Kupang, NTT (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Doktor Hamzah H. Wulakada menyatakan perlu adanya kajian ilmiah pada praktik konservasi laut berbasis kearifan lokal demi relevansinya di masa kini.

“Perlu intervensi ilmiah agar praktik kearifan lokal dalam konservasi laut tetap eksis dan relevan di masa kini,” kata Dr. Hamzah dalam sesi diskusi buku antologi berjudul “Kabar Baik dari Laut Wallacea”, di Kupang, Jumat.

Hal ini ia sampaikan sebagai catatan kritis dan tanggapan atas tulisan Yapi Manuleus, jurnalis lokal yang di dalam bukunya mengangkat tema konservasi laut berbasis kearifan lokal di wilayah Kabupaten Lembata dan Pulau Solor di Kabupaten Flores Timur, NTT.

Dosen FKIP Undana ini mengatakan dengan adanya kajian ilmiah maka praktik konservasi tersebut bisa mendapat ruang yang relevan di ruang publik.

“Kajian tersebut perlu melihat hubungan sosial ekologis antara masyarakat dan lingkungan, dalam konteks tulisan ini maka hubungan antara masyarakat gunung dan pesisir,” katanya.

Karena itu, ia berharap akan adanya penulisan atau kajian yang lebih mendalami isu konservasi berbasis kearifan lokal.

Ia turut menyambut baik penerbitan buku tersebut sebagai bagian dari pergumulan lanjutan tentang konservasi laut di NTT.

Namun, dia berpesan agar penulis bisa mengolah bahan tulisannya lebih lanjut ke dalam karya audio visual, yang saat ini lebih ampuh menjangkau banyak orang dengan berbagai latar belakang.

“Buku ini juga perlu menjadi bacaan bagi anak-anak kita, mulai dari sekolah di wilayah Lembata dan Solor dulu, yang jadi lokasi riset penulis. Karena buku ini modal penting bagi anak-anak ke depannya,” katanya.

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Akademisi: Perlu kajian ilmiah demi relevansi konservasi laut di NTT

Pewarta : Yoseph Boli Bataona
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2025