So'e, TTS (ANTARA) - Penjabat Bupati Timor Tengah Selatan (TTS) Seperius Edison Sipa menyatakan dus persen dana desa yang disalurkan pemerintah pusat ke desa-desa bisa digunakan untuk menekan angka stunting yang tinggi di kabupaten itu.
"Kita akan siapkan dua persen dari dana desa yang ada untuk mengatasi stunting di desa-desa," katadi Desa Oinlasi, Kecamatan Mollo Selatan, Kabupaten TTS, Selasa, (8/10).
Dia mengatakan hal ini menanggapi upaya dari Pemda setempat untuk mengatasi masalah stunting yang ada di Kabupaten tersebut.
Berdasarkan penimbangan pada Juni 2024, dari 38.291 anak yang ditimbang dan diperiksa gizinya, terdapat 9.251 anak atau 24,2 persen dinyatakan menderita stunting di Kabupaten TTS, jika dibanding secara nasional, cukup tinggi angka stuntingnya.
"Jika dilihat dari persentase justru terjadi kenaikan sebesar sempat persen dibandingkan dengan penimbangan pada Februari 2024. Karena di bulan Februari secara prosentase jumlah penderita stunting mencapai 20,4 persen sementara di bulan Juni naik menjadi 24,2 persen," katanya.
Menurut dia, akan disusun strategi yang akan diterapkan pada tahun 2025 untuk menurunkan stunting.
"Nantinya setiap kepala desa akan kita panggil untuk membahas soal hal ini. Jadi jika dana desanya Rp1 miliar maka dua persen berarti Rp200 juta untuk penurunan stunting," ujar dia.
Dengan anggaran sebesar Rp200 juta dia yakin bahwa setiap desa bisa mengatasi masalah stunting, dengan membeli beras fortivit milik Perum Bulog yang diyakini bisa mengatasi masalah stunting karena memiliki kandungan vitamin dan gizi yang baik.
Lebih lanjut penggunaan anggaran dana desa untuk penanganan stunting ujar dia sudah pernah diterapkan oleh Desa Puna untuk menurunkan angka stunting sehingga mendapatkan penghargaan dari Presiden Joko Widodo.
Baca juga: Pj Gubernur NTT serahkan bantuan pangan stunting untuk 83 KRS di Kupang
Selain itu juga pola bapak asuh juga diterapkan di desa itu untuk penanganan stunting sehingga angka balita penderita stunting turun.
Baca juga: ID FOOD dan PELNI kirim ribuan paket telur dan daging ke NTT
"Saya rasa ini juga bisa diterapkan di desa-desa lainnya di TTS," ujar dia.
"Kita akan siapkan dua persen dari dana desa yang ada untuk mengatasi stunting di desa-desa," katadi Desa Oinlasi, Kecamatan Mollo Selatan, Kabupaten TTS, Selasa, (8/10).
Dia mengatakan hal ini menanggapi upaya dari Pemda setempat untuk mengatasi masalah stunting yang ada di Kabupaten tersebut.
Berdasarkan penimbangan pada Juni 2024, dari 38.291 anak yang ditimbang dan diperiksa gizinya, terdapat 9.251 anak atau 24,2 persen dinyatakan menderita stunting di Kabupaten TTS, jika dibanding secara nasional, cukup tinggi angka stuntingnya.
"Jika dilihat dari persentase justru terjadi kenaikan sebesar sempat persen dibandingkan dengan penimbangan pada Februari 2024. Karena di bulan Februari secara prosentase jumlah penderita stunting mencapai 20,4 persen sementara di bulan Juni naik menjadi 24,2 persen," katanya.
Menurut dia, akan disusun strategi yang akan diterapkan pada tahun 2025 untuk menurunkan stunting.
"Nantinya setiap kepala desa akan kita panggil untuk membahas soal hal ini. Jadi jika dana desanya Rp1 miliar maka dua persen berarti Rp200 juta untuk penurunan stunting," ujar dia.
Dengan anggaran sebesar Rp200 juta dia yakin bahwa setiap desa bisa mengatasi masalah stunting, dengan membeli beras fortivit milik Perum Bulog yang diyakini bisa mengatasi masalah stunting karena memiliki kandungan vitamin dan gizi yang baik.
Lebih lanjut penggunaan anggaran dana desa untuk penanganan stunting ujar dia sudah pernah diterapkan oleh Desa Puna untuk menurunkan angka stunting sehingga mendapatkan penghargaan dari Presiden Joko Widodo.
Baca juga: Pj Gubernur NTT serahkan bantuan pangan stunting untuk 83 KRS di Kupang
Selain itu juga pola bapak asuh juga diterapkan di desa itu untuk penanganan stunting sehingga angka balita penderita stunting turun.
Baca juga: ID FOOD dan PELNI kirim ribuan paket telur dan daging ke NTT
"Saya rasa ini juga bisa diterapkan di desa-desa lainnya di TTS," ujar dia.