Jakarta (ANTARA) - Pariwisata sudah menjadi salah satu sektor yang mampu menopang aktivitas global karena dapat memberi efek berantai (multiplier effect) bagi masyarakat, mulai dari sisi sosial, budaya, termasuk diversifikasi ekonomi.
Pengembangan sektor tersebut pada akhirnya dipandang sebagai strategi untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan sehingga banyak negara berlomba memasukkan beragam aspek yang mampu semakin mendongkrak daya tarik pariwisata.
Salah satu aspek yang kini sedang gencar diterapkan oleh negara-negara di dunia adalah terkait green tourism, yaitu praktik pariwisata dengan mengutamakan keberlanjutan.
Pariwisata berkelanjutan dinilai penting seiring dengan dunia yang sekarang sedang sangat berupaya mewujudkan target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) 2030.
Pariwisata berkelanjutan dalam pelaksanaannya tidak hanya mementingkan keuntungan pada masa kini, namun mampu menjamin kebutuhan masa depan, baik terkait sumber daya lingkungan, ekonomi, sosial, dan budaya yang tetap memadai bagi masyarakat.
Keberlanjutan dilihat sebagai persyaratan fundamental bagi negara-negara yang berusaha mengembangkan industri pariwisata mereka karena jika perkembangan ini tidak diikuti maka berpotensi para wisatawan bermigrasi ke negara lain.
Sementara itu, mengembangkan pariwisata berkelanjutan tidak semudah menggabungkan aspek sosial dan budaya yang ada dalam masyarakat seperti ketika membangun pariwisata non-berkelanjutan.
Dalam proses pengembangan produk pariwisata berkelanjutan dibutuhkan perencanaan yang selaras dengan lingkungan setempat di masa depan, baik dari sisi masyarakat, sosial, budaya, serta ekonomi.
Sasaran tersebut dapat dicapai dengan satu langkah yang terlihat sepele, namun ternyata merupakan lompatan besar untuk mulai membangun pariwisata berkelanjutan yaitu melalui pendidikan dan pelatihan.
Mendidik dan melatih orang-orang yang terlibat dengan pariwisata adalah langkah strategis pertama yang harus dilakukan apabila sebuah negara ingin memajukan pariwisata berkelanjutan.
Membentuk SDM sadar green tourism
Pariwisata berkelanjutan memiliki konsep terpadu terhadap pembangunan yang melibatkan tiga dimensi yaitu pertumbuhan ekonomi, keadilan sosial, dan perlindungan lingkungan.
Di Indonesia sendiri sudah banyak destinasi wisata yang mengusung green wisata ini termasuk di Bali, mulai dari konservasi berbagai keanekaragaman hayati, kesenian dan kebudayaan lokal di desa-desa, hingga kuliner asli daerah setempat.
Pariwisata berkelanjutan yang sudah dikembangkan Bali adalah pariwisata yang menyatu dengan alam dan ramah lingkungan termasuk dalam hal kebersihan lingkungannya.
Upaya Bali membangun desa wisata yang ramah lingkungan dalam mewujudkan pariwisata hijau sudah diterapkan melalui berbagai aturan seperti Peraturan Gubernur Bali Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbunan Sampah Plastik Sekali Pakai.
Aturan tersebut berhasil menekan ketergantungan plastik baik di hotel-hotel bintang lima, restoran-restoran, maupun pusat perbelanjaan ritel hingga lebih dari 80 persen meski belum terimplementasi sepenuhnya di pasar tradisional.
Selain itu, Pulau Dewata ini juga masif dalam menggunakan sumber energi baru terbarukan (EBT) dalam kegiatan pariwisata mengingat sudah diatur melalui Peraturan Gubernur Bali Nomor 48 tahun 2019 tentang Penggunaan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai.
Upaya Bali untuk membangun sebuah ekosistem pariwisata berkelanjutan tidak serta merta berjalan secara langsung pada implementasinya, tapi juga dibutuhkan persiapan matang, yang dimulai dari akar.
Dalam hal ini, peran sumber daya manusia (SDM) yang terlibat pada pariwisata berkelanjutan merupakan faktor terpenting untuk mewujudkan wajah Bali yang ramah lingkungan di mata wisatawan.
Diperlukan pendidikan mendasar yang mampu membentuk kesadaran terkait pentingnya green tourism agar para SDM mengerti upaya-upaya yang bisa mereka bentuk untuk menyukseskan pariwisata berkelanjutan.
Hal tersebut yang melatarbelakangi Politeknik Negeri Bali (PNB) mengusung green tourism sebagai inti dari kurikulum pendidikan yang diberikan kepada para mahasiswa di seluruh jurusan.
