Mbay (ANTARA) - Pemerintah Daerah (Pemda) Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menghentikan sementara praktik jual-beli ternak babi di beberapa pasar hewan di daerah itu guna mencegah penularan penyakit African Swine Fever (ASF).
"Penyebaran sudah dari Aeramo dan beberapa kecamatan, memang kami harus mengendalikan kalau tidak maka akan semakin banyak babi mati," kata Sekretaris Daerah (Sekda) Nagekeo Lukas Mere ditemui di Mbay, Ibu Kota Kabupaten Nagekeo, Kamis, (16/5/2025).
Ia menjelaskan penghentian aktivitas jual-beli ternak babi itu termuat dalam instruksi bupati Nagekeo yang dikeluarkan pada akhir bulan lalu.
"Di Kabupaten Nagekeo ada Pasar rakyat di Danga, Pasar Boawae dan Pasar Nangaroro setiap pasar ini jual hewan dan yang spesifik itu khusus ternak babi untuk memutuskan mata rantai penularan ASF," katanya.
Dalam surat itu juga dilarang memasukkan ternak babi, produk babi (segar dan olahan seperti sei, dendeng, roti babi,daging babi hutan dan lain-lain) maupun hasil ikutan lainnya dari wilayah tertular.
"Kalau kami tidak intervensi dengan kebijakan larangan masuknya babi dari kabupaten lain maupun mengeluarkan babi dari Nagekeo," katanya.
Ia juga meminta agar pengawasan ketat baik oleh petugas dinas terkait maupun aparat desa di masing-masing wilayah terhadap pemasukan ternak babi dan produk babi maupun hasil ikutan lainnya antar Kabupaten/kecamatan/desa baik melalui darat dan laut (melalui jalan resmi maupun tidak resmi).
"Kami memiliki petugas di kecamatan ada pos kesehatan hewan, mereka bekerja untuk menjaga dan melindungi masyarakat," katanya.
Lebih lanjut ia juga meminta agar warga yang memiliki ternak babi yang sakit atau mati mendadak untuk melaporkan ke petugas.
"Jika ada tanda-tanda hewan kena ASF maka segera laporkan ke petugas terdekat baik kepada penyuluh peternakan dan dokter hewan yang ada di tujuh kecamatan sehingga mendeteksi lebih awal," katanya.
"Itu yang tercatat, belum yang lapor atau buang di kali," katanya dalam Forum Pentahelix Nagekeo yang diselenggarakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Nagekeo di Mbay.
Ia menjelaskan potensi penularan ASF dinilai tinggi karena berbatasan dengan dua kabupaten yakni Kabupaten Ngada dan Ende, sehingga diperlukan pengetatan lalu lintas ternak babi.
Ia juga meminta agar pengawasan ketat baik oleh petugas dinas terkait maupun aparat desa di masing-masing wilayah terhadap pemasukan ternak babi dan produk babi maupun hasil ikutan lainnya antar Kabupaten/kecamatan/desa baik melalui darat dan laut (melalui jalan resmi maupun tidak resmi).
Sementara itu Kepala UPTD Perbibitan dan Hijauan Pakan Ternak Dinas Peternakan Nagekeo Eliseus Dua mengatakan ASF ini sudah mewabah di banyak di daerah itu.
Baca juga: Pemkab Sikka larang ternak babi masuk untuk mencegah ASF
Baca juga: Pemkab Sikka larang ternak babi masuk untuk mencegah ASF
Ia menambahkan di Kecamatan Aesesa tercatat total kematian babi mencapai 984 ekor dan empat ekor di Kecamatan Boawae.
Baca juga: Pemkab Lembata larang warga jual dan makan daging babi yang mati
Baca juga: Pemkab Lembata larang warga jual dan makan daging babi yang mati
"Itu yang tercatat, belum yang lapor atau buang di kali," katanya dalam Forum Pentahelix Nagekeo yang diselenggarakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Nagekeo di Mbay.