Maumere (ANTARA) - Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), Petrus Herlemus menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor untuk mengatasi rabies di wilayah tersebut.
"Harus ada kesadaran dari masyarakat, lalu pengendalian dilakukan semua sektor," kata Petrus di Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka, Rabu, (14/8).
Petrus mengatakan pencegahan harus dilakukan sebaik mungkin agar tidak ada lagi kasus rabies seperti perlunya kesadaran masyarakat untuk melakukan vaksinasi anjing dan pengawasan atas perilaku anjing.
"Jika masyarakat sadar untuk menerima layanan vaksinasi pada hewan penular anjing, maka pelan-pelan kasus tersebut dapat dikendalikan," katanya.
Menurutnya dinas pertanian yang membawahi layanan vaksinasi pada hewan penular rabies telah memberikan edukasi terus menerus terkait bahaya rabies dan layanan vaksinasi.
"Intinya kesadaran manusia dan lintas sektor bergerak," ucapnya.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka per Agustus 2024, kasus gigitan anjing telah mencapai 1.692 kasus.
Dari jumlah tersebut, terdapat spesimen positif sebanyak 15 kasus dan kematian 5 kasus.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Vaksin Anti Rabies (VAR) telah diberikan untuk menangani 1.479 kasus.
"Meski disediakan banyak VAR tapi jika hewan pembawa rabies (HPR) tidak bisa dikendalikan, maka kasus rabies terus ada," ucapnya.
Kabupaten Sikka merupakan salah satu kabupaten di NTT yang menjadi wilayah dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) Rabies.
Pemerintah Kabupaten Sikka telah mengeluarkan imbauan kewaspadaan rabies untuk disebarluaskan kepada masyarakat.
Dalam imbauan itu, masyarakat yang memiliki anjing diingatkan untuk melaporkan kepada petugas kesehatan hewan di wilayah kecamatan masing-masing apabila melihat adanya perubahan tingkah laku atau temperamen dari anjing peliharaan.
Baca juga: Satgas fokus vaksinasi anjing di wilayah positif rabies di Kabupaten Kupang
"Jika terjadi gigitan, masyarakat harus segera melakukan pertolongan pertama yakni mencuci luka gigitan dengan sabun dan air mengalir hingga 15 menit," katanya.
Baca juga: Pemkab Flotim awasi lalu lintas anjing cegah penyebaran rabies
Selain itu, masyarakat diimbau tidak memelihara anjing dalam jumlah yang sangat banyak atau mengeliminasi anjing yang suka mengejar orang atau agresif dengan orang asing.
"Harus ada kesadaran dari masyarakat, lalu pengendalian dilakukan semua sektor," kata Petrus di Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka, Rabu, (14/8).
Petrus mengatakan pencegahan harus dilakukan sebaik mungkin agar tidak ada lagi kasus rabies seperti perlunya kesadaran masyarakat untuk melakukan vaksinasi anjing dan pengawasan atas perilaku anjing.
"Jika masyarakat sadar untuk menerima layanan vaksinasi pada hewan penular anjing, maka pelan-pelan kasus tersebut dapat dikendalikan," katanya.
Menurutnya dinas pertanian yang membawahi layanan vaksinasi pada hewan penular rabies telah memberikan edukasi terus menerus terkait bahaya rabies dan layanan vaksinasi.
"Intinya kesadaran manusia dan lintas sektor bergerak," ucapnya.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka per Agustus 2024, kasus gigitan anjing telah mencapai 1.692 kasus.
Dari jumlah tersebut, terdapat spesimen positif sebanyak 15 kasus dan kematian 5 kasus.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Vaksin Anti Rabies (VAR) telah diberikan untuk menangani 1.479 kasus.
"Meski disediakan banyak VAR tapi jika hewan pembawa rabies (HPR) tidak bisa dikendalikan, maka kasus rabies terus ada," ucapnya.
Kabupaten Sikka merupakan salah satu kabupaten di NTT yang menjadi wilayah dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) Rabies.
Pemerintah Kabupaten Sikka telah mengeluarkan imbauan kewaspadaan rabies untuk disebarluaskan kepada masyarakat.
Dalam imbauan itu, masyarakat yang memiliki anjing diingatkan untuk melaporkan kepada petugas kesehatan hewan di wilayah kecamatan masing-masing apabila melihat adanya perubahan tingkah laku atau temperamen dari anjing peliharaan.
Baca juga: Satgas fokus vaksinasi anjing di wilayah positif rabies di Kabupaten Kupang
"Jika terjadi gigitan, masyarakat harus segera melakukan pertolongan pertama yakni mencuci luka gigitan dengan sabun dan air mengalir hingga 15 menit," katanya.
Baca juga: Pemkab Flotim awasi lalu lintas anjing cegah penyebaran rabies
Selain itu, masyarakat diimbau tidak memelihara anjing dalam jumlah yang sangat banyak atau mengeliminasi anjing yang suka mengejar orang atau agresif dengan orang asing.