Kelihaian PNB dalam memasukkan aspek-aspek berkelanjutan dalam setiap pembelajaran berawal dari ketika kampus ini meraih hibah Polytechnic Education Development Project (PEDP) dari Asian Development Bank (ADB).
Hibah PEDP tersebut mendorong PNB untuk memiliki keunggulan yang berbeda dari politeknik lain di Indonesia seperti Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) dengan elektronika dan Politeknik Negeri Bandung dengan konstruksi.
Berangkat dari lingkungan di Bali yang sudah mulai sadar dan gencar dengan pariwisata berkelanjutan, maka PNB memilih green tourism sebagai keunggulannya.
Bahkan, kurikulum green tourism ini berhasil membawa PNB meraih dana hibah dari berbagai negara yang mendukung aspek berkelanjutan seperti dari Pemerintah Swiss untuk bidang Renewable Energy Skill Development serta Pemerintah Belanda untuk penguatan Renewable Energy Training Center.
Tak hanya itu, green tourism yang gencar diimplementasikan PNB turut membawa perguruan tinggi vokasi (PTV) tersebut mendapat hibah pendanaan melalui matching fund dan competitive fund dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Sebanyak 12 dosen dari seluruh jurusan di PNB dengan masing-masing proposal proyek berkonsep berkelanjutan dan mitra berhasil mendapat dana hibah dari Kemendikbudristek sebesar Rp2,78 miliar.
Proposal tersebut di antaranya mengenai pengembangan mesin es balok kristal dengan teknologi berkelanjutan, pengembangan wisata konservasi kawasan Desa Munduk melalui pendekatan ergonomi, serta pengembangan infrastruktur hijau pendukung ekowisata desa di Bali.
Proposal itu juga mengenai inovasi mesin sortasi green bean, pengembangan kontainer truk refrigerasi tenaga surya dengan teknologi listrik serta rekacipta sinergi seni pertunjukan dengan desain promosi berbasis digital metaverse.
Akselerasi green tourism di PNB
Politeknik Negeri Bali (PNB) tidak hanya menerapkan aspek berkelanjutan pada jurusan pariwisata saja melainkan juga jurusan lain mulai dari teknik sipil, teknik mesin, akuntansi, teknik elektro, dan administrasi niaga.
Dari bidang teknologi, PNB memiliki tiga jurusan yaitu Teknik Elektro, Teknik Mesin, dan Teknik Sipil yang saling bersinergi untuk mengembangkan utilitas perhotelan yang hemat energi dengan menggunakan energi terbarukan atau energi bersih.
Sebagai contoh, Jurusan Teknik Elektro dan Teknik Mesin di PNB kini sedang mengembangkan teknik otomasi untuk operasional dari energi terbarukan yaitu energi surya dan energi hidro.
Untuk teknik sipil saat ini sedang mengembangkan green building termasuk membuat green material yaitu dengan memanfaatkan bahan-bahan daur ulang sehingga ramah lingkungan.
Untuk mahasiswa Jurusan Administrasi Niaga dan Akuntansi diajarkan untuk memanfaatkan digitalisasi terhadap penguatan lembaga perkreditan desa (LPD) mengingat di Bali terdapat lebih dari 1.400 LPD yang masih kurang sentuhan teknologi.
Dalam hal ini, mahasiswa Administrasi Niaga dan Akuntansi memiliki mandat untuk mendigitalisasi LPD tersebut melalui sebuah inovasi sistem dengan salah satu hasil yang diharapkan adalah adanya paperless transaction.
Jurusan-jurusan tersebut berupaya membangun sebuah ekosistem pariwisata yang ramah lingkungan seiring dengan peta jalan Pemerintah Provinsi Bali yaitu peta energi bersih dan pengurangan penggunaan sampah yang tidak bisa didaur ulang.
Tak hanya mengembangkan potensi green tourism di lingkungan kampus, para dosen dan mahasiswa PNB turut mengimplementasikan ilmu dan pengetahuannya kepada masyarakat sehingga pariwisata berkelanjutan bisa terimplementasi penuh di Bali.
Sementara itu, penerapan kurikulum green tourism di PNB ini tidak terlepas dari adanya dukungan para mitra industri seperti berbagai hotel ternama hingga masyarakat pedesaan di Bali.
Beberapa mitra PNB tersebut di antaranya hotel The Apurva Kempinski dan The Saint Regis Bali yang diharapkan dapat menjadi lingkungan nyata bagi mahasiswa untuk belajar dan mempraktikkan ilmu serta pengetahuannya.
