Jakarta (ANTARA) - Polri menurunkan tim pemulihan trauma (trauma healing) dari Biro Psikologi Staf Sumber Daya Manusia ke Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, untuk membantu pemulihan psikologis warga terdampak bencana erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.
"Pendekatan trauma healing ini tidak hanya berbasis psikologi klinis, tetapi juga melibatkan pendekatan humanis dan budaya lokal," kata Kepala Biro Psikologi SSDM Polri Brigadir Jenderal Polisi Kristiyono dalam keterangannya di Jakarta, Senin, (18/11).
Kristiyono menjelaskan bahwa Polri memahami bahwa masyarakat di Flores Timur memiliki kearifan lokal yang kuat sehingga tim pemulihan trauma mengintegrasikan nilai-nilai budaya dalam proses pemulihan agar lebih relevan dan diterima warga.
Ia juga mengatakan bahwa anak-anak menjadi korban yang paling terdampak secara psikologis dan anak-anak seringkali tidak bisa mengungkapkan perasaan secara verbal.
Oleh karena itu, tim pemulihan trauma memberikan kegiatan interaktif bagi anak-anak, mulai dari permainan edukasi, permainan energizer, menari, hingga bernyanyi untuk meredakan ketegangan emosional mereka.
"Kegiatan menari yang dirancang untuk mengalihkan perhatian mereka dari pengalaman traumatis serta memulihkan kemampuan dalam menjalin kontak sosial," ucapnya.
Sementara itu, Psikolog Madya Biro SSDM Polri Komisaris Besar Polisi Yenny Rosmalawati Dewi mengatakan bahwa orang dewasa di pengungsian diberikan sesi terapi pernafasan untuk meredakan rasa cemas serta memastikan mereka pernah mendapatkan perhatian dalam situasi yang penuh tekanan.
"Sesi relaksasi menggunakan teknik pernafasan lima jari dan teknik grounding diberikan kepada kategori dewasa," ujarnya.
Dia berharap layanan psikologi yang diberikan ini membuat warga tidak mengalami trauma berkepanjangan.
Berdasarkan catatan Polri, jumlah pengungsi di Posko Pengungsian Desa Konga sebanyak 1.437 jiwa, terdiri atas 816 orang laki-laki, 621 orang perempuan, 17 bayi, 99 balita, 174 orang lansia, 13 orang ibu hamil, 8 orang ibu menyusui, dan 9 orang disabilitas.
Pada lokasi ini, terdapat fasilitas berupa tujuh tenda pengungsian, 15 unit MCK (mandi cuci kakus), satu dapur umum, dan 25 unit kendaraan pendukung.
Kemudian, jumlah pengungsi di Posko Pengungsian Desa Lewolaga sebanyak 1.192 jiwa, terdiri atas 599 orang laki-laki, 592 orang perempuan, 19 bayi, 65 balita, 120 orang lansia, 5 orang ibu hamil, 9 orang ibu menyusui, dan 3 orang disabilitas.
Fasilitas yang disediakan pada posko ini berupa 18 ruang kelas yang digunakan untuk tempat tinggal, dua dapur umum, satu posko kesehatan, enam tenda ruang belajar, tujuh unit MCK, dan 10 unit kendaraan pendukung.
Sedangkan di Posko Pengungsian Desa Bokang, terdapat jumlah pengungsi sebanyak 572 jiwa, terdiri atas 292 orang laki-laki, 280 orang perempuan, 7 bayi, 48 balita, 126 orang lansia, 2 orang ibu hamil, 20 orang ibu menyusui, dan 4 orang disabilitas.
Di lokasi ini terdapat fasilitas berupa empat tenda pengungsian, satu dapur umum, satu posko kesehatan, tiga tenda ruang belajar, enam unit MCK, dan empat unit kendaraan pendukung.
Baca juga: Tim psikologi Polri beri trauma healing bagi anak-anak korban Lewotobi
Baca juga: Polwan beri trauma healing kepada anak korban konflik Adonara
"Pendekatan trauma healing ini tidak hanya berbasis psikologi klinis, tetapi juga melibatkan pendekatan humanis dan budaya lokal," kata Kepala Biro Psikologi SSDM Polri Brigadir Jenderal Polisi Kristiyono dalam keterangannya di Jakarta, Senin, (18/11).
Kristiyono menjelaskan bahwa Polri memahami bahwa masyarakat di Flores Timur memiliki kearifan lokal yang kuat sehingga tim pemulihan trauma mengintegrasikan nilai-nilai budaya dalam proses pemulihan agar lebih relevan dan diterima warga.
Ia juga mengatakan bahwa anak-anak menjadi korban yang paling terdampak secara psikologis dan anak-anak seringkali tidak bisa mengungkapkan perasaan secara verbal.
Oleh karena itu, tim pemulihan trauma memberikan kegiatan interaktif bagi anak-anak, mulai dari permainan edukasi, permainan energizer, menari, hingga bernyanyi untuk meredakan ketegangan emosional mereka.
"Kegiatan menari yang dirancang untuk mengalihkan perhatian mereka dari pengalaman traumatis serta memulihkan kemampuan dalam menjalin kontak sosial," ucapnya.
Sementara itu, Psikolog Madya Biro SSDM Polri Komisaris Besar Polisi Yenny Rosmalawati Dewi mengatakan bahwa orang dewasa di pengungsian diberikan sesi terapi pernafasan untuk meredakan rasa cemas serta memastikan mereka pernah mendapatkan perhatian dalam situasi yang penuh tekanan.
"Sesi relaksasi menggunakan teknik pernafasan lima jari dan teknik grounding diberikan kepada kategori dewasa," ujarnya.
Dia berharap layanan psikologi yang diberikan ini membuat warga tidak mengalami trauma berkepanjangan.
Berdasarkan catatan Polri, jumlah pengungsi di Posko Pengungsian Desa Konga sebanyak 1.437 jiwa, terdiri atas 816 orang laki-laki, 621 orang perempuan, 17 bayi, 99 balita, 174 orang lansia, 13 orang ibu hamil, 8 orang ibu menyusui, dan 9 orang disabilitas.
Pada lokasi ini, terdapat fasilitas berupa tujuh tenda pengungsian, 15 unit MCK (mandi cuci kakus), satu dapur umum, dan 25 unit kendaraan pendukung.
Kemudian, jumlah pengungsi di Posko Pengungsian Desa Lewolaga sebanyak 1.192 jiwa, terdiri atas 599 orang laki-laki, 592 orang perempuan, 19 bayi, 65 balita, 120 orang lansia, 5 orang ibu hamil, 9 orang ibu menyusui, dan 3 orang disabilitas.
Fasilitas yang disediakan pada posko ini berupa 18 ruang kelas yang digunakan untuk tempat tinggal, dua dapur umum, satu posko kesehatan, enam tenda ruang belajar, tujuh unit MCK, dan 10 unit kendaraan pendukung.
Sedangkan di Posko Pengungsian Desa Bokang, terdapat jumlah pengungsi sebanyak 572 jiwa, terdiri atas 292 orang laki-laki, 280 orang perempuan, 7 bayi, 48 balita, 126 orang lansia, 2 orang ibu hamil, 20 orang ibu menyusui, dan 4 orang disabilitas.
Di lokasi ini terdapat fasilitas berupa empat tenda pengungsian, satu dapur umum, satu posko kesehatan, tiga tenda ruang belajar, enam unit MCK, dan empat unit kendaraan pendukung.
Baca juga: Tim psikologi Polri beri trauma healing bagi anak-anak korban Lewotobi
Baca juga: Polwan beri trauma healing kepada anak korban konflik Adonara