Labuan Bajo (ANTARA) - Kepolisian Resor (Polres) Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengimbau warga agar mewaspadai sembilan potensi bencana alam di kabupaten tersebut.
Sembilan potensi bencana alam itu berdasarkan kajian risiko bencana tahun 2019-2023 dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Manggarai Barat, yakni banjir, banjir bandang, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, gelombang ekstrem dan abrasi, cuaca ekstrim, kekeringan, serta kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
"Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa Kabupaten Manggarai Barat termasuk wilayah yang rawan bencana, baik itu banjir, tanah longsor, angin kencang, maupun kebakaran. Hampir tiap tahun bencana ini melanda wilayah ini," kata Kapolres Manggarai Barat AKBP Ari Satmoko dalam keterangan yang diterima di Kupang, Jumat, (5/1/2024) saat arahan pada gelar pasukan dalam rangka siaga bencana di Labuan Bajo.
Dia mengisahkan terdapat beberapa bencana alam yang menimbulkan kerugian materil ataupun korban jiwa, seperti pada November 2018 di Kampung Terang, Desa Golo Sepang, Kecamatan Boleng.
"Pada tahun 2018 bencana angin puting beliung melanda Kampung Terang yang mengakibatkan 115 rumah tertimpa musibah, diantaranya 47 unit rumah warga mengalami rusak berat (rata dengan tanah), 68 unit rusak ringan, termasuk satu asrama Polisi, satu pos Babinsa dan dua penggilingan padi milik warga," ungkapnya.
Tak hanya itu, lanjut dia, pada Maret 2019 bencana kembali melanda Kabupaten Manggarai Barat yakni tanah longsor di Desa Tondong Belang, Kecamatan Mbeliling.
"Kejadian tanah longsor tersebut telah merenggut nyawa delapan orang dan tiga orang terluka serta tiga rumah rusak berat," jelasnya.
Selain bencana angin puting beliung dan tanah longsor, bencana banjir juga pernah melanda sebagian wilayah Kabupaten Manggarai Barat karena meluapnya Sungai Wae Mese akibat intensitas hujan yang tinggi di wilayah tersebut.
"Bencana banjir besar terjadi pada tahun 2019 yang merendam rumah warga yaitu di Kampung Marombok, Kampung Gorontalo, Kampung Nanganae, dan masih banyak bencana-bencana yang lainnya yang harus kita antisipasi bersama," ujarnya.
Baca juga: BNPB sebut pelayanan kesehatan korban erupsi dengan baik
Baca juga: Korem 161/Wirasakti kirim tim kesehatan bantu korban erupsi gunung api
Ari mengingatkan pentingnya koordinasi dan kolaborasi dalam upaya penanggulangan bencana. Tugas penanganan bencana merupakan tugas mulia yang tidak hanya melekat pada TNI-Polri, namun juga instansi terkait lain.
Baca juga: PVMBG sebut Nagekeo terdampak erupsi Lewotobi Laki-laki
Baca juga: Flores Timur siaga darurat bencana erupsi Lewotobi
"Perlunya sinergitas dan soliditas dengan Instansi terkait lain untuk mencapai tugas bersama dalam penanganan bencana alam," katanya.
Sembilan potensi bencana alam itu berdasarkan kajian risiko bencana tahun 2019-2023 dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Manggarai Barat, yakni banjir, banjir bandang, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, gelombang ekstrem dan abrasi, cuaca ekstrim, kekeringan, serta kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
"Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa Kabupaten Manggarai Barat termasuk wilayah yang rawan bencana, baik itu banjir, tanah longsor, angin kencang, maupun kebakaran. Hampir tiap tahun bencana ini melanda wilayah ini," kata Kapolres Manggarai Barat AKBP Ari Satmoko dalam keterangan yang diterima di Kupang, Jumat, (5/1/2024) saat arahan pada gelar pasukan dalam rangka siaga bencana di Labuan Bajo.
Dia mengisahkan terdapat beberapa bencana alam yang menimbulkan kerugian materil ataupun korban jiwa, seperti pada November 2018 di Kampung Terang, Desa Golo Sepang, Kecamatan Boleng.
"Pada tahun 2018 bencana angin puting beliung melanda Kampung Terang yang mengakibatkan 115 rumah tertimpa musibah, diantaranya 47 unit rumah warga mengalami rusak berat (rata dengan tanah), 68 unit rusak ringan, termasuk satu asrama Polisi, satu pos Babinsa dan dua penggilingan padi milik warga," ungkapnya.
Tak hanya itu, lanjut dia, pada Maret 2019 bencana kembali melanda Kabupaten Manggarai Barat yakni tanah longsor di Desa Tondong Belang, Kecamatan Mbeliling.
"Kejadian tanah longsor tersebut telah merenggut nyawa delapan orang dan tiga orang terluka serta tiga rumah rusak berat," jelasnya.
Selain bencana angin puting beliung dan tanah longsor, bencana banjir juga pernah melanda sebagian wilayah Kabupaten Manggarai Barat karena meluapnya Sungai Wae Mese akibat intensitas hujan yang tinggi di wilayah tersebut.
"Bencana banjir besar terjadi pada tahun 2019 yang merendam rumah warga yaitu di Kampung Marombok, Kampung Gorontalo, Kampung Nanganae, dan masih banyak bencana-bencana yang lainnya yang harus kita antisipasi bersama," ujarnya.
Baca juga: BNPB sebut pelayanan kesehatan korban erupsi dengan baik
Baca juga: Korem 161/Wirasakti kirim tim kesehatan bantu korban erupsi gunung api
Ari mengingatkan pentingnya koordinasi dan kolaborasi dalam upaya penanggulangan bencana. Tugas penanganan bencana merupakan tugas mulia yang tidak hanya melekat pada TNI-Polri, namun juga instansi terkait lain.
Baca juga: PVMBG sebut Nagekeo terdampak erupsi Lewotobi Laki-laki
Baca juga: Flores Timur siaga darurat bencana erupsi Lewotobi
"Perlunya sinergitas dan soliditas dengan Instansi terkait lain untuk mencapai tugas bersama dalam penanganan bencana alam," katanya.