PNB tidak ingin menutup diri melainkan justru senantiasa menerima masukan serta menyesuaikan dengan kebutuhan dari para mitra industri sehingga mahasiswa juga bisa beradaptasi sesuai kondisi di lapangan yang sebenarnya.
PNB pun membuat pola kemitraan yang didasarkan pada potensi masing-masing mitra karena setiap masing-masing wilayah mitra memiliki potensi yang berbeda.
Seperti di Karangasem, Bali yang memiliki potensi perkebunan kapas sehingga mahasiswa dan dosen PNB bersinergi memberi solusi terhadap pemintalan dari ribuan hektar tanaman kapas di daerah tersebut yaitu melalui teknologi pemisah biji dengan kapas.
Hal itu penting dalam membentuk SDM yang berkualitas terutama dalam mengimplementasikan green tourism karena mitra-mitra memiliki potensi tersendiri yang sesuai dengan wilayahnya.
Langkah PNB tersebut juga dinilai bagus karena akan memperkuat potensi desa sekaligus mendorong program penguatan desa mandiri sehingga nantinya akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat.
Inovasi lain yang terlahir karena adanya kurikulum green tourism ini juga muncul dari bidang FnB yaitu seorang mahasiswa Jurusan Pariwisata Program Studi Manajemen Bisnis Pariwisata PNB bernama I Made Alan.
Baca juga: Artikel - Meramu budaya dari Kampung Tradisional Bena
Alan yang kini sudah menginjak semester lima tersebut sangat berkompeten di bidang bartender dengan mengedepankan aspek green tourism yaitu mengombinasikan minuman berbahan alami dengan alkohol.
Alan memanfaatkan kecombrang, salak, jus jahe, sirup jahe, lemon jus, dan arak jahe menjadi beragam minuman yang unik dan menarik serta disajikan dengan gelas berbahan kayu.
Baca juga: Artikel - Menuai sukses berkat jejaring kuat
Penemuan Alan tersebut mampu mengantarkannya menjadi juara misologi dalam berbagai perlombaan sejak 2021 hingga meraih 10 medali.
Terlebih, ilmu green tourism yang dikuasai Alan sebagai hasil dari ia belajar di PNB juga memberinya kesempatan untuk menjadi seorang pengajar di sebuah kampus di Mediterania.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Membentuk SDM berkecakapan khusus sambut pariwisata berkelanjutan
Pengembangan sektor tersebut pada akhirnya dipandang sebagai strategi untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan sehingga banyak negara berlomba memasukkan beragam aspek yang mampu semakin mendongkrak daya tarik pariwisata.
Salah satu aspek yang kini sedang gencar diterapkan oleh negara-negara di dunia adalah terkait green tourism, yaitu praktik pariwisata dengan mengutamakan keberlanjutan.
Pariwisata berkelanjutan dinilai penting seiring dengan dunia yang sekarang sedang sangat berupaya mewujudkan target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) 2030.
Pariwisata berkelanjutan dalam pelaksanaannya tidak hanya mementingkan keuntungan pada masa kini, namun mampu menjamin kebutuhan masa depan, baik terkait sumber daya lingkungan, ekonomi, sosial, dan budaya yang tetap memadai bagi masyarakat.
Keberlanjutan dilihat sebagai persyaratan fundamental bagi negara-negara yang berusaha mengembangkan industri pariwisata mereka karena jika perkembangan ini tidak diikuti maka berpotensi para wisatawan bermigrasi ke negara lain.
Sementara itu, mengembangkan pariwisata berkelanjutan tidak semudah menggabungkan aspek sosial dan budaya yang ada dalam masyarakat seperti ketika membangun pariwisata non-berkelanjutan.
Dalam proses pengembangan produk pariwisata berkelanjutan dibutuhkan perencanaan yang selaras dengan lingkungan setempat di masa depan, baik dari sisi masyarakat, sosial, budaya, serta ekonomi.
Sasaran tersebut dapat dicapai dengan satu langkah yang terlihat sepele, namun ternyata merupakan lompatan besar untuk mulai membangun pariwisata berkelanjutan yaitu melalui pendidikan dan pelatihan.
Mendidik dan melatih orang-orang yang terlibat dengan pariwisata adalah langkah strategis pertama yang harus dilakukan apabila sebuah negara ingin memajukan pariwisata berkelanjutan.
Membentuk SDM sadar green tourism
Pariwisata berkelanjutan memiliki konsep terpadu terhadap pembangunan yang melibatkan tiga dimensi yaitu pertumbuhan ekonomi, keadilan sosial, dan perlindungan lingkungan.
