Kupang (ANTARA News NTT) - Calon Anggota DPR dari Partai Golkar Melki Laka Lena menilai kampanye dialogis bagi seorang caleg jauh lebih tepat dan efektif jika dibandingkan dengan kampanye akbar yang melibatkan massa mengambang.
"Kampanye tatap muka dengan jumlah terbatas akan jauh lebih tepat dan efektif, karena caleg langsung berhadapan dengan konstituennya," kata Laka Lena yang juga Ketua DPD Golkar NTT itu kepada Antara di Kupang, Sabtu (16/2).
Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan tidak adanya kampanye terbuka yang dilakukan para caleg dalam menghadapi Pemilu 2019, sehingga membuat suasana menjelang pemilu pada 17 April 2019 terkesan adem-adem saja.
Laka Lena yang juga caleg DPR-RI dari daerah pemilihan NTT-2 yang meliputi Pulau Timor, Sumba, Sabu dan Pulau Rote itu tetap menilai bahwa kampanye dialogis jauh lebih efektif bagi seorang caleg jika dibandingkan dengan kampanye akbar.
"Kampanye akbar akan membutuhkan biaya politik yang sangat tinggi, sehingga kebanyakan calon legislatif lebih memilih melakukan pendekatan secara kekeluargaan dan dari rumah ke rumah," ujarnya.
Menurut Laka Lena, sesungguhnya kampanye akbar baru dimulai pada akhir Maret hingga April 2019, tetapi tampaknya kebanyakan caleg di daerah lebih memilih melakukan kampanye dialogis ketimbang kampanye akbar.
Baca juga: Pilpres 2019 sudah menjurus ke politik harga diri
Pandangan hampir senada disampaikan calon anggota DPR RI dari Dapil I yang meliputi Lembata, Alor dan Pulau Flores, Honing Sani.
Menurut dia, pilihan untuk melakukan kampanye door to door memang lebih efektif ketimbang kampanye dalam bentuk rapat umum dengan mobilisasi massa dalam jumlah besar.
"Tetapi sesungguhnya, model kampanye seperti yang dilakukan ini merupakan pilihan masing-masing caleg, dari mana si caleg melihat efektif dan efisiennya," katanya.
Soal lebih efektif dan murah, menurut dia, relatif karena dalam kampanye terbatas tetap ada biaya dan belum tentu orang memilih.
"Jadi apapun pilihan atau bentuk kampanye, itu relatif. Relatif dalam artian belum tentu hemat dan belum tentu mendapat simpati dan dukungan pada Pemilu mendatang," kata caleg dari Partai Golkar ini.
Baca juga: Pilpres 2019 hanya mengulangi drama 2014
Baca juga: DPS NTT untuk Pilpres 2019 sebanyak 3.276.362 pemilih
"Kampanye tatap muka dengan jumlah terbatas akan jauh lebih tepat dan efektif, karena caleg langsung berhadapan dengan konstituennya," kata Laka Lena yang juga Ketua DPD Golkar NTT itu kepada Antara di Kupang, Sabtu (16/2).
Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan tidak adanya kampanye terbuka yang dilakukan para caleg dalam menghadapi Pemilu 2019, sehingga membuat suasana menjelang pemilu pada 17 April 2019 terkesan adem-adem saja.
Laka Lena yang juga caleg DPR-RI dari daerah pemilihan NTT-2 yang meliputi Pulau Timor, Sumba, Sabu dan Pulau Rote itu tetap menilai bahwa kampanye dialogis jauh lebih efektif bagi seorang caleg jika dibandingkan dengan kampanye akbar.
"Kampanye akbar akan membutuhkan biaya politik yang sangat tinggi, sehingga kebanyakan calon legislatif lebih memilih melakukan pendekatan secara kekeluargaan dan dari rumah ke rumah," ujarnya.
Menurut Laka Lena, sesungguhnya kampanye akbar baru dimulai pada akhir Maret hingga April 2019, tetapi tampaknya kebanyakan caleg di daerah lebih memilih melakukan kampanye dialogis ketimbang kampanye akbar.
Baca juga: Pilpres 2019 sudah menjurus ke politik harga diri
Pandangan hampir senada disampaikan calon anggota DPR RI dari Dapil I yang meliputi Lembata, Alor dan Pulau Flores, Honing Sani.
Menurut dia, pilihan untuk melakukan kampanye door to door memang lebih efektif ketimbang kampanye dalam bentuk rapat umum dengan mobilisasi massa dalam jumlah besar.
"Tetapi sesungguhnya, model kampanye seperti yang dilakukan ini merupakan pilihan masing-masing caleg, dari mana si caleg melihat efektif dan efisiennya," katanya.
Soal lebih efektif dan murah, menurut dia, relatif karena dalam kampanye terbatas tetap ada biaya dan belum tentu orang memilih.
"Jadi apapun pilihan atau bentuk kampanye, itu relatif. Relatif dalam artian belum tentu hemat dan belum tentu mendapat simpati dan dukungan pada Pemilu mendatang," kata caleg dari Partai Golkar ini.
Baca juga: Pilpres 2019 hanya mengulangi drama 2014
Baca juga: DPS NTT untuk Pilpres 2019 sebanyak 3.276.362 pemilih