senayan adalah bagian dari politik wacana dan politik semantik.
"Saya justru membaca bahwa penggunaan diksi atau frasa "Kakak - Adik" yang diungkapkan Puan Maharani adalah bagian dari politik wacana dan politik semantik dalam rangka menghegemoni dan menyeragamkan atau menertibkan persepsi publik yang selama ini melihat hubungan PDIP dan Demokrat dalam formasi antagonis, rivalitas, permusuhan dan anti tesis," kata Mikhael Raja Muda Bataona di Kupang, Selasa.
Pengajar Ilmu Komunikasi Politik dan Teori Kritis pada Fakultas Ilmu Sosial Politik Unwira Kupang mengemukakan pandangan itu berkaitan dengan makna penggunaan diksi atau frasa "Kakak - Adik" dalam pertemuan Puan dan AHY.
Artinya, frasa Kakak-Adik itu memang sengaja dilemparkan Puan Maharani karena sebagai politisi yangg kenyang jam terbang, Puan paham bahwa publik itu haus akan kode-kode dan simbolisme-simbolisme politik dari para elitnya untuk diviralkan dan didiskursuskan.
Karena itu, ketika diksi Kakak-Adik ini diviralkan dan sukses menghegemoni persepsi pemilih, maka PDIP akan mendapat keuntungan.
Keuntungan pertama adalah pelebaran ceruk elektoral untuk Ganjar Pranowo dan kedua, membebaskan Ganjar dan PDIP dari serangan-serangan frontal kader-kader Demokrat yang selama ini kritis dengan PDIP, Ganjar dan juga kepemimpinan Jokowi.
"Sehingga, politik semantik atau politik pemaknaan yang coba dimainkan Puan Maharani ini bisa dikatakan brilian, sebab, sebagai perempuan yang punya ketajaman intuisi politik, Puan tahu bahwa istilah Kakak dan Adik adalah istilah antropologis sekaligus sosiologis yang punya power atau daya rekat secara politis.
Dengan istilah itu, Puan sengaja membranding hubungan baru PDIP dan Demokrat, juga hubungannya dengan AHY.
"Jadi, menurut saya, ini murni politik wacana atau lebih tepatnya politik semantik atau politik makna dalam rangka framing psikologis bagi persepsi publik," kata Mikhael Bataona menjelaskan.
Dengan kalimat Kakak adik ini, Puan mau memframing secara psikologis persepsi publik bahwa Demokrat dan PDIP saat ini bersahabat dan bahkan sangat akrab seperti Kakak dan Adik.
Sehingga makna baru hubungan politik ini oleh Puan, diharapkan akan membersihkan perspesi publik tentang hubungan PDIP dan Demorkat yang selama ini diposisikan dalam formasi bermusuhan, antagonis, dan saling bertarung.
Jika keadaan itu menjadi normal dan hubungan baik itu terwujud maka ke depan, bisa saja akan ada kerjasama antara PDIP dan Demokrat.
Apalagi sebagai orang Indonesia, Puan tahu dengan baik bahwa, tidak ada kalimat yang paling pas untuk menghilangkan stigma permusuhan selama ini daripada kata-kata atau frasa Kakak dan Adik.
"Jadi ini murni politik wacana dan framing psikologis untuk mengkonstruksi makna dan kesan baru bagi hubungan PDIP dn Demokrat yang hampir 20 tahun bermusuhan, kata Bataona menambahkan.
"Saya justru membaca bahwa penggunaan diksi atau frasa "Kakak - Adik" yang diungkapkan Puan Maharani adalah bagian dari politik wacana dan politik semantik dalam rangka menghegemoni dan menyeragamkan atau menertibkan persepsi publik yang selama ini melihat hubungan PDIP dan Demokrat dalam formasi antagonis, rivalitas, permusuhan dan anti tesis," kata Mikhael Raja Muda Bataona di Kupang, Selasa.
Pengajar Ilmu Komunikasi Politik dan Teori Kritis pada Fakultas Ilmu Sosial Politik Unwira Kupang mengemukakan pandangan itu berkaitan dengan makna penggunaan diksi atau frasa "Kakak - Adik" dalam pertemuan Puan dan AHY.
Artinya, frasa Kakak-Adik itu memang sengaja dilemparkan Puan Maharani karena sebagai politisi yangg kenyang jam terbang, Puan paham bahwa publik itu haus akan kode-kode dan simbolisme-simbolisme politik dari para elitnya untuk diviralkan dan didiskursuskan.
Karena itu, ketika diksi Kakak-Adik ini diviralkan dan sukses menghegemoni persepsi pemilih, maka PDIP akan mendapat keuntungan.
Keuntungan pertama adalah pelebaran ceruk elektoral untuk Ganjar Pranowo dan kedua, membebaskan Ganjar dan PDIP dari serangan-serangan frontal kader-kader Demokrat yang selama ini kritis dengan PDIP, Ganjar dan juga kepemimpinan Jokowi.
"Sehingga, politik semantik atau politik pemaknaan yang coba dimainkan Puan Maharani ini bisa dikatakan brilian, sebab, sebagai perempuan yang punya ketajaman intuisi politik, Puan tahu bahwa istilah Kakak dan Adik adalah istilah antropologis sekaligus sosiologis yang punya power atau daya rekat secara politis.
Dengan istilah itu, Puan sengaja membranding hubungan baru PDIP dan Demokrat, juga hubungannya dengan AHY.
"Jadi, menurut saya, ini murni politik wacana atau lebih tepatnya politik semantik atau politik makna dalam rangka framing psikologis bagi persepsi publik," kata Mikhael Bataona menjelaskan.
Dengan kalimat Kakak adik ini, Puan mau memframing secara psikologis persepsi publik bahwa Demokrat dan PDIP saat ini bersahabat dan bahkan sangat akrab seperti Kakak dan Adik.
Sehingga makna baru hubungan politik ini oleh Puan, diharapkan akan membersihkan perspesi publik tentang hubungan PDIP dan Demorkat yang selama ini diposisikan dalam formasi bermusuhan, antagonis, dan saling bertarung.
Jika keadaan itu menjadi normal dan hubungan baik itu terwujud maka ke depan, bisa saja akan ada kerjasama antara PDIP dan Demokrat.
Apalagi sebagai orang Indonesia, Puan tahu dengan baik bahwa, tidak ada kalimat yang paling pas untuk menghilangkan stigma permusuhan selama ini daripada kata-kata atau frasa Kakak dan Adik.
"Jadi ini murni politik wacana dan framing psikologis untuk mengkonstruksi makna dan kesan baru bagi hubungan PDIP dn Demokrat yang hampir 20 tahun bermusuhan, kata Bataona menambahkan.