Di Indonesia sendiri sudah banyak destinasi wisata yang mengusung green wisata ini termasuk di Bali, mulai dari konservasi berbagai keanekaragaman hayati, kesenian dan kebudayaan lokal di desa-desa, hingga kuliner asli daerah setempat.
Pariwisata berkelanjutan yang sudah dikembangkan Bali adalah pariwisata yang menyatu dengan alam dan ramah lingkungan termasuk dalam hal kebersihan lingkungannya.
Upaya Bali membangun desa wisata yang ramah lingkungan dalam mewujudkan pariwisata hijau sudah diterapkan melalui berbagai aturan seperti Peraturan Gubernur Bali Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbunan Sampah Plastik Sekali Pakai.
Aturan tersebut berhasil menekan ketergantungan plastik baik di hotel-hotel bintang lima, restoran-restoran, maupun pusat perbelanjaan ritel hingga lebih dari 80 persen meski belum terimplementasi sepenuhnya di pasar tradisional.
Selain itu, Pulau Dewata ini juga masif dalam menggunakan sumber energi baru terbarukan (EBT) dalam kegiatan pariwisata mengingat sudah diatur melalui Peraturan Gubernur Bali Nomor 48 tahun 2019 tentang Penggunaan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai.
Upaya Bali untuk membangun sebuah ekosistem pariwisata berkelanjutan tidak serta merta berjalan secara langsung pada implementasinya, tapi juga dibutuhkan persiapan matang, yang dimulai dari akar.
Dalam hal ini, peran sumber daya manusia (SDM) yang terlibat pada pariwisata berkelanjutan merupakan faktor terpenting untuk mewujudkan wajah Bali yang ramah lingkungan di mata wisatawan.
Diperlukan pendidikan mendasar yang mampu membentuk kesadaran terkait pentingnya green tourism agar para SDM mengerti upaya-upaya yang bisa mereka bentuk untuk menyukseskan pariwisata berkelanjutan.
Hal tersebut yang melatarbelakangi Politeknik Negeri Bali (PNB) mengusung green tourism sebagai inti dari kurikulum pendidikan yang diberikan kepada para mahasiswa di seluruh jurusan.
Kelihaian PNB dalam memasukkan aspek-aspek berkelanjutan dalam setiap pembelajaran berawal dari ketika kampus ini meraih hibah Polytechnic Education Development Project (PEDP) dari Asian Development Bank (ADB).
Hibah PEDP tersebut mendorong PNB untuk memiliki keunggulan yang berbeda dari politeknik lain di Indonesia seperti Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) dengan elektronika dan Politeknik Negeri Bandung dengan konstruksi.
Berangkat dari lingkungan di Bali yang sudah mulai sadar dan gencar dengan pariwisata berkelanjutan, maka PNB memilih green tourism sebagai keunggulannya.
Bahkan, kurikulum green tourism ini berhasil membawa PNB meraih dana hibah dari berbagai negara yang mendukung aspek berkelanjutan seperti dari Pemerintah Swiss untuk bidang Renewable Energy Skill Development serta Pemerintah Belanda untuk penguatan Renewable Energy Training Center.
Tak hanya itu, green tourism yang gencar diimplementasikan PNB turut membawa perguruan tinggi vokasi (PTV) tersebut mendapat hibah pendanaan melalui matching fund dan competitive fund dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Sebanyak 12 dosen dari seluruh jurusan di PNB dengan masing-masing proposal proyek berkonsep berkelanjutan dan mitra berhasil mendapat dana hibah dari Kemendikbudristek sebesar Rp2,78 miliar.
Proposal tersebut di antaranya mengenai pengembangan mesin es balok kristal dengan teknologi berkelanjutan, pengembangan wisata konservasi kawasan Desa Munduk melalui pendekatan ergonomi, serta pengembangan infrastruktur hijau pendukung ekowisata desa di Bali.
Proposal itu juga mengenai inovasi mesin sortasi green bean, pengembangan kontainer truk refrigerasi tenaga surya dengan teknologi listrik serta rekacipta sinergi seni pertunjukan dengan desain promosi berbasis digital metaverse.
Akselerasi green tourism di PNB
Politeknik Negeri Bali (PNB) tidak hanya menerapkan aspek berkelanjutan pada jurusan pariwisata saja melainkan juga jurusan lain mulai dari teknik sipil, teknik mesin, akuntansi, teknik elektro, dan administrasi niaga.
Dari bidang teknologi, PNB memiliki tiga jurusan yaitu Teknik Elektro, Teknik Mesin, dan Teknik Sipil yang saling bersinergi untuk mengembangkan utilitas perhotelan yang hemat energi dengan menggunakan energi terbarukan atau energi bersih.
Sebagai contoh, Jurusan Teknik Elektro dan Teknik Mesin di PNB kini sedang mengembangkan teknik otomasi untuk operasional dari energi terbarukan yaitu energi surya dan energi hidro.
Untuk teknik sipil saat ini sedang mengembangkan green building termasuk membuat green material yaitu dengan memanfaatkan bahan-bahan daur ulang sehingga ramah lingkungan.
Untuk mahasiswa Jurusan Administrasi Niaga dan Akuntansi diajarkan untuk memanfaatkan digitalisasi terhadap penguatan lembaga perkreditan desa (LPD) mengingat di Bali terdapat lebih dari 1.400 LPD yang masih kurang sentuhan teknologi.
Dalam hal ini, mahasiswa Administrasi Niaga dan Akuntansi memiliki mandat untuk mendigitalisasi LPD tersebut melalui sebuah inovasi sistem dengan salah satu hasil yang diharapkan adalah adanya paperless transaction.
Jurusan-jurusan tersebut berupaya membangun sebuah ekosistem pariwisata yang ramah lingkungan seiring dengan peta jalan Pemerintah Provinsi Bali yaitu peta energi bersih dan pengurangan penggunaan sampah yang tidak bisa didaur ulang.
Tak hanya mengembangkan potensi green tourism di lingkungan kampus, para dosen dan mahasiswa PNB turut mengimplementasikan ilmu dan pengetahuannya kepada masyarakat sehingga pariwisata berkelanjutan bisa terimplementasi penuh di Bali.
Sementara itu, penerapan kurikulum green tourism di PNB ini tidak terlepas dari adanya dukungan para mitra industri seperti berbagai hotel ternama hingga masyarakat pedesaan di Bali.
Beberapa mitra PNB tersebut di antaranya hotel The Apurva Kempinski dan The Saint Regis Bali yang diharapkan dapat menjadi lingkungan nyata bagi mahasiswa untuk belajar dan mempraktikkan ilmu serta pengetahuannya.
PNB tidak ingin menutup diri melainkan justru senantiasa menerima masukan serta menyesuaikan dengan kebutuhan dari para mitra industri sehingga mahasiswa juga bisa beradaptasi sesuai kondisi di lapangan yang sebenarnya.
PNB pun membuat pola kemitraan yang didasarkan pada potensi masing-masing mitra karena setiap masing-masing wilayah mitra memiliki potensi yang berbeda.
Seperti di Karangasem, Bali yang memiliki potensi perkebunan kapas sehingga mahasiswa dan dosen PNB bersinergi memberi solusi terhadap pemintalan dari ribuan hektar tanaman kapas di daerah tersebut yaitu melalui teknologi pemisah biji dengan kapas.
Hal itu penting dalam membentuk SDM yang berkualitas terutama dalam mengimplementasikan green tourism karena mitra-mitra memiliki potensi tersendiri yang sesuai dengan wilayahnya.
Langkah PNB tersebut juga dinilai bagus karena akan memperkuat potensi desa sekaligus mendorong program penguatan desa mandiri sehingga nantinya akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat.
Inovasi lain yang terlahir karena adanya kurikulum green tourism ini juga muncul dari bidang FnB yaitu seorang mahasiswa Jurusan Pariwisata Program Studi Manajemen Bisnis Pariwisata PNB bernama I Made Alan.
Baca juga: Artikel - Meramu budaya dari Kampung Tradisional Bena
Alan yang kini sudah menginjak semester lima tersebut sangat berkompeten di bidang bartender dengan mengedepankan aspek green tourism yaitu mengombinasikan minuman berbahan alami dengan alkohol.
Alan memanfaatkan kecombrang, salak, jus jahe, sirup jahe, lemon jus, dan arak jahe menjadi beragam minuman yang unik dan menarik serta disajikan dengan gelas berbahan kayu.
Baca juga: Artikel - Menuai sukses berkat jejaring kuat
Penemuan Alan tersebut mampu mengantarkannya menjadi juara misologi dalam berbagai perlombaan sejak 2021 hingga meraih 10 medali.
Terlebih, ilmu green tourism yang dikuasai Alan sebagai hasil dari ia belajar di PNB juga memberinya kesempatan untuk menjadi seorang pengajar di sebuah kampus di Mediterania.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Membentuk SDM berkecakapan khusus sambut pariwisata berkelanjutan