Maumere (ANTARA) - Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lembata Nusa Tenggara Timur (NTT) Andris Koban mengatakan, kabupaten itu kini telah berstatus Siaga Darurat Bencana Kekeringan serta Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla).

"Lembata dalam Status Keadaan Siaga Darurat sejak Mei 2024 ini hingga 30 November 2024," kata Andris ketika dihubungi dari Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka, Rabu, (29/5/2024).

Ia menjelaskan, penetapan status oleh Pemerintah Kabupaten Lembata tersebut merujuk pada beberapa hal.

Kondisi kekeringan mengakibatkan ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi, dan lingkungan.

Kekeringan pada bidang pertanian adalah kekeringan yang terjadi di lahan pertanian yang ada tanaman seperti padi, jagung, kedelai, dan lainnya yang sedang dibudidayakan.

Berikutnya, menurut dokumen Kajian Risiko Bencana Kabupaten Lembata, terdapat potensi Rawan Karhutla dengan tingkat risiko tinggi sebesar 42,6 persen, berisiko sedang sebesar 43,8 persen, dan berisiko rendah sebesar 13,6 persen.

Selain itu data Time Series dari UPT Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Lembata mencatat telah terjadi karhutla dengan luasan lebih dari 1.000 hektare pada 78 titik, dan tersebar di sembilan kecamatan selama tiga tahun terakhir.

"Jadi yang sekarang siaga dampak kekeringan itu Kecamatan Lebatukan, sedangkan Waspada itu Kecamatan Atadei," katanya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, tugas penanganan keadaan siaga darurat itu berada pada Satuan Tugas Penanggulangan Karhutla.

Langkah antisipasi yang kini dilakukan yakni membuat ilaran api di sepanjang jalan. Ilaran yakni penyekatan di kawasan hutan atau lahan agar api tidak merambat ke wilayah lain yang lebih luas.

Ia juga mengimbau masyarakat untuk tidak membuang puntung rokok yang belum sepenuhnya mati secara sembarangan.

Selanjutnya komunikasi dan koordinasi aktif dilakukan dengan semua pemangku kepentingan untuk penanggulangan kejadian karhutla baik di kecamatan, kelurahan, hingga desa.

"Risiko terbakar itu kebanyakan karena puntung rokok yang dibuang sembarangan," katanya.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, sebagian wilayah di NTT telah memasuki musim kemarau.

Menurut Kepala Stasiun Meteorologi Kelas II El Tari Kupang Sti Nenotek, pertumbuhan awan mulai menurun dan angin Monsoon Timur sudah mulai aktif.

Baca juga: Pemkab Manggarai Timur imbau warga laporkan jika alami kekeringan

Karena itu, Sti tetap berpesan agar masyarakat  mewaspadai potensi angin kencang yang sifatnya kering pada musim kemarau ini.

Baca juga: Nagekeo antisipasi potensi kekeringan dengan siapkan air bersih

"Angin kencang berpotensi menyebabkan meluasnya kebakaran hutan dan lahan," kata Sti mengingatkan.

Pewarta : Fransiska Mariana Nuka
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024