Lewoleba (ANTARA) - PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) mengoptimalisasi pembangkit skala besar dan energi bersih di Kota Waingapu dengan menutup operasi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Kamanggih di Kecamatan Kahaungu Eti, Kabupaten Sumba Timur.
"Penutupan PLTD Kamanggih adalah satu target kami dalam program transformasi PLN yaitu Lean dan Green," kata General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTT I Gede Agung Sindu Putra dalam keterangan resmi yang diterima di Lewoleba, Ibu Kota Kabupaten Lembata, Selasa.
Lean merupakan program transformasi untuk menyediakan tenaga listrik yang gesit, berbiaya rendah, namun tetap menjaga keandalan dalam penyaluran energi listrik ke masyarakat.
Energi Green, kata Sindu dapat dihasilkan karena mengurangi operasi PLTD dan meningkatkan pemakaian energi baru terbarukan (EBT) karena saat ini sistem kelistrikan Waingapu juga terinterkoneksi dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) IPP Hambapraing.
Langkah itu juga merupakan program PLN untuk mengonversi PLTD menjadi pembangkit listrik berbasis EBT untuk meningkatkan bauran energi bersih dan mengurangi emisi karbon sehingga target Net Zero Emission dapat tercapai.
Ia menjelaskan penghentian atau pengurangan operasi PLTD lainnya di Pulau Sumba akan terus diprogramkan seperti PLTD Tabundung, PLTD Kananggar, dan PLTD Kakaha.
Hal itu dilakukan melalui interkoneksi sistem dan mengoptimalkan pembangkit listrik EBT yang ada seperti PLTS dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).
Manajer PLN Unit Pelaksana Pembangkitan Timor Ismanta berharap penghentian operasi PLTD Kamanggih dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dari sisi sistem pembangkitan.
Ia mengatakan pencapaian itu merupakan kolaborasi seluruh masyarakat, pemerintah, dan unit PLN di Sumba yang mendukung progres pembangunan jaringan listrik interkoneksi dari PLTD Kambajawa di Kota Waingapu.
"Tujuannya jelas agar pasokan listrik ke pelanggan lebih andal dan mengurangi produksi energi berbasis BBM," ujar Ismanta.
PLTD Kamanggih telah beroperasi sejak 2004 dengan beban 44 kW dan melayani 413 pelanggan.
PLTD Kamanggih merupakan salah satu PLTD yang menyokong suplai listrik di Pulau Sumba diantaranya tujuh PLTD kecil yang tersebar di Pulau Sumba.
Penutupan PLTD Kamanggih berdampak pada penghematan biaya operasi PLN sebesar Rp548 juta per tahun, mengurangi penggunaan BBM sebesar 27,5 juta kiloliter BBM per tahun, dan meningkatkan keandalan penyaluran tenaga listrik kepada pelanggan.
PLN pun telah membangun sembilan Pembangkit EBT yang tersebar di Pulau Sumba yang terdiri dari 7 unit PLTS dan 2 unit PLTMH dengan bauran energi sebesar 2,95 persen pada 2023.
Baca juga: PLN: Semua sistem kelistrikan aman pada hari pertama Idul Fitri
Baca juga: PLN NTT amankan keandalan listrik pada 44 tempat Shalat Id
Baca juga: Telaah - PLTS atap, transisi menjanjikan di wilayah terpencil
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: PLN optimalkan pembangkit skala besar dan energi bersih di Sumba NTT
"Penutupan PLTD Kamanggih adalah satu target kami dalam program transformasi PLN yaitu Lean dan Green," kata General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTT I Gede Agung Sindu Putra dalam keterangan resmi yang diterima di Lewoleba, Ibu Kota Kabupaten Lembata, Selasa.
Lean merupakan program transformasi untuk menyediakan tenaga listrik yang gesit, berbiaya rendah, namun tetap menjaga keandalan dalam penyaluran energi listrik ke masyarakat.
Energi Green, kata Sindu dapat dihasilkan karena mengurangi operasi PLTD dan meningkatkan pemakaian energi baru terbarukan (EBT) karena saat ini sistem kelistrikan Waingapu juga terinterkoneksi dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) IPP Hambapraing.
Langkah itu juga merupakan program PLN untuk mengonversi PLTD menjadi pembangkit listrik berbasis EBT untuk meningkatkan bauran energi bersih dan mengurangi emisi karbon sehingga target Net Zero Emission dapat tercapai.
Ia menjelaskan penghentian atau pengurangan operasi PLTD lainnya di Pulau Sumba akan terus diprogramkan seperti PLTD Tabundung, PLTD Kananggar, dan PLTD Kakaha.
Hal itu dilakukan melalui interkoneksi sistem dan mengoptimalkan pembangkit listrik EBT yang ada seperti PLTS dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).
Manajer PLN Unit Pelaksana Pembangkitan Timor Ismanta berharap penghentian operasi PLTD Kamanggih dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dari sisi sistem pembangkitan.
Ia mengatakan pencapaian itu merupakan kolaborasi seluruh masyarakat, pemerintah, dan unit PLN di Sumba yang mendukung progres pembangunan jaringan listrik interkoneksi dari PLTD Kambajawa di Kota Waingapu.
"Tujuannya jelas agar pasokan listrik ke pelanggan lebih andal dan mengurangi produksi energi berbasis BBM," ujar Ismanta.
PLTD Kamanggih telah beroperasi sejak 2004 dengan beban 44 kW dan melayani 413 pelanggan.
PLTD Kamanggih merupakan salah satu PLTD yang menyokong suplai listrik di Pulau Sumba diantaranya tujuh PLTD kecil yang tersebar di Pulau Sumba.
Penutupan PLTD Kamanggih berdampak pada penghematan biaya operasi PLN sebesar Rp548 juta per tahun, mengurangi penggunaan BBM sebesar 27,5 juta kiloliter BBM per tahun, dan meningkatkan keandalan penyaluran tenaga listrik kepada pelanggan.
PLN pun telah membangun sembilan Pembangkit EBT yang tersebar di Pulau Sumba yang terdiri dari 7 unit PLTS dan 2 unit PLTMH dengan bauran energi sebesar 2,95 persen pada 2023.
Baca juga: PLN: Semua sistem kelistrikan aman pada hari pertama Idul Fitri
Baca juga: PLN NTT amankan keandalan listrik pada 44 tempat Shalat Id
Baca juga: Telaah - PLTS atap, transisi menjanjikan di wilayah terpencil
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: PLN optimalkan pembangkit skala besar dan energi bersih di Sumba